Fünfe

753 115 17
                                    

Tzuyu mendesah, baru sampai kakinya melangkah ke gerbang ia sudah menemukan bukti nyata dari apa yang diceritakan Arin kepadanya. Sekarang, untuk balik kanan pun rasanya sudah terlambat, sudah terlalu banyak mata yang menangkap keberadaannya. Tidak, Tzuyu bukan pengecut, walau enggan menghadapi situasi pelik ini tapi ia takkan mundur. Ya, setidaknya sampai ia merasa bahwa dirinya bisa mengatasi segala hal yang terjadi.

"Tzuyu!" suara Arin melengking tinggi mengalihkan tatapan orang-orang terhadap Tzuyu, dengan jelas ia lihat gadis yang memanggil namanya sedang berdecak, merasa kesal dengan banyak orang yang tengah berkumpul di sana.

Tzuyu masih diam saat tangan nya ditarik paksa oleh Arin, bahkan Joochan yang hendak bicara tak sempat mengeluarkan kata karena dua gadis itu sudah lebih dulu meninggalkannya.

♔  ♔  ♔

"Aku pikir tidak seburuk itu" Arin dan Joochan menoleh, mendapati Tzuyu yang terlihat lesu setelah menyimpan tas nya.

"Kami pikir juga seperti itu, bahkan ceritamu mengalahkan kisah anak kelas dua belas." mata Tzuyu memicing terlihat protes dengan pernyataan Arin tadi.

"Tapi yang masih tidak masuk akal sejak saat itu Jun jadi tambah pendiam" ucapan Joochan mengundang tatapan heran dari Tzuyu dan Arin, lelaki itu bahkan kaget ketika Arin menggebrak meja sekarang.

"Benar, sejak tadi aku tidak melihat Jun, bel masuk sebentar lagi bukan?"

Tzuyu dan Joochan hanya saling mengangguk sebelum tatapan mereka mengarah pada bangku di sudut belakang tempat Jun berada seharusnya. Tzuyu tertegun meremat jemarinya mengabaikan Joochan dan Arin yang masih sibuk bicara.

Bagaimanapun aku harus menemui Jun dan mempertanyakan semuanya, aku yakin dia tau sesuatu.

♔  ♔ 

Ruang makan megah itu terlalu sunyi, meja makan panjang dengan enam belas kursi di sisi kiri dan kanan serta kursi tunggal ditiap ujung meja makan terlalu besar untuk seorang yang tengah duduk tanpa minat pada makanan yang telah tersaji di sana.

Jungkook masih terlihat diam, duduk kelu tanpa ekspresi membuat enam pelayan yang ada di sampingnya hanya bisa menunduk bahkan takut untuk sekedar menarik napas dan menimbulkan suara.

Suara sendok yang kembali diletakkan membuat suasana semakin senyap terlebih saat lelaki itu kini mengepalkan tangan.

"Jaehyun sudah kembali?" tanya nya dingin membuat darah berdesir lebih cepat di tubuh orang-orang yang berdiri seperti patung di sana.

"Mohon maaf yang mulia Raja, panglima Jaehyun belum kembali." Wanita tua yang tak lain adalah kepala pelayan itu menundukkan wajah tak berani menatap sang Raja.

Derit kursi terdengar saat Jungkook beranjak dan membenahi jubah sutra yang dikenakannya.

"Beri tau dia setelah datang untuk bertemu denganku segera"

♔  ♔  ♔

"Aku bilang tunggu!" Tzuyu masih berusaha menyamakan langkah dengan lelaki dingin yang bahkan tak merespon nya sedikit pun. Kawasan sekolah sudah mulai sepi, waktu pulang sudah datang sejak dua jam yang lalu tapi Tzuyu masih di sini, tentu saja untuk menemui Jun.

Setelah diberi tau Arin bahwa kebiasaan Jun setelah tragedi di gereja tua itu adalah menghabiskan waktu menjelang sore di taman belakang sekolah, entah apa yang laki-laki itu lakukan, tapi sejauh yang Tzuyu amati dia hanya duduk diam di sana.

"Aku bicara padamu!" sambil menarik tangan lelaki itu membuatnya berbalik, Tzuyu menarik napas besar untuk meredakan lelahnya setelah mengejar Jun hampir di sepanjang koridor.

Tampaknya Jun tak ingin bersuara, tatapannya masih sama, tak berekspresi sama sekali.

"Kau tau sesuatu bukan?" tanya Tzuyu yang tidak merubah mimik Jun sama sekali. "Kau tidak perlu menyembunyikannya, kita sama-sama mengalami itu"

Jun tersenyum kecut membuat Tzuyu menautkan dahi.

"Kita? Yang benar adalah kau"

"Maksudmu?"

"Kau yakin bertanya? Atau hanya mencari tau tentang diriku? Satu hal yang perlu kau tau aku tidak terkecoh" Jun baru hendak berbalik saat Tzuyu kembali menarik lengannya.

"Sungguh, aku tak mengerti maksudmu apa Jun"

"Benarkah? Menurutku itu terlalu konyol, untuk seorang cucu dari keluarga Chou dan mendapat kejadian itu di gereja tua tempi hari kau masih tidak tau?"

"Memangnya apa"

Jun menatap Tzuyu lekat, menyelidik gadis itu secara seksama. Tzuyu mengerjapkan matanya, merasa risih karena tatapan Jun yang penuh curiga padanya.

"Kau sungguh tidak tau?" tanya Jun membuat Tzuyu menggeleng. Lelaki itu mendesah terlihat lelah entah karena apa.

"Jun katakan──"

"Jika kau ingin tau maka cari tau lebih dulu di rumah mu, dari kakek dan nenek mu"

"Cari tau apa?"

"Apa saja, hal yang menurutmu ganjil. Aku yakin kau cukup cerdas untuk menangkap hal yang tidak masuk akal di sana."

Tzuyu tertegun mencoba mengingat semua hal tentang keluarganya, di satu sisi Jun tersenyum memyembunyikan sesuatu dalam benaknya.

"Jika kau sudah mendapatkan satu saja petunjuk maka kita akan mencari jawaban yang lain, karena sepertimu walau aku tau pengetahuan ku tak cukup untuk menjelaskan semuanya."

▪️▪️▪️▪️

#CuapCuapAuthor

Sebelumnya aku minta maaf karena baru up dan juga yang paling utama, aku ingin mengucapkan minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir batin. Ya, ini memang terlambat, tapi seenggaknya aku ingin meminta maaf takutnya aku punya kesalahan pada kalian 😁😁😁

Btw, gimana ceritanya? Semoga kalian suka ya.

Jangan lupa vote dan coment ya, karena voment kalian itu sangat berharga bagi aku💕 coment kalian sekaligus membuat aku tambah semangat dan senang 😁😁

Btw, terimakasih untuk kak Syi_Fatiandiyang sudah membatuku dalam proses penulisan cerita ini😁💕 tanpamu aku bukan apa-apa, wk😁

Oh iya untuk kalian yang belum tau, sebenarnya judul chapter ini diambil dari urutan angka yang diterjemahkan dalam bahasa jerman. Begitupun dengan judul cerita ini. Jadi, tunggu kelanjutannya biar kalian lebih tau apa makna dari kata "Der Thron"

See you next part 💕

Salam dari mas Jungkook. Eh itu tangannya kenapa mas? Wk😅🤭😁

Der ThronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang