Jarum jam berbunyi, seolah ikut berdetak mengarungi kehidupan. Tangannya yang sudah mulai keriput tak berhenti memutar cincin berbandul hijau yang tersemat di jari tengah tangan kirinya, kacamata tak pernah lepas untuk membantu penglihatannya dan jangan lupakan raut wajah tenang yang selalu berhasil menyembunyikan segala kebenaran.
"Jadi, menurutmu apakah ini waktu yang tepat?" Tanyanya membuat wanita baya yang sejak tadi diam dengan alat rajutnya kini menoleh, menatapnya dengan air wajah yang sulit diartikan.
"Bukankah sejak dulu aku katakan untuk mempersiapkan semuanya"
Hanya desahan pertanda kebimbangan yang menjadi jawaban. Lelaki renta itu berjalan perlahan menuju jendela kamar, menatap jauh halaman rumahnya yang sangat luas.
"Aku ingin mempersiapkannya, tapi bayangan tentang bagaimana kehancuran itu terjadi selalu membuatku takut untuk mengatakan yang sebenarnya pada Tzuyu" gumamnya.
"Hyunseok, seberapa menakutkannya pun kita tetap tidak bisa lepas dari takdir yang sudah mengikat bukan?"
Hyunseok berbalik menatap Myun Hee──istrinya yang masih duduk di sofa dengan beludru merah di kamar mereka.
"Kau berpikir begitu?" Tanya Hyunseok membuat Myun Hee tersenyum.
"Sejak dulu aku hanya berpikir kita pergi untuk mencari tempat aman sebentar, bukan untuk mengubah yang sudah ada."
♔ ♔ ♔
Sepasang suami istri dengan jubah kerajaan yang mereka kenakan kini berjalan menuju pintu utama untuk menyambut kedatangan seseorang yang telah diberitakan akan berkunjung. Derit pintu kayu terdengar nyaring, terbuka perlahan membawa seberkas cahaya yang mengantar seorang lelaki dengan penuh gagah wibawa dari baliknya.
"Salam dari kami, Yang Mulia Raja Archduchess" ucap mereka bersamaan. Jungkook hanya menganggukan kepala sebagai tanda bahwa ia menerimanya.
"Kami tidak keberatan dengan kedatanganmu Raja, hanya saja kami tak ingin kau kecewa. Karena sampai sekarang bahkan portal di sebelah barat kerajaan Lucene tetap tidak bisa dilewati" ujar sang lelaki paruh baya yang mengenakan mahkota di kepalanya.
Jungkook menghela napas, menolehkan kepala ke arah lukisan besar dimana ada salah satu bayi perempuan cantik diantara kelima orang yang menghuni lukisan tersebut. Membuat sang wanita dengan tiara di kepalanya ikut tersenyum miris menatap lukisan tersebut.
"Sama sepertimu Raja, kami juga sangat menantikannya. Entah bagaimana rupanya sekarang, sebesar apa dia, dan bagaimana dia tumbuh? Aku sangat merindukannya" ujar sang Ratu membuat suaminya mencoba menguatkan. Jungkook mengangguk perlahan, dalam hati menyetujui hal tersebut.
"Tapi entah mengapa firasatku mengatakan bahwa Tuan Puteri Tzuyu akan segera kembali."
♔ ♔ ♔
Tzuyu menyipitkan matanya, memejam kembali setelah merasa bahwa cahaya yang masuk sedikit menyakiti matanya. Dengan menarik napas panjang, ia berusaha mengumpulkan seluruh kesadaran. Tzuyu meringis merasakan sakit yang menimpa seluruh tubuhnya, bahkan ia tak bisa untuk menggerakkan kedua tangan.
"Ah, kenapa ini" lirihnya pelan, Tzuyu juga merasa bahwa tenggorokannya teramat kering, kepalanya terasa berat dan ia seperti tidak memiliki tenaga sedikit pun.
"Sudah bangun Tuan Puteri?" Tzuyu menoleh mendapati sang Kakek yang berjalan dengan diikuti dua pelayan di belakangnya.
"Kakek──"
"Tidurlah, jangan paksakan tubuhmu" suruh Hyunseok mencegah Tzuyu untuk beranjak.
"Tapi aku tidak mengerti, apa yang terjadi? Kenapa ini menyakitkan?" tanya Tzuyu. Namun, Hyunseok hanya menatapnya dengan senyum tipis.
"Aku tidak tahu, jika kau bisa memberi tahu apa yang kau lakukan mungkin aku bisa memberi jawabannya." Tzuyu mengerutkan dahi lalu membulatkan mata seketika dia ingat apa yang telah dia lakukan semalam.
"Aku hanya──" Tzuyu mengurungkan kalimat mengetahui bahwa yang dilakukannya semalam adalah sebuah kesalahan. Bukankah percuma saja dia melakukan rencananya jika sang Kakek akhirnya tau?
"Kau tidak mau bicara?" Tzuyu menggeleng. "Aku hanya tidur, dan saat bangun seperti ini" jawabanya polos dan meyakinkan.
Hyunseok tertawa, tergelak sambil mengusap lembut kepala sang cucu. "Jadi, cucuku ini sudah mulai punya rahasia?"
"Ti-tidak Kakek, aku hanya──"
"Hanya berencana membuat aku dan Nenekmu tidur lelap sedangkan kau memasuki ruangan rahasia?" Mata Tzuyu membulat sempurna mendengarnya.
"Bagaimana Kakek tahu?" Hyunseok kembali tertawa.
"Jadi itu benar?"
"Aku hanya──"
"Aku hanya menebak Tzuyu. Tapi ternyata tebakanku benar."
"Bagaimana bisa?" tanya Tzuyu heran, Hyunseok hanya tersenyum.
"Karena rencanamu gagal." Tzuyu mendesah, mengaku salah dan kalah.
"Baiklah, aku minta maaf. Bisakah kau membantuku? Ini sangat menyakitkan" Hyunseok tersenyum, mengecup penuh kasih sayang kening cucunya.
"Dengar Sayang, aku selalu ingin menolongmu bahkan tanpa kau minta. Tapi, untuk saat ini bukan aku yang bisa menolongmu, melainkan oranglain. "
"Siapa?"
Hyunseok menatap Tzuyu lekat sebelum akhirnya tersenyum, ia menarik napas dalam dan kembali mengusap kepala cucunya.
"Seharusnya aku bisa lebih menjaga agar kau tidak masuk ke sana, tapi Nenekmu benar ini mungkin sudah waktunya untukmu tahu semuanya."
"Maksud Kakek?"
"Kau akan mendapatkan jawabannya segera, tapi sebelum itu aku mohon agar kau bertahan hingga besok malam. Mungkin akan semakin menyakitkan, tapi kita tidak punya pilihan. "
"Aku tidak mengerti Kakek. Tolong jelaskan dengan benar" Hyunseok tersenyum.
"Jika yang kau cari selama ini karena keanehan-keanehan yang terjadi hingga membuatmu nekat masuk ke sana, maka semuanya sudah mulai terbuka." Hyunseok menarik napas dalam, berbalik membelakangi Tzuyu dan mengubah ekspresinya menjadi sangat dingin, membuat para pelayan menunduk takut.
"Kakek?"
"Ingatlah bahwa kita bukan sepenuhnya manusia."
▪️▪️▪️▪️
KAMU SEDANG MEMBACA
Der Thron
FanficAwalnya, Tzuyu mengira bahwa keanehan yang ada dalam diri kakek dan juga neneknya adalah sebuah kewajaran mengingat usia renta. Namun, justru setelah mengenal dunia luar Tzuyu tak tahu kata apa yang bisa menggambarkan lebih dari suasana aneh di ruma...