1

13 2 1
                                    

"Permisi"

Aku yang sedang melihat bintang tersentak karena suara tersebut. "Ah, ya ada yang bisa kubantu" ucapku ramah

"Apa aku boleh duduk disini?"

"Duduk saja tidak ada yang melarang, lagipula ini kan kursi umum" aku bergeser ke sebelah kanan kursi, memberikan tempat orang itu untuk duduk.

Orang itu duduk tanpa berbicara apa apa. Aku sendiri sekarang sedang sibuk memfoto bintang di langit, sangat cantik - batinku. Suasana menjadi sangat hening aku ataupun orang itu tidak ada yang berbicara. Aku menjadi canggung karena orang asing itu, sepertinya aku yang harus mulai berbicara.

"Apa aku boleh tau siapa namamu" sungguh aku tidak terbiasa dengan suasana yang canggung ini

"Adara, Adnan Adara Sabiru panggil Adara saja" sambil mengangkat tangannya untuk berjabat tangan

"Aku Jinra Bintang Risfita panggil saja Jin atau apapun yang nyaman" aku membalas jabat tangannya seraya tersenyum

"Bagaimana kalau kupanggil Bintang? Apa boleh?" Tanya Adara sambil memainkan ponselnya

"Bintang? Kenapa?" Bingung ku, jujur aku tidak terlalu suka jika dipanggil Bintang

"Karena sepertinya kau sangat menyukai bintang kurasa" ucapnya ragu. "Apa tidak boleh aku memanggilmu Bintang" tanyanya sambil tersenyum canggung

Aku menggelengkan kepalaku. "Ah tidak, panggil saja begitu kalau memang nyaman"

"Bisa kuminta nomor telepon mu?" Sambil memberikan ponselnya kepadaku

"Eh, baiklah" aku menuliskan nomor telepon ku di ponselnya, sekalian kutuliskan namaku. Sesudahnya aku memberikan ponselnya lagi ke pemilik nya

"Oke, dan sepertinya aku harus pergi sekarang apa kau tidak pulang? Ini sudah sangat malam" ucapnya sambil berdiri bersiap siap akan pergi

"Ah ini mau pulang kok" kataku sambil membereskan kamera

"Pakailah ini, ayo kuantar pulang" sambil memberikan jaketnya kepadaku

"E-eh? T-tidak perlu aku bisa pulang sendiri" ucapku agak gugup. Lagipula yang benar saja kita kan baru kenal beberapa jam yang lalu masa iya mau mengantarku pulang.

"Ini pakai dulu jaketku udaranya dingin nanti kau bisa sakit. Kuantar saja, tidak baik perempuan sendirian diluar malam lagi"

Jantung ku berdetak sangat kencang, apa aku sakit? Tapi tidak kok. Kenapa aku gugup sih.

"I-iya" jawabku terbata

Aish kenapa masih gugup sih, ayolah kenapa juga harus gugup - aku berkata dalam hati.

"Sudah?" Tanyanya

Pertanyaannya membuatku sadar dari lamunanku "Iya sudah"

"Ayo" ucapnya sambil berjalan duluan

aku mengikuti nya dari belakang pertama kalinya aku diantar pulang dari taman ini. Memang ya udara malam hari ini sangat dingin, aku jadi teringat seseorang sahabatku yang dinginnya luar biasa bisa mengalahkan kutub Selatan rasanya tanpa sadar aku tersenyum sendiri saat berjalan.

Di perjalanan aku melihat lihat ke kanan dan kiri, memang tidak ada yang bagus tapi itu sudah menjadi kebiasaanku. Sesekali aku berhenti saat melihat kucing yang imut untuk sekedar mengusapnya saja, sampai sampai Adara menjadi jengkel karena aku berhenti terus setiap melihat kucing. Aku tidak bisa mengabaikan kucing karena mereka sangat imut karena itulah kucing masuk dalam daftar nomor dua dalam hal kesukaanku setelah bintang.

Aku baru sadar dari saat kita berjalan menuju kerumahku, memangnya Adara tau dimana rumahku.

"Dara, Adara" panggil ku agak kencang, karena Adara berada jauh dari tempatku berada

Adara tidak menoleh sedikitpun, sepertinya dia tidak dengar. Aku berlari mengejar Adara yang berada jauh di depanku.

"Adara " panggil ku tersenggal senggal

"Kenapa?" Bingung Adara, kenapa juga harus lari lari begitu

"Kau tau dimana rumahku?" Tanya ku to the point

"Tidak" jawabnya santai

Yang benar saja lalu dari tadi berjalan ke mana, kalau tersasar bagaimana kenapa pula dia tidak bertanya rumahku dimana.

"Lalu dari tadi kita tersasar begitu?" Ucapku panik bercampur marah

"Tidak, kita berada di jalan utama komplek ini. Rumah mu harusnya disekitar sini kan?"

"Ah. Iya, rumahku berada di paling ujung sebelah kanan" tunjuk ku. Aku jadi malu karna sudah nuduh yang tidak tidak

Setelah sampai di depan pagar rumahku Adara mencubit pipiku pelan lalu pamit pulang, aku masih berada di depan pagar rumahku melihat Adara dari belakang, barulah aku masuk ke dalam rumah saat Adara sudah tidak terlihat lagi dimataku. Pertemuan kami yang singkat tapi menyenangkan, kuharap saat pergi ke taman esok dia akan ada disana. Sekarang ada sesuatu yang kutunggu kehadiran nya, jika biasanya aku pergi ke taman hanya untuk melihat bintang sekarang ada alasan lain yang membuat ku pergi kesana, tentu saja itu Adara orang pertama yang membuatku nyaman bersamanya.

TBC



The Starry NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang