1. Neraka Menyambut

78 4 0
                                    

#Terjebak_di_Dunia_Lain 1
Repost

***

Aisha terbangun dalam ruangan yang pengap dan gelap. Sulit sekali untuk menyesuaikan penglihatan meski berkali-kali mengerjap. Meski ada cahaya purnama yang menerobos di sela tirai, tapi itu tidak cukup membantu.  Gadis itu pun merangkak, berusaha menggapai dinding sambil meraba-raba sekitarnya. Yakin bahwa ini adalah tempat di mana ia dan teman-temannya berpijak terakhir kali, sehingga dengan mudah ia memprediksi letak sakelar.

Beberapa langkah merangkak, Aisha berhasil mencapai tempat yang diyakini ada sakelar di situ. Telapak tangannya menyentuh dinding, berusaha menumpu tubuh yang sedikit terhuyung untuk bangkit. Terasa dingin dan lembap, tapi ia abaikan. Pikirannya hanya terfokus pada sakelar agar terlepas dari kegelapan dan ... ketemu!

Seketika, ruang jadi benderang. Namun, aneh ... lampunya tidak seterang biasa. Berwarna putih, tapi redup. Belum hilang tanda tanya di benak, Aisha kembali dihantam kebingungan. Ruangan tempatnya berpijak tampak familier tapi asing. Sekilas, itu memang perpustakaan. Namun, dindingnya terlihat kusam dan berlumut di beberapa bagian, serta sarang laba-laba yang menghias sudut langit-langit.

Kepalanya terasa berputar-putar. Tak mengerti, bagaimana bisa dalam waktu singkat, perpustakaan berubah seolah-olah lama tak terjamah? Lalu, teman-temannya ... di mana mereka?

Aisha mendekati bangku lalu duduk seraya memegangi kening, berusaha menstabilkan tubuh yang limbung dan pikiran penuh tanda tanya. Ketika ia pingsan, kenapa tak ada seorang pun yang menolong?

Seingat gadis itu, mereka—Aisha, Nathan, dan Yuna—berada di perpustakaan tadi pagi. Lalu ....

Brakkk!

Seketika, sebuah suara membuyarkan lamunannya, ‘Apa itu?’

“Aarrgghhh!”

'Siapa yang teriak?’

“Aarrgghhh!”

‘Yuna!’

Aisha yakin bahwa yang berteriak itu adalah Yuna. Gadis itu pun bangkit hendak mencari tahu apa yang terjadi. Namun, belum juga mencapai pintu, tiba-tiba terdengar lagi suara benda jatuh dan hancur. Tak berapa lama, suara teriakan itu terhenti. Seperti televisi yang dimatikan, senyap seketika tanpa mengurangi dulu volume-nya.

‘Kenapa berenti?’

Aisha terpaku. Rasa takut bercampur bingung membuat tubuhnya menegang. Meski begitu, rasa penasaran seolah-olah memaksanya untuk tetap melangkah menuju asal suara.

Membuka pintu sedikit, lalu mengintip situasi di luar—bangunan dua lantai yang mengelilingi lapangan. Gelap dan sepi. Beruntung, ada cahaya purnama  menerangi, sehingga netranya tak perlu berusaha keras untuk beradaptasi.

Seluruh kelas dalam kondisi gelap. Namun, ada salah satu ruangan pada lantai dua di seberang yang tampak berbeda. Sedikit terang dan terbuka, entah di bagian mana. Terlihat dari tirainya yang melambai-lambai seperti tertiup angin.

Aisha memutuskan untuk keluar dari perpustakaan lalu melangkah menuju kelas yang tampak berbeda itu. Ia yakin, Yuna ada di sana.

‘Tunggu aku, Yun!’

Setelah menaiki tangga dan berjalan beberapa meter, sampailah ia di depan kelas yang dituju. Pintunya tertutup dan jendela terhalang tirai, sehingga ia tak bisa melihat apa yang terjadi di dalam.

Aisha memegang kenop, tapi jemarinya tidak mau bergerak. Ia hanya berani menempelkan telinga ke pintu sambil berdoa. Tak ada lagi teriakan Yuna. Namun, samar-samar terdengar suara napas dalam dan berat, diikuti suara patah dan bergemeretak dari dalam sana.

Terjebak di Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang