Wooyoung mendengus malas. Ia benar benar bosan.
Kelas kembali jamkos. Karena masa masa ujian, banyak guru yang ada tugas untuk jaga.
"Bro bosen gue" ujarnya pada teman sebangkunya, Yeonjun.
"Main game sana"
"Udah tapi bosen"Godain cewek sana" saut temannya lagi bernama Youngtaek.
"Bosen"
"Tumben?!?!?" Kaget keduanya. Tumbenan banget cowo pakboi macam Wooyoung bosen godain cewe.
Biasanya juga 24/7 godain cewe nonstop.
"Assalamuallaikum anak anak"
"Lah pak ko masuk?!" Pekik Wooyoung, mau kekantin dia.
Takda aklak.
"Dih emang ini anak atu, saya cuman bagiin tugas bentar, teros balek. Kalian kelompokan"
Guru kesenian mereka berdiri didepan menyebut kelompok kelompok yang telah di pilihnya.
Masing - masing berisi dua orang. Banyak yang malas karena teman sekelompoknya ambyar.
Tapi banyak juga yang semangat karena teman sekelompoknya bisa di andalkan.
Hingga Wooyoung mendengar namanya disebut.
"Wooyoung Ardana dengan Raihanah Andrea"Wooyoung auto semangat.
'Asikk'
Biar bisa godain anak orang lagi Yong?"BAPAKK AKU PADAMUU"
"Heh malah tereak""Ampun pak"
"Waduhh pak, jangan bikin Rei sekelompok sama Wooyoung, kasian dia"
"Hei kalian iri denganku karena bisa sekelompok dengan tuan putri?"
Kelas auto rusuh nyorakin Wooyoung.
Sedangkan Rei di pojok sana blank
"Astagfirullah, ya allah, cobaan apalagi ini"
Sabar ya Rei.
Tenang, Wooyoung ga gigit kok.
Kalau kumat, getok aja kepalanya pake pancinya makmu.
"Rei, kerja kelompoknya besok aja ya?" Tanya Wooyoung saat di jalan pulang.
"Lah terus Woo? Ini aku langsung pulang berarti?"
"Ikut gue beli makan dulu ya? Laper"
"Oh oke oke""Sekalian temenin Rei"
Bisa sekali modusnya bapak Wooyoung.
Wooyoung akhirnya mengajak Rei ditempat makan predcikin yang sering ramai dikotanya.
"Lo mau pesen apa Rei?" Tanya Wooyoung.
"Mmm aku eskrim aja deh"
"Ngga makan?"
"Ngga usah Wooyoung""Kalo gitu lo duduk dulu aja, ntar cape" Rei hanya mengangguk dan memberi tahu Wooyoung jika ia duduk dipojok kanan dekat kasir.
Rei merogoh ponselnya, dan mengatakan pada ibunya jika ia pulang sedikit telat.
Tak lama gadis itu mendengar ada suara kursi ditarik. Wooyoung ada didepannya dan menyodorkan sekotak ayam goreng lengkap dengan nasi dan air putih padanya.
Ah tidak lupa eskrim pesanannya.
"Wooㅡ"
"Udah ah, gaenak gue kalo makan ga ditemenin, suka ayam kan?"Gadis itu mengangguk pelan dan berdiri.
"Kemana?"
"Cuci tangan sebentar""Oh oke oke"
Sekembalinya Rei mereka berdua makan bersama. Wooyoung benar benar belum menyentuh nasinya sebelum rei kembali mencuci tangannya.
"Kenapa ngga duluan?"
"Nungguin lo"Iya pak, teruskan.
Keduanya hanya makan dengan diam. Kata Wooyoung gabaik makan sambil ngomong, nanti muncrat semua. Kan sayang makanan yang muncrat terbuang sia - sia.
"Btw Rei, udah kepikiran ngga mau bikin seni apa?"
"Rupa aja?? Soalnya yang paling gampang. Bikin lukisan gitu?""Boleh tuh, tapi jangan di kanvas. Saran gue ngelukis sepatu, atau casing hp, atau apa gitu" ujar Wooyoung meneguk minumannya.
"Sepatu boleh tuh, tapi harus beli dulu" ujar Rei kembali berpikir benda apa yang akan mereka gunakan sebagai media seni rupa mereka.
"Casing?"
"Takutnya sama Pak Irwan ga di terima karena terlalu simple" Wooyoung kembali berpikir."Udah sepatu aja, gue punya banyak di rumah"
"Oke, besok sebelum pulang beli cat dulu ya""Siap tuan putri" Rei mendengus.
"Kalau soal sepatu, nanti aku gantiin Woo"
"Gausah kali Rei, santuy"
"Tapi gaenak...""Oke, ntar gantiin. Tapi pake..."
"Apa?""Cintamu padaku"
Rei menyesal mendengarkan Wooyoung.
"Terserah kamu Woo!"
"Cie lucu banget kalo ngambek"Tenang Rei, Wooyoung memang suka membual, tenang tenangㅡRei
Yong kode minta di seriusin yong.
KAMU SEDANG MEMBACA
whatever ㅡj.wooyoung
Fanfiction"Tau nggak apa yang lebih bersinar dari bintang?" "...." "Kamu!" "Whatever..." Berawal dari candaan, cerita percintaan wooyoung berubah. Semi Lokal ©snowhven_