Part 4 TEMPAT YANG TERPISAH

50 2 0
                                    

Jangan lupa vote and komen, ya. Kritsan jangan lupa.

Happy Reading

Bel masuk telah berbunyi, Kania yang sedari tadi berada di dalam kelas menatap sendu pintu masuk kelas, yang dilalu lalang para siswa untuk masuk.

Ia sedari tadi hanya terdiam sedangkan teman-temannya berbincang-bincang, termangu dalam kesepian.

Kenapa ia hanya terdiam? Biasanya, ia ikut nimbrung bersama teman-temannya.

Namun, di saat pikirannya terjatuh pada nama 'Galang' ia terus membayangkan manik biru yang menjadi ciri khas lelaki itu.

'Astaghfirullah, Kania dosa, Galang lagi, Galang lagi,' batinnya menggerutu.

***

Di belahan bumi yang lain, Galang juga menatap sendu pintu masuk yang dilalu lalangi para siswa yang tengah masuk.

Pikirannya hanyut jauh, terbayang-bayang akan gadis yang ia panggil 'cewek jutek'.

Terasa terbebankan jika setiap saat harus mengingat gadis itu, membuat kepalanya sakit seketika.

Galang mengerang kesal, 'Kania lagi, Kania lagi,' batinnya menggerutu seraya menggaruk-garuk kepala yang tak gatal.

Otak kecilnya bagaikan bekerja keras saat ini, berusaha menyimpulkan perasaan yang mengganjal di hati. Apakah Kania cinta pertamanya?

Mereka mengucapkan irama yang sama. Hanya saja mereka terpisah antara dua tempat yang berbeda.

***

"Kan, bengong aja," ucap seorang gadis berperawakan tinggi dan rambut dikuncir, dengan menekankan kata 'bengong' seraya menepuk pundak Kania, keras.

Sontak gadis yang ia pukuli itu terkejut.
"Galang! Galang! Galang!" latah Kania, berteriak. Setelah mengucapkan kata-kata itu matanya membulat sempurna, seiring dengan suara gelak tawa seisi kelas.

Namun, tidak dengan Algi ia menatap tajam Kania, entah kenapa ia merasa cemburu mendengar Kania menyebut nama seorang lelaki.

Algi berdiri dan menggebrak  meja. “Stop! Jangan ada yang ketawa!" titah Algi dengan meninggikan volume suara, sontak seisi kelas terdiam, ia pun kembali duduk.

Algi termasuk seorang pendiam, tetapi ketika ia bersuara tak ada yang berani mengekangnya.

"Bro lo kenapa, sih, marah-marah?" tanya seorang lelaki yang memakai kaca mata, yang ditanggapi dua orang yang berada di belakangnya dengan mencebik dan mengangguk-angguk.

Mungkin mereka juga ingin mempertanyakan hal itu. Cukup aneh bagi mereka melihat Algi rela bersuara dengan tegas demi seorang gadis agar tidak ditertawai.

Sebelumnya Algi masa bodoh dengan keadaan kelas walau ada ribut sekalipun. Algi suka sama Kania, ya?

Vino Agustino, Rendi Firnandi dan Dion Pangestu juga sahabat Algi, tak kalah keren, tampan dari lelaki di Jakarta.

Memiliki sifat yang humoris, apalagi Dion, ialah petakilan disaat-saat berkumpul, mencairkan suasana ketika Algi yang masih membeku untuk bersuara.

Algi menatap tajam manik cokelat Vino. "Syut,” desisnya.
"Cemburu nie ...," timpal lelaki berperawakan awut-awutan dilengkapi nyengiran, menampakkan deretan gigi putihnya.

Vino dan Rendi tertawa terkekeh, mendengar ucapan Dion, sedangkan Algi ia mendengkus kesal, melihat tingkah laku teman-temannya.

Teman macam apa ini? Perasaan sahabat sendiri dibuat main-main.

"Vin, kamu ngagetin aja," ucap Kania seraya mengelus dada dan melirik Vina yang mengubah posisi menjadi duduk di sampingnya.

Vina Agustina sahabat pertama Kania semenjak ia pindah ke Bandung, Vina juga satu bangku dengan Kania, tak elak mereka semakin akrab.

"Hailah, Kan, gitu aja tekejod."

"Bukan gitu, soalnya aku malu tadi udah latah," gumam Kania yang dapat terdengar oleh Vina.

"Kan, siapa Galang itu?" tanya seorang gadis yang bernama Rini dari belakang, membuat Kania terpaksa menoleh.

NIALANG (Cinta Segitiga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang