DUA BATU

11 1 0
                                    

Freya berdiri di pos satpam kost Daffin dan Ervin, menunggu Dira yang sedari tadi belum tiba juga, di bahunya sudah siap handuk untuk mengeringkan tubuh Dira yang pasti basah kuyup karena kehujanan. Suara khas motor Dira mulai terdengar, Freya menghela napas lega karena sahabatnya itu akhirnya tiba.

"Dasar Batu!" Ucap Freya sambil melempar handuk ke arah Dira. 

"Ervin mana?"

"Di kamar, lantai 2." Freya menarik tangan Dira menaiki tangga menuju kamar Ervin dan Daffin. Dira merasakan sesuatu yang tak enak. Karena untuk pertama kali di hidupnya ia akan memasuki kamar pria. Freya membuka pintu kamar mereka, membuat aroma parfum khas pria itu tercium hingga hidung Dira, terlihat dua pria yang sangat mirip sedang asik masing-masing dengan ponselnya. Ervin langsung berdiri menghampiri Dira.

"Dasar ngeyel." Ervin menjewer telinga Dira. Membuatt kedua wanita itu terkejut, karena mereka baru saja kenal tadi di Warteg Bude Tati, tapi Ervin sudah berani menjewer telinga Dira.

"Apaan si lu." Dira langsung mengelak, melepas tangan Ervin dari telinganya. Terlihat satu pria yang sedari tadi duduk melongo melihat mereka bertiga.

"Sori, sori, abis aku kesel. Ayo masuk." Ervin mendorong Freya dan Dira masuk ke dalam, dan menyambutnya dengan sangat hangat. Mata Freya tertuju oleh Daffin yang masih diam duduk di atas kasur. Ervin yang menyadari itu memberi isyarat kepada Daffin untuk menyambut mereka. Tapi bukannya menyambut, Daffin malah berjalan menuju lemari pakaian yang dekat dengan kamar mandi.

"Fin, kamu ngapain? Sini, mereka udah dateng." Ervin memanggil Daffin yang sibuk mengobrak-abrik lemarinya, dan tak menggubris panggilan Ervin.

"Ehm, kalian minum dulu ya disini. Gue beli makanan dulu di kantin." Ervin beranjak dari kursinya,

"Kantin? Disini ada kantin?" Tanya Freya penuh rasa ingin tahu. Ervin mengangguk.

"Mau ikut.."

"Hm, oke. Ra, lu tunggu sini dulu ya.." Ucap Ervin, Dira mengangguk saja. Freya berlari kecil menyusul Ervin. Dira takjub dengan Freya yang dengan mudahnya akrab dengan seseorang. Seketika mata Dira terbelalak ketika melihat Daffin yang masih asik dengan kegiatannya di lemari. Ia baru sadar jika ia dan Daffin hanya berdua di ruangan ini. Tak lama Daffin berjalan menuju Dira, Dira merasa tak enak dan semakin was-was, hingga Daffin duduk di samping kursinya.

"Nih, pake baju gue dulu." Dira seketika merasa malu karena sebelumnya ia memikirkan sesuatu yang tidak-tidak. Dia meraih baju itu, baju hitam, dan celana hawai. Persis seperti yang dikenakan Daffin dan Ervin sekarang. Apa mereka hanya mempunyai baju dengan warna ini, itu lah yang ada dipikiran Dira.

"Makasih." Dira hanya menjawab singkat dan langsung menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Benar saja tubuh nya menggigil kedinginan karena mengenakan baju basah cukup lama. Ia pun segera mengganti pakaiannya dan melipat baju basahnya.

"Maaf, disini ada plastik?" Tanya Dira sembari keluar dari kamar mandi, Daffin masih duduk di kursi yang sama dengan posisi yang sama. Daffin hanya menggelengkan kepala, lalu berjalan mengambil tas kecil miliknya dan memberikannya kepada Dira.

"Ga ada, pake ini aja." Daffin melempar tas kecil miliknya. Dira berusaha menangkap tas itu, tapi tetap saja tas itu jatuh ke lantai juga.

"Makasih." Ucap dira tak kalah ketus dan kembali masuk ke dalam kamar mandi. Dira memasukkan baju basahnya dengan asal, ia tak habis pikir memiliki klien yang sangat tak sopan. Terdengar dari luar pintu kamar mandi di ketuk, Dira langsung membuka pintu dan terkejut melihat Daffin sudah di depan pintu sambil menyodorkan Hair Dryer berwarna hitam. Dira terdiam menatap Daffin meminta penjelasan, karena kebingungannya yang belum hilang tadi sudah ditambah.

Never Late to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang