I know you've got the best intentions
Just trying to find the right words to say
I promise, I've already learned my lesson
But right now, I wanna be not okay
- You Don't Know, Katelyn Tarver
"Masih marah?"
"Tak usah ditanya."
Damian diam sejenak. Aku sudah jengkel jika ia memutuskan untuk diam selamanya. Cukup, Damian. Keheninganmu sudah cukup bagiku!
"Maafkan aku, kalau begitu."
Perkataannya sedikit mengejutkanku. Tetapi tetap tidak membuat amarahku surut. Malah sebaliknya, aku ingin sekali mencakar wajah tampannya itu. Seenaknya bilang maaf begitu saja????
"Kau paham tidak sih kesalahanmu itu apa?" Aku geram sekali melihatnya. Dan ia jelas bisa melihat kobaran api neraka mengelilingi tubuhku saat ini. Meski hal tersebut tak membuatnya gentar. "Tidak, kan? Tidak, kan?" Aku nyaris menjerit.
"Kecilkan suaramu, Irina."
Oh, ternyata aku sudah menjerit tepat di depan wajahnya.
"Kalau tidak, mengapa meminta maaf?!" Aku tetap berteriak sepuas yang kubisa, hingga napasku memburu karena amarah.
Damian membekap mulutku, "Kecilkan. Suaramu."
Aku tak bersuara. Diam, namun menatapnya dengan mata menyalang. Aku masih marah. Tak peduli aku bersuara atau memilih hening begitu saja.
"Aku tahu, aku salah karena meninggalkanmu. Aku tahu, aku salah karena tak mengerti dirimu. Karena itulah, aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku."
Napasku masih memburu. Namun sedikitnya, aku merasa amarahku sedikit berkurang. Aku menurunkan tangannya dari mulutku. "Dimaafkan!" Kataku dengan nada ketus. Dan kemudian, aku berlalu dari hadapannya untuk berbaring di ranjangku, memunggunginya.
•••
"Seraphina di sini?" Tanyaku seraya berjalan bersama Deandra menuju aula pertemuan.
Hari ini aku tidak berniat untuk menemui Seraphina sebenarnya. Aku ingin kembali ke kamar itu lagi. Mencari tahu. Rasanya hal-hal aneh yang belakangan terjadi pasti punya hubungan satu sama lain. Dan bukannya aku berpikir Nancy ada hubungannya dengan ini semua, hanya saja aku tidak boleh melewatkan satu kepingan pun dalam cerita ini. Karena jika ada yang terlewat, maka aku takkan bisa menyusunnya.
Dan bagaimanapun, Nancy selalu tahu segalanya lebih cepat dari siapapun. Mungkin ia meninggalkan jejak lainnya di sini.
Deandra mengangguk, "Menurut jadwal yang kumilikki, seharusnya ia tidak pergi ke mana-mana hari ini. Jadwal kunjungannya besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lady In Shining Crown
FantastikSejak awal, bertemu dengan Damian Voltaire merupakan sebuah tragedi dalam hidup Irina Gustav. Tetapi kemudian, tragedi itu seolah berubah menjadi takdir. Dan harusnya Irina tahu, tidak ada kesialan semacam tragedi yang akan berubah jadi keberuntunga...