Chapter 2 - Jet lag

29 2 0
                                    

Pegal-pegal, Lelah, dan lapar.

itu yang kurasakan setelah turun dari pesawat,

Hawa yang dingin menyelimuti tubuhku saat aku keluar dari pesawat, aku baru ingat disini sedang musim gugur, suhu yang sangat kontras di bandingkan dengan Bali.

aku memakai cardigan hitam ku yang dari tadi hanya aku tenteng di tangan ku yang tidak memegang koper.

aku melihat HP ku yang baru saja aku setting jam nya dari WITA(Waktu Indonesia Tengah) menjadi GMT (Greenwich Mean Time).

Monday, September 25, 10:47 AM

Aku di pesawat selama 19 jam?!  Batinku

Pantas saja aku merasa lelah dan pegal-pegal.

aku hampir tidak bisa tidur di pesawat karena ada anak umur 2 tahunan yang duduk dua baris di depan ku yang terus menangis. Walaupun aku sudah memakai headphone ku dan memperbesar volume sampai maksimal, tangisan anak itu malah semakin keras,membuat kupingku sakit. 

Hampir membuat ku gila.

Perut ku juga meronta-ronta meminta makanan, karena aku bertekad tidak membeli makanan di pesawat yang harganya bisa lima kali lipat dari harga biasa dan memakan bekal yang di kasih ibu untuk ku.

"what a Jet lag" gumam ku pada diriku sendiri sambil menyeret koperku keluar dari bandara yang tak kalah besarnya dengan bandara di Bali.

Aku melangkahkan kaki ku ke pintu besar di depan ku, dan saat kaki ku sudah menginjak lantai semen di luar bandara, mata ku membesar bergerak keseluruh penjuru arah memindai seluruh tempat yang ada di luar bandara.

"wow"

rahangku mungkin sudah menyentuh lantai sekarang.

di depan ku ada jalan raya yang besar, dimana banyak bermacam macam mobil berlalu lalang, dari mobil Vintage taun 70an sampai mobil paling kekinian yang mewah. 

kau mungkin tak percaya, tapi aku yakin aku tadi melihat ferrari merah yang melaju kencang ke arah selatan.

Di antara jalan raya dan trotoar terdapat pohon palm yang berjajar rapih sepanjang jalan yang sangat menciri khaskan Los Angeles.

Aku sedang berdiri di pinggir trotoar yang tak kalah besar dari jalan raya tersebut, yang mungkin bisa menampung 30 orang sekaligus dan tetap tak terasa sempit, 

trotoar itu ramai dengan orang-orang yang berpakaian macam-macam, dari orang yang berkemeja dan berdasi rapih hingga anak muda yang bergaya hipster dan memakai kalung-kalung emas yang kelihatannya sangat berat.

Di sebelah trotoar terdapat berbagai bangunan toko yang berjajar rapih dengan spanduk warna-warni dan bermacam-macam. 

ada restoran, toko kueh, toko baju, toko smoothie, salon, hingga Travelling agency pun ada di sini.

ada restoran, toko kueh, toko baju, toko smoothie, salon, hingga Travelling agency pun ada di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
7000 Miles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang