.
.Suasana terasa ganjil.
Pandangan Aisha kini tertuju pada genggaman Wira. “Maksud kamu, sekarang jadi ada temen, 'kan?” Aisha memastikan sambil menoleh dan membalas tatapan Wira. Gadis itu tak ingin terlihat bodoh dengan mudah percaya, atau merasa besar kepala oleh ucapan pemuda itu.
“Iya. Jadi, biarpun saya nggak tau bisa pulang apa nggak, atau sampe kapan saya ada di 'dunia' ini, tapi selama ada kamu, saya nggak bakal kesepian, Sha.”
Aisha tersenyum masam. Benar dugaannya, ucapan pemuda tak perlu dianggap serius. Untung saja ia tidak menanggapinya secara berlebihan.
“Kalo kamu gimana, Sha?” Wira bertanya sambil meletakkan tangannya yang satu lagi pada genggaman itu.
“Kalo aku, sih ... ya, mau gimana lagi? Nggak ada manusia lain kecuali kamu. Jadi, mau nggak mau ya harus bareng,” jawabnya santai.
“Kalaupun dunia kita udah nggak sama, saya pasti tetap bisa menemukan kamu.”
“Oh, ya?” Aisha terkekeh. “Gimana caranya?”
“Mmm ... caranya, kita nggak boleh pisah.”
“Jadi, kamu mau ikut ke mana aja aku pergi?
“Iya. Saya akan nemenin kamu, Sha.”
“Emang kamu tau, aku mau ke mana?
Wira mengangkat bahu, “Nggak tau. Yang jelas bukan ke sarang iblis, 'kan?”
Aisha terdiam beberapa saat, hingga akhirnya ia menarik tangan dari genggaman Wira dan menghela napas dalam. “Sayangnya, aku emang mau ke sana, Wir. Aku mau cari Nathan.”
“T-tunggu ... kamu serius, Sha. Tapi, kan--”
“Plis, jangan larang aku lagi, Wir,” sela Aisha.
“Bukan gitu, Sha. Maksud saya, kita nggak tau di mana sarang mereka. Mau cari ke mana?
“Makanya itu, kita harus selalu menampakkan diri. Jangan sembunyi. Siapa tau, iblis itu muncul lagi, terus kita masuk ke cahayanya.”
Wira berdeham begitu mendengar ucapan gadis itu. Ia tak menjawab ataupun merespon.
“Kenapa, Wir? Kamu takut?”
Wira tertawa kecil, “Saya takut? Ya, nggaklah, Sha. Justru saya bakal nemenin kamu sampe akhir.”
“Kamu yakin?” Aisha meragukannya. Ia yakin jika pemuda itu hanya bercanda seperti sebelumnya. “Nggak takut bakal diserang iblis lagi?”
“Saya bahkan rela mati demi kamu.”
Pemuda itu benar-benar sukses membuatnya bingung. Sulit sekali menarik kesimpulan dari seseorang yang sering menggodanya untuk main-main.
“Dan biarpun saya nggak bisa sihir, tapi saya akan berusaha melindungi kamu, Sha,” imbuhnya dengan mantap.
Aisha bergeming. Sekarang, ia tahu ke mana arah semua ini. Dari tatapan mata Wira yang begitu tenang, ia meyakini bahwa pemuda itu sedang tidak main-main.
“Jadi ....” Gadis itu menegakkan posisi duduk dan sedikit meregangkannya, “serius, kamu nggak takut?
“Sejak ada kamu, saya malah lupa kalo pernah ngerasa takut.”
Aisha kembali bergeming. Perlahan, dinding keraguan di bagian utama hatinya mulai runtuh.
“Jadi, sekarang kamu udah nggak takut lagi kalo diserang iblis?”
“Enggak, Sha. Dan kalo dipikir-pikir, ngerasa takut itu nggak berguna dan cuma buang-buang waktu. Daripada kayak gitu, mending kita siapin senjata buat ngelawan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak di Dunia Lain
FantasySeorang gadis terjebak di dunia yang dihuni para iblis. Di sana, ia bertemu dengan pemuda dan jatuh cinta. Namun masalah muncul ketika ia mengetahui bahwa ternyata pemuda itu bukanlah manusia.