"Woo, cat yang ini atau yang ini?" Tanya Rei memperlihatkan dua kotak berisi cat pada Wooyoung.
Wooyoung menunjuk salah satunya.
"Yang itu aja, kata temen gue bagus kualitasnya"
"Okey"Selesai membeli cat keduanya pulang ke rumah Rei.
Wooyoung sudah membawa sepatunya. Ia membawa dua.
Katanya sekalian. Ia pegang sepasang sepatu, dan Rei juga.
Terus kata Wooyoung biar bisa di buat jadi barang couple.
Alah bisa saja kau.
"Btw Woo mampir kesitu bentar" ujar Rei menunjuk kedai mi dekat rumah Rei.
"Mau ngapain?"
"Beli mi lah""Kirain mau ngepet" Rei berpura - pura tidak mendengarkan Wooyoung. Dari pada di bales. Percuma katanya.
Setelah selesai dengan membeli minya akhirnya mereka ada di tempat tujuan utama.
Rumah Rei.
"Kamu duduk disini dulu ya Woo, aku mau ganti" Wooyoung mengangguk dan segera duduk.
Laki - laki itu benar benar diam. Tumben?
Soalnya di rumah orang.
"Eh siapa ini?" Ada wanita dewasa yang menghampiri Wooyoung. Ia segera berdiri dan salim
"Saya Wooyoung, temennya Reiㅡ" Wooyoung diam karena bingung mau memanggil apa.
"Oalah temennya Rei, saya kakaknya"
"Oiya kak" wanita itu hanya terkekeh.'Aduh geulis pisan, makanya si Rei juga cantik' halah bisa saja kau.
"Yaudah, tunggu dulu ya young. Si Rei lagi ganti mungkin"
Wooyoung hanya mengangguk.
Dalam hati ia berseru senang.
'Emang anak sholeh, dapet rejeki nomplok'
Iyain.
"Coba tanya Rei ah, kali aja mau ngenalin tetehnya lebih lanjut" ujarnya.
"Kalau ga dapet Reinya, dapet tetehnya juga bole"
Serah kau malih, cape ane:(
"Woo, makan dulu. Baru langsung kerja kelompok"
"Eh Rei, gausah repot repot"Gadis itu hanya menggeleng dan meletakan semangkuk bak mi di depannya.
"Isi energi dulu, nanti ambyar kalo kerja kelompok dalam keadaan laper."
"Siap tuan putri""Yain"
Mereka berdua makan dengan tenang. Seperti yang Wooyoung bilang.
Kalo ngobrol takut muncrat.
Saat keadaan tenang, ada suara yang benar - benar mengganggu Rei
BRAK
Suara bantingan pada pintu rumah Rei terdengar jelas. Disusul teriakan seseorang.
"REII BAGI CABE"
Uhuk!
"Eh yaallah Rei minum dulu!" Wooyoung panik, mana wajah Rei udah merah gara - gara kesedak.
Setelah minum gadis itu menghela nafas panjang.
"Eh ada temennya Rei?"
Gadis itu beranjak.
"Gausah teriak bisa ga sih?!" Dengus Rei menuju ke arah dapur dan mengambilkan beberapa cabe.
"Ehehe maap, kebiasaan. Makasih Rei, cuyunk deh"
Sebelum pergi laki - laki itu mengacak rambut rei terlebih dahulu.
"Bro duluan ya" pamitnya sok kenal.
"Yoi""Siapa Rei?"
"Tetanggaku, maaf ya. Emang rusuh anaknya" ujar Rei dengan suara sedikit serak.
"Sakit tenggorokannya?"
"Ngga seberapa kok""Minum lagi aja" ujar Wooyoung menyodorkan segelas air mineral padanya.
"Siapa emang namanya?"
"Sanjaya, biasa di panggil San""Oalahh" Wooyoung hanya mengangguk dan mereka berdua melanjutkan makannya.
Keduanya mencoba melukis pada satu sepatu terlebih dahulu.
"Wah lo pandai bikin ginian ya Rei?"
"Ngga juga kok""Wah boleh nih" ujar wooyoung.
Rei hanya mendongak dan menatap wooyoung penuh tanya.
"Boleh di jadikan calon istri idaman"
"Wooyoung, sini. Kutuangin cat di wajahmu"
Wooyoung hanya tertawa.
"Oh iya Rei"
"Apalagi?" Dengus Rei malas."Tetehmu cantik, kenalin dong Rei"
Rei hanya mendelik, gila kali dia ngenalin tetehnya yang sudah bersuami.
Bisa diruqyah dia. Lagian Rei gamau punya kakak ipar macem Wooyoung.
"Eh tenang Rei, gajadi. Gadapet tetehnya, dapet adeknya juga boleh"
Awokawok mantep kali gombalan gue ㅡWooyoung.
Maruk nih pak wooyoung. Sama kakak atau adeknya pak?
KAMU SEDANG MEMBACA
whatever ㅡj.wooyoung
Fanfiction"Tau nggak apa yang lebih bersinar dari bintang?" "...." "Kamu!" "Whatever..." Berawal dari candaan, cerita percintaan wooyoung berubah. Semi Lokal ©snowhven_