Hari ini hujan sangat lebat, jam menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Angga sudah bersiap-siap untuk menuju ke cafe.
"Kamu naik motor Ngga?" Tanya Ibu Angga.
"Iya."
"Jangan naik motor, nanti kamu basah kuyup gimana?"
Angga menghampiri Ibu. "Angga gak apa-apa kok Bu, walaupun naik motor."
"Tapi hujannya deres banget." Ibu menunjuk arah luar.
Bukan Angga namanya kalau tidak semaunya sendiri. Dia mencium tangan Ibunya dan langsung memakai jas hujan.
Ibu menggeleng seraya membantu Angga memakai jas hujannya. Anaknya yang satu itu memang sudah sering seperti itu. Diberitahu cara apapun dia pasti akan semaunya sendiri.
"Kak Angga mau berangkat kerja ya?" Teriak anak kecil yang berada di belakang Ibu. Dia Adik Angga, namanya Nadya.
Angga menoleh kearahnya. "Iya sayang, nanti mau dibelikan apa kalau Kakak pulang?"
"Aku mau Kak Angga bawa Kak Bella pulang, hehe." Ucap Nadya.
Angga memaksakan dirinya untuk tersenyum, sambil memandang Ibu sebentar. Lalu dia menghampiri Nadya.
"Kakak nggak janji ya, Nadya." Ucap Angga sambil menyamakan tingginya dengan Nadya.
Nadya tersenyum kecil walau ada sedikit kecewa di hatinya.
"Ibu aku berangkat dulu, dah Ibu, dah Nadya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." Ibu dan Nadya menjawab bersamaan.
🥀🥀🥀
Angga sampai dengan selamat, walaupun sepatunya sangat lumayan basah. Dia berinisiatif untuk melepasnya dan memakai sepatu yang lain, yang memang sengaja disimpannya di dalam lemari.
Setelah itu, Angga memulai pekerjaannya. Mulai dari melihat jumlah pengunjung setiap harinya, memikirkan resep-resep baru, hingga membuat cafe miliknya menjadi tempat yang bisa digunakan untuk membaca seperti layaknya perpustakaan dan mempunyai banyak buku-buku. Dia sudah memikirkan hal itu sejak lama.
Angga sangat suka dengan buku, tetapi entah kenapa dia tidak mau membacanya. Dia memilih untuk membaca bagian belakangnya daripada isi seluruh bukunya.
"Masuk." Ucap Angga karena ada yang mengetuk pintu.
"Permisi Mas, ada yang mau bertemu." Kata salah satu pelayan sambil membawa nampan.
"Siapa?"
"Perempuan, Mas."
"Suruh dia masuk."
"Baik."
Angga sudah tau, pasti itu Bella. Perempuan itu akan terus mendatangi Angga hingga Angga memberitahunya jawaban.
Jawaban?
"Hai, Angga! Apa kabar."
Teriak perempuan itu dan ternyata memang Bella. Dia menghampiri Angga dan duduk di hadapan Angga.
"Mau apa?" Tanya Angga dingin.
"Temanin aku ke mall yuk."
"Di luar hujan."
Bella yang awalnya gembira menjadi masam.
"Kalau gitu jalan-jalan di bawah aja, sambil lihat-lihat pengunjung."
"Di luar masih hujan, belum ada pengunjung yang datang." Lagi-lagi Angga menjawab dingin.
"Kalau gitu aku mau ke rumah Ibu."
"Ya ke rumah aja, gak ada yang ngelarang kamu." Angga beranjak dari kursinya dan keluar dari ruangannya.
Bella mengejar Angga, menarik tangan laki-laki berbadan tinggi itu di tangga. Angga menghempas tangan Bella hingga Bella terjatuh.
"Bella!" Teriak Angga kemudian mempercepat langkah kakinya untuk menuruni tangga.
"Pelayan! Tolong!"
Beberapa pelayan berdatangan, ada yang menelpon ambulance dan ada yang menyiapkan jalan untuk keluar.
Ketika ambulance sudah tiba, dengan sigap Angga menggendong Bella. Dia sangat panik, perbuatannya membuat Bella celaka.
"Bella bangun, maafin aku." Angga berbisik di telinga Bella.
Setitik air mata Angga jatuh di pipinya. Jantung nya begitu berdegup kencang dan tangannya sambil menyilakan rambut Bella yang menutupi wajahnya sebagian.
Tangan Angga juga bergetar. Dia tidak pernah mencelakakan seorang perempuan sebelumnya, karena dia sangat menyayangi perempuan seperti menyayangi Mamanya.
Tangis Angga pecah, ini kedua kalinya dia menangis setelah kepergian Mamanya.
🥀🥀🥀
"Bella kenapa?" Tanya Ibu Angga dari telepon. Kedengarannya dia sangat khawatir.
"Tadi gak sengaja Angga dorong Bella di tangga pas di ruangan Angga, Bu."
"Ibu mau kesana sekarang, Ibu mau liat Bella, Ibu gak mau Bella kenapa-napa."
"Di luar masih hujan Bu, Ibu mau kesini naik apa?"
Tak lama percakapan di telepon pun menjadi hening.
"Kenapa kamu sampai berbuat begitu sama Bella? Bella salah apa?"
"Bella gak salah apa-apa Bu, Angga yang salah."
"Tapi kenapa kamu sampai mencelakakan Bella?! Kamu tidak suka kan dengan perjodohan ini, Ibu tau kamu gak suka, Angga. Tolong pahami Ibu, Angga. Ibu mau yang terbaik buat kamu. Bella sama seperti kamu juga, dia yatim piatu, dan Ibu mau kamu berdua bersatu untuk melengkapi kekurangan itu."
"Angga bingung apa yang Ibu maksud."
Angga langsung mematikan telponnya. Dia sangat geram. Perjodohan ini sangat tidak diinginkannya. Bukannya Angga membangkang, tetapi Ibunya tidak tau siapa Bella.
Kepala Angga hari ini seakan-akan ingin pecah. Permasalahan tentang Bella selalu menghampiri dirinya. Angga cuman mau satu, yaitu hidup dengan pilihannya sendiri. Dia tidak mau hidup dengan orang yang sama sekali tidak dicintainya. Apalagi setiap hari Bella selalu saja mengajaknya jalan-jalan padahal Angga sedang sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angga
Teen FictionPengusaha muda yang bergerak di bidang makanan dan minuman, sekaligus pemilik cafe yang terletak di sebuah kota, menjadikan Angga sebagai orang yang percaya diri dan mampu untuk hidup sendiri. Namun, kisah percintaannya tidak semanis pekerjaannya. D...