02 - The Notebook

618 68 17
                                    

And yes, now I'm here with you and I

Would like to think that you would stick around

You know that I'd just die to make you proud

The taste, the touch, the way we love

It all comes down to make the sound of our love song

- Love song, Lana Del Rey

- Love song, Lana Del Rey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi."

Sapaan itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah kehidupanku bersama Damian, terlontarkan dari mulutku terlebih dahulu. Tunggu dulu, aku tak ingin terkesan seolah aku pemalas yang bangun siang. Tidak. Aku bangun tepat pukul 06.00 pagi. Tetapi Damian entah bagaimana selalu bisa lebih pagi dari itu.

Oh, kecuali hari ini.

"Irina."

"Terkejut, Damian?" Aku menaikkan sebelah alisku.

Tapi Damian tak tampak seperti terkejut. Ia bangun dari tempat tidur seperti biasanya, dengan wajah tanpa ekspresi dan tak ada gerak-gerik yang menunjukkan bahwa ia terganggu dengan jendela yang kubuka lebar ataupun gerak-gerik yang menunjukkan bahwa keadaan ini mengkhawatirkan.

Maksudku, ini Damian. Damian yang selalu bangun lebih pagi dariku, yang selalu lebih 'tertata' daripada aku. Dan kali ini, bukan hanya aku bangun lebih pagi darinya, tetapi ia yang bangun lebih siang daripada aku.

"Kau tahu jam berapa ini, Damian?"

Damian mengernyitkan dahinya, "Aku terkejut. Aku kesiangan... sepertinya?" Itu pertanyaan yang sangat tak berperikepertanyaan. Dan pernyataannya soal 'keterkejutan'nya itu, sangat-sangat seperti sebuah kebohongan. Namun, sekali lagi ini Damian. Ia mengatakan apapun tanpa ekspresi dan itulah kejujurannya.

"Kau tahu itu dengan sangat baik," aku menganggukkan kepalaku. "Aku akan menunggu di ruang makan seperti yang biasa kau lakukan?"

Damian mengangguk dan aku berjalan keluar dari kamar kami. Deandra yang pertama kali menyambutku begitu aku masuk ke ruang makan. Ia tampak sedikit terkejut begitu melihatku. Kurasa ia telah keheranan karena tak melihat Damian sejak tadi dan lebih heran lagi begitu melihatku yang lebih dulu menunjukkan batang hidungku.

"Pagi, D."

"Pagi, Tuan Putri. Tampaknya Yang Mulia belum hadir," ujarnya heran.

"Ia baru saja bangun," jawabku seraya duduk di kursiku. Aku berpikir sejenak, sedikit ragu untuk membicarakan ini kepada Deandra. "Hmm, kurasa ada banyak hal yang mengganggunya belakangan ini."

"Mengapa kau berpikir begitu?"

"Tidak mudah mengubah pola hidup seseorang, Deandra."

Tidak mudah. Entah apa yang sedang ada di dalam pikirannya saat ini. Terbuka adalah hal yang mahal bagi seorang Damian. Dan sabar adalah hal yang mustahil bagi seorang Irina.

A Lady In Shining CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang