Happy reading 📝 ...
.
.Cerita ini hanya Fiktif belaka jika ada kesamaan nama atau tempat, kejadian dan sifat tokoh itu hanya karangan author semata.
Budi dayakan membaca sampai habis dan jangan lupa vote. Mohon maaf jika typo bertebaran dimana-mana.
Enjoy Reading
Part sebelumnya https://my.w.tt/P3RtB8b5M5
***
"Huh! Kania kamu ini, merepotkan mama aja." Suara keluhan Rosnindar terdengar di telinga Kania, membuat hatinya mencelos seketika.
"Hm. Kali ini aja Kania bikin repot kalian, seterusnya enggak bakalan lagi, Kania janji," ujar Kania, senyum terukir di sudut bibirnya.
Rosnindar hanya menghela napas gusar, lalu melanjutkan mengambil barang-barang di depan gerbang rumahnya.Kemudian meletakkannya di bagasi mobil pribadi yang berwarna merah, berkilau.
Sesaat kemudian semua barang-barang sudah selesai diletakkan di bagasi mobil. Terdengar napas Rosnindar yang terengah-engah tak beraturan.
"Kamu menenangkan diri di rumah Kakek berapa lama? Sampe harus bawa baju sebanyak ini, ha?" tanya Rosnindar sembari berkacak pinggang dengan menunjukkan dahi yang berkerut.
Kania berpikir sejenak, sebaiknya ia menjawab pertanyaan itu ketika sudah sampai di rumah kakeknya.Ia takut jika ibunya tahu ia akan menginap untuk waktu yang sangat lama, mungkin sang ibu tidak akan mau mengantarkannya.
Bahkan jika ia menjawab di tengah perjalanan sang ibu pasti akan putar balik.
Tak ingin diserang dengan berbagai pertanyaan lagi, Kania segera berlari, lalu masuk ke mobil.
"Kania! Jawab!" sentak Rosnindar, sembari berjalan menuju pintu mobil dengan mengentakkan kaki di setiap langkahnya.
"Nanti aja Kania jawab."
Sesaat kemudian, Rosnindar menghidupkan kendaraan beroda empat itu, lalu menjalankannya.
'Haduh, untung Mama enggak nanya lagi,' batin Kania, tampak matanya berkaca-kaca karena dilanda rasa haru.Baru kali ini ibunya ingin mengantarkannya dan rela cuti kerja selama sehari. Apakah ini hanya kebaikan sesaat?
Gadis itu berusaha berpikir positif, menghalau semua pikiran negatif yang berkecamuk dalam pikirannya.
Kania membuang pandangan ke luar jendela, terbuka yang menghasilkan ventilasi udara yang menyegarkan.
Hiruk-pikuk kendaraan bermotor membuat kemacetan jalan raya, terlebih lagi bunyi klakson yang saling bersahutan, udara semakin memanas kala jalan raya sangat padat.Tak sabar-sabar rasanya orang-orang ingin sampai ke tempat tujuan mereka, begitu pun Kania.
Rasa tak sabar ingin melepaskan rindu pada kakeknya yang sudah lama tak ia jumpai.
Tepat di samping mobil Kania, tampak mobil berwarna hitam dan seorang anak laki-laki di belakangnya, yang juga tengah melihat ke luar jendela.Pas dan tepat, manik biru Galang dan manik legam Kania saling bertemu, agak lama mereka saling bertatapan nan mesra. Mata mereka saling membulat sempurna seketika.
"Kania!" panggil Galang, berteriak seraya melambai-lambai, tingkah ia tersebut berhasil menarik perhatian para pengendara yang lainnya.Kania hanya tersenyum tipis dan kembali melambai, pelan.
"Galang, kamu manggil siapa?" tanya Lamia, heran.
"Itu si cewek jutek, Mah."Lamia menoleh mengarahkan pandangannya ke arah Kania, yang terlihat tersenyum tipis.
'Jadi, itu, si cewek jutek yang berhijab. Biasa aja kayaknya,' batin Lamia, meremehkan.
"Galang, kamu ini ya, ketemu semua cewek langsung diajak ngobrol."
"Nak, kamu itu baru, berumur dua belas tahun, udah pandai mempermainkan wanita, gimana udah besar nanti," lanjut Lamia.
"Ini beda, kalau dia itu cewek jutek makanya akan Galang luruhkan hatinya. Siapa sih, yang enggak tertarik sama Galang?" gumam Galang yang dapat terdengar oleh Lamia, dilengkapi nyengiran kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIALANG (Cinta Segitiga)
Teen FictionBlurb Kania Adiba Lamia. Seorang gadis berusia 12 tahun. Ia hidup bersama keluarga yang bercukupan, tetapi kedua orang tuanya sering bertengkar, hingga akhirnya memilih berpisah. Namun, suatu hari ia disuruh memilih akan mengikuti ayah atau ibunya...