Part 3 RINDU PERTEMUAN

23 2 0
                                    

Happy reading📝📝

Budayakan Follow,Vote terlebih dahulu dan jangan lupa krisarnya!

.
.

Peringatan

Cerita ini hanya fiktif belaka. Sifat dan karakter tokoh hanya karangan author semata. Typo bertebaran.

Part sebelumnya
https://my.w.tt/r4rQthBBW6

Enjoy Reading ...

"Sayang!" Dari jauh sayup-sayup terdengar suara teriakan dari seorang wanita paruh baya yang berada di tengah jalan bersama seorang pria di sampingnya, terdengar di telinga Kania.

Mereka berdiri di tengah gelapnya malam yang hanya diterangi cahaya rembulan.

Gadis itu menyipitkan matanya, setelah mengenali suara itu matanya membulat sempurna, seketika.

"Mama dan ... siapa itu?" gumam Kania dengan mengernyitkan dahinya sembari mengedarkan pandangan, bingung kenapa ia bisa berada di sini.

Walaupun dalam keadaan yang hampir gelap sempurna ia masih bisa mengenali ibunya, dari suara, bentuk tubuh serta ukuran tubuh.

Rosnindar mulai mendekati anaknya yang termangu seperti kehilangan akal.

Dengan begitu semakin jelas pula tampak wajahnya. Gadis itu masih termangu sekaligus ketakutan.

Apakah ia benar-benar Rosnindar?

"Mama, ini siapa?" Pertanyaan Kania kini lebih terarah kepada pria yang di samping Rosnindar, tidak seperti biasanya wanita itu hanya tersenyum sembari mengelus-elus kepala Kania sangat lembut.

Sikap lembutnya yang secara tiba-tiba tentu membuat gadis itu merasa aneh dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu.

"Ini calon papa tiri kamu," jawab Rosnindar, sontak membuat Kania mendelik.

Wanita dengan rambut berwarna sedikit cokelat keemasan itu, menatap tajam manik biru pria di sampingnya, dengan bibir tak luput mengukir senyuman.

Perasaan Kania semakin tidak jelas terarah ke mana. Ia menatap lelaki yang berbadan kekar nan tinggi itu, samar-samar wajah pria tersebut, membuat Kania mengucek-ucek matanya.

"Kania enggak mau punya papa tiri," pungkas Kania.

"Haduh, Sayang, mama juga mau bahagia."

"Bahagia apanya? Jika terus-terusan melukai hati anak!?" bentak Kania, buliran cairan bening menetes tanpa aba-aba.

"Apakah, Mama enggak mikirin kebahagiaan Kania!? Enggak ya Ma!?" lanjut Kania, menjerit.

'Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri gadis itu, bertepatan dengan ia menoleh ke kanan.

Perlahan Kania menangkup pipi kirinya, yang memerah legam. Sungguh menyayat hati perilaku sang ibu, bagaikan ibu tiri.

Napasnya mulai tak beraturan. Melihat wajah sang ibu, tangis gadis itu semakin menjadi-jadi. Ya, Kania tetaplah gadis yang cengeng, baru kali ini ia menunjukkan tangisnya pada Rosnindar secara langsung.

Tak ada rasa berbelas kasihan dari raut wajah Rosnindar, melihat tangis anaknya yang memilukan, bahkan wajahnya semakin berapi-api.

"Nangis! Nangis! Nangis aja terus kamu! Dasar anak enggak tahu diuntung,"

gertak Rosnindar yang terdengar memilukan di telinga Kania. Pria yang berada di sampingnya hanya tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan tangis gadis malang di depannya.

"Dasar anak tak berguna! percuma saya melahirkan kamu, yang hanya mampu menangis, dasar cengeng!" lanjutnya lagi, mengumpat-umpat.

"Mah, maaf in Kania," ucap Kania, lirih. Enggan menyahut ucapan Kania, Rosnindar membuang muka dengan kedua tangan dilipatkan di depan dada, menunjukkan sikap angkuhnya.

"Astagfirullah."


"Astagfirullah."


"Astagfirullah hal adzim alladzi lailahailallah huwa hayyul qayum wa'atubu ilaih."

Tepat di istigfar ketiga, sebuah mobil melaju kencang menabrak Rosnindar bersama kekasihnya, tubuh mereka memental satu meter agak jauh dari tempat mereka berada sebelumnya.

NIALANG (Cinta Segitiga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang