"Awal"

94 14 1
                                    




~7 Januari 2018~

Suara riuh menghiasi SMA Pramuda, hari ini adalah hari pertama masuknya tahun pelajaran baru disekolah itu. Semuanya tampak normal hingga datanglah seorang siswi cantik bernama Aletta Natasya.

Gadis itu tersenyum manis, ia mulai bersenandung kecil dan mengayunkan roknya kekanan dan kekiri, Aletta adalah gadis yang ceria. Ia terlihat sebagai makhluk terbahagia di dunia, bagaimana tidak? Aletta sekarang satu sekolah dengan cinta pertamanya. Arga Prayuda.

Dulu, mereka memang pernah satu sekolah saat SMP namun Aletta hanyalah seorang gadis pemalu yang memilih menjadi pengagum rahasia saja. Namun kini ia sudah membulatkan tekadnya untuk mengungkapkan cintanya pada Arga.

"Merinding gue"kata gadis disebelah Aletta, kinar sahabatnya.

"Udah kali ta, mau Lo liatin sampai satu tahun kemudian juga siarga gak bakal berubah bentuk"sambung kinar menatap aletta

Aletta semakin merekahkan senyumnya, tak membalas kata-kata sahabatnya, toh memang benar.

Arah mata Aletta mengarah ke tangannya, tangan kecilnya menggenggam sebuah surat cinta yang ia buat dengan sungguh-sungguh. Dalam hati ia berdoa agar Arga mau membacanya, ia sudah cukup paham dengan sifat Arga, jangankan dibalas, dibaca saja sudah membuatnya sujud syukur.

"Lo yakin ta?" Tanya kinar prihatin

"Gue gak pernah seyakin ini" balas Aletta dengan sungguh-sungguh

"Ya udah, gue doain dari sini. Moga-moga aja badan Lo masih utuh pas balik" kata kinar bercanda

"Ngelawak aja Lo remahan kripik singkong" balas Aletta ikut bercanda. Dalam hati Aletta juga ikut berdoa semoga Arga bisa menerima surat ini.

Kantin, adalah tempat yang kini dituju Aletta, karena Aletta tau Arga tidak akan pernah sarapan pagi jadi tempat pertama yang dituju Arga pasti kantin, dulu waktu Arga SMP Aletta senang sekali memandang wajah Arga yang sedang makan, sadis-sadis gimana gitu.

Kini langkah kaki Aletta sudah didepan meja Arga dan dimas, Aletta menggeram kesal karena detak jantungnya tidak terkontrol, bagaimana kalau Arga dengar?

Seyakin mungkin Aletta merekahkan senyumnya, ia yakin ia pasti bisa. Lagipula Arga tidak akan membunuhnya kan jika ia menyatakan cinta?

Rasa cinta itu juga salah, dibanyaknya makhluk yang ada kenapa harus Arga? Bahkan jika boleh memilih Aletta ingin jatuh hati pada kinar saja. Kinar selalu ada saat Aletta membutuhkan.

"Pagi kak" sapa Aletta disertai senyuman tulusnya

Dimas melirik, ia tau sahabatnya ini tidak mungkin menanggapi sesuatu yang tidak penting. Bahunya mencoba menyenggol pelan lengan Arga namun Arga tetap tenang sambil melanjutkan makannya seakan tidak ada yang terjadi.

"Pagi kak" ucap Aletta kedua kalinya, masih disertai dengan senyuman. Jika saja Arga bukan pria yang Aletta suka ia tidak akan segan-segan memukul kepala Arga dengan batu besar.

Waktu terus berlalu, satu menit sudah Aletta berdiri disertai senyuman yang tidak luntur, mungkin orang lain akan mengiranya wanita bodoh yang mau diperbudak oleh cinta.

"Pagi ka-"

"Kenapa?" Arga. Akhirnya sisetan mengeluarkan suara.

Sungguh, jika urat malu Aletta sudah putus, ia tidak akan segan-segan untuk teriak-teriak sekarang juga. Namun sayang urat malu Aletta masih tersambung.

Aletta mulai menarik nafas panjang, jarinya menghitung mundur 3 2 1 lalu ia akan siap mengatakannya. "Nggak kak, cuma mau ngasih ini" dengan cepat Aletta meletakkan surat itu didekat makanan Arga.

"Aku pergi, assalamualaikum" pamit sopan gadis itu, kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman.

Dimas tersenyum kecil. "Lucu" ungkapnya dalam hati.

Tepat setelah Aletta pergi Arga berdiri, tangan kirinya merampas kasar surat itu sampai mangkuk bakso yang belum habis itu berceceran dilantai. Nafasnya naik turun, perlahan diremas kuat surat dari Aletta dan langsung dimasukkan ketempat sampah.

"Jahat boleh, bangsat jangan ga" ucap Dimas memperingati

"Bukan urusan Lo" balas Arga dingin

"Lo udah keterlaluan, tuh cewek tulus ngasih Lo surat, kalo gak niat bales seenggaknya baca" jelas Dimas mulai emosi

"Bisa gak sih, gak usah ikut campur?" Tanya Arga ikutan emosi.

"Gue ikut campur karena gue sahabat Lo ga, wajar kalo Lo salah gue nasihatin"jelas Dimas sambil memegang bahu Arga.

Arga menurunkan kedua tangan Dimas kasar. "Kalo Lo mau Lo bisa ambil cewek tadi, gue gak butuh" kata Arga yakin

Dimas kembali emosi, Arga sudah benar-benar keterlaluan. Namun dengan segera ia mengontrol emosinya, ia tau ada hal yang membuat Arga berubah menjadi seperti ini. "Terserah, gue males ngomong sama Lo" ucap Dimas segera pergi dari kantin

Aletta, gadis itu masih berdiri dibalik dinding, harapan hanyalah tinggal harapan, tidak akan pernah berubah menjadi kenyataan, perlahan tangan kanannya menuju arah dada, menepuk nepuk pelan seraya berharap bisa mengurangi rasa sakitnya, perlahan isaknya mulai terdengar disertai air mata. "Sakit" ucapnya pelan.





Readers ayo dong jangan pelit vote sama comemmt,
Salam author, Asti Seftiani😄

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang