2

7 2 0
                                    

Hari hari berlalu, jika biasanya di taman ini aku selalu sendiri sekarang aku tak lagi seorang diri. Jika biasanya hanya ada angin malam dan keheningan yang menemaniku sekarang ada Adara yang selalu bersamaku. Ia menepati janjinya untuk menemaniku di taman ini, sekarang  ada canda dan tawa yang menemaniku dan Adara. Sungguh aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan seseorang yang baik seperti Adara. Dan tanpa kusadari pula, aku mulai nyaman dengannya. Malam hari adalah waktu yang selalu kutunggu tunggu agar bisa bertemu dengannya, ia selalu menceritakan  keluh kesah yang tidak bisa ia ceritakan kepada orang lain dan entah apa itu membuatku merasa spesial.

Sekarang ini aku sudah berada di taman, dan seperti biasa aku duduk di bangku yang berada agak pojok dari taman itu menjadi tempat favorit ku bintang terlihat lebih jelas di sana. 2 jam sudah berlalu tetapi aku tidak melihat tanda tanda kedatangan Adara, apa ia sakit pikirku. Padahal ini sudah seminggu. Sudah lama kutunggu pun ia tetap tidak datang, sepertinya memang tidak akan datang hari ini, yasudah lah aku sendiri lagi di taman ini, seperti saat Adara belum datang waktu itu. Aku merasa hampa, seperti ada sesuatu yang hilang apa mungkin karna Adara tidak disini?. Ah sudahlah mungkin saja ia ada urusan itu sebabnya ia tidak bisa datang. Berpikir positif lah Jinra, gumamku kecil.

Sekarang aku akan pulang saja, melihat bintang rasanya tidak terlalu menyenangkan lagi. Aku memakai tudung jaket ku dan berjalan meninggalkan taman.

Jalan terasa sangat sepi saat tidak ada Adara. Biasanya ia akan berbicara tanpa henti atau kadang menari dengan gerakan yang aneh dan itu selalu berhasil membuatku tertawa lepas. Aku tertawa saat mengingat nya. Kenapa aku memikirkan Adara terus sih, aish sudahlah berhenti memikirkan Adara aku berkata dalam hati sambil menepuk pelan pipiku.

Aku sudah hampir sampai dirumahku, sepanjang jalan aku bersenandung ria agar tidak terlalu sepi saat berjalan sampai, ada seseorang yang mengagetkan ku dari belakang.

"Aish, kenapa mengagetkan ku sih" sambil memukul lengan sahabatku itu. Ya, sahabatku namanya Jean Rahsyafa. Orang lain selalu bilang ia sangat dingin dan cuek, tapi bagiku dia itu sangat baik dan peduli juga sangat suka mengganggu ku , kadang aku tak tahan sikap  nya yang slalu mengganggu ku tapi aku tau dia bersikap seperti itu hanya kepada orang yang sudah ia anggap dekat saja. Jadi ya aku sudah tidak terlalu masalah dengan itu.

"Hehehe... soalnya kamu lucu sih kalau lagi kaget" Jean berkata sambil masih tertawa keras

"Terserah lah" Mood  ku jadi rusak karena Jeje, oh iya karena kami sudah sangat dekat jadi aku memanggilnya dengan sebutan Jeje. Hanya orang tertentu saja yang bisa memanggil nya dengan sebutan itu, hanya aku dan tentu saja orangtua nya.

"Marah nih" Jean  berucap sambil menyenggol ku dengan sengaja

"Apa yang kau lakukan di sini" aku mengalihkan pembicaraan

"Kau lupa?" Jean memberi jeda pada kalimatnya "kan aku mau menginap dirumah mu, masa beneran lupa?" Jean  berkata dengan nada kecewa

"Memang iya?" Tanyaku balik. Sepertinya Jeje tidak pernah mengatakan kepadaku ada menginap

"Sehat ga? Jangan jangan amnesia lagi, ke dokter dulu sana" Jean berucap sekenanya

"Heh dasar kok malah doain amnesia sih!" Aku memukul kepala Jeje keras. Lagian malah doain amnesia gimana gak kesel coba

"Duh sakit" sambil mengusap kepalanya "lagian masa lupa kan aku udah bilang di sekolah" kesal Jean. Padahal ia sudah bilang dari beberapa hari yang lau juga udah bilang berkali kali disekolah masa masih lupa juga, bikin kesel aja sih

"Iya?" Bingung ku, seingat ku aku tidak mendengar Jeje  bilang akan menginap kok

"Ah terserah lah, aku mau balik aja. Kesel lama-lama"  Jean berbalik arah menuju rumah nya yang tak jauh dari rumah bintang. Menang rumah mereka dekat hanya berbeda 4 blok saja, karena itu Jean sering main ke rumah bintang.

"E-eh jangan pulang dong" sambil menarik lengan Jeje

"Maaf lupa, janji deh besok besok ga lupa lagi" mohon bintang

"Hm"

"Jangan marah lagi ya"

"Hm"

Tuhkan masuk ke mode dingin nya, duh lagian pakai lupa segala sih. Gara gara manusia yang super nyebelin alias Adara itu.

"Nanti dibeliin cokelat yang banyak deh, mau ga?" Cara paling ampuh untuk meluluhkan Jeje yang lagi mode dingin ya dibeliin cokelat, apapun, dari cokelat batangan, es krim, minuman pokoknya harus ada cokelat nya gitu

"Beneran?" Mata Jeje langsung berbinar begitu mendengar kata cokelat. Dia tuh lemah kalo sama coklat.

"Iya, udahan marahnya tapi"

"Siap bos"

Jadilah Jinra pergi ke minimarket yang berada di dekat rumahnya untuk membeli cokelat. Sesudah membeli cokelat dan snack lainnya bintang berjalan pulang ke rumahnya sambil memainkan handphone nya. Di tengah perjalanan tanpa sengaja ia menabrak seseorang.

"Kau tidak apa apa?"

"I-iya"

"Makanya kalau jalan jangan sambil main HP, untung ketabrak orang coba kalau ketabrak mobil atau motor bisa masuk rumah sakit kan"

"Iya" ini hanya perasaan ku saja kan suara nya sangat mirip ah bukan persis dengan Adara, orang yang memenuhi pikiran nya seminggu ini

Aku mengumpulkan keberanian ku untuk bertanya "Maaf kamu Adara?"

Sosok itu terlihat terkejut saat aku menanyakannya

"Maaf anda siapa? Kenapa bisa tau nama saya?" Tanya nya bingung

"Eh, beneran Adara. Ini aku Jinra, orang yang selalu kamu temui di taman" akhirnya aku bisa bertemu lagi dengan Adara. Tapi ada yang aneh kenapa dia tidak mengenaliku, padahal kami sudah sering bertemu.

"Jinra? Selalu kutemui? Taman?"

"Iya, kamu lupa? Kita kan sering bertemu di taman. Bahkan saat pertemuan pertama kamu meminjamkan jaket kepadaku"

Adara melihat jaket yang dikenakan bintang, itu memang jaketnya tapi kenapa bisa ada sama dia? Ia juga tak pernah mengenal bintang, tapi kenapa bintang kenal dengannya.

"Maaf, saya benar benar tak kenal dengan anda. Sepertinya anda salah orang. Kalau begitu saya permisi dulu" Adara berjalan melalui bintang yang terpaku tak percaya. Bagaimana Adara bisa melupakannya.

Ia meremat jaket yang dikenakan nya. Jaket Adara orang yang selalu ia tunggu kehadirannya kini melupakannya.

"Lagipula memang aku siapanya" Bintang tertawa miris

TBC

The Starry NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang