Pintu rumahku telah terbuka. Kami bertiga tak langsung memasukinya dan dalam hitungan tiga detik kami mematung sesaat di depan pintu. Aku bingung bercampur takut. Rumah ini aneh. Ini adalah rumah dinas yang diberikan oleh atasan Ayah sebagai fasilitas untuk kami selama disini. Sebelumnya tak ada sedikitpun cerita yang disampaikan oleh atasan Ayah tentang rumah ini. Sehingga, kami sama sekali tak mempunyai gambaran atau ekspetasi lebih jauh untuk membayangkannya.
"Ayah, rumah ini keliatan udah lama gak dipake ya. Kayaknya lampunya juga mati"
Kalimat terakhir Ibu membuatku menoleh ke arah saklar lampu yang ada di dekat pintu masuk. Aku berjalan mendekati saklar tersebut dan menekannya perlahan. Sayang, saklarnya sangat keras dan sulit ditekan. Sepertinya macet karena sudah lama tak ditekan.
Aku sendiri tak tahu sudah berapa lama rumah ini terbengkalai. Jika dilihat dari kotornya ruangan dalam dan tingginya rerumputan, sepertinya rumah ini sudah kosong kisaran lima tahun. Karena kotor sekali, kami terpaksa harus membersihkannya terlebih dahulu. Bahkan, beberapa mebel yang sudah dikirim dua hari lalu masih diletakkan sembarangan di lantai bawah. Ruangan yang pertama kali kami bersihkan adalah kamar. Ada tiga kamar yang ukurannya berbeda untuk setiap kamarnya. Kamar yang paling besar atau kamar utama dipakai oleh Ayah dan Ibu. Dan sisanya aku boleh memilih.
Ayah dan Ibu percaya bahwa aku bisa membersihkan kamarku sendiri. Aku setuju karena aku sudah besar. Kamarku ini ada di lantai atas sementara kamar Ayah dan Ibu ada di lantai bawah. Aku memutuskan untuk memakai kamar yang menurutku paling pas untukku. Ukurannya terbesar kedua setelah kamar Ayah dan Ibu. Selain itu, aku tertarik memilih kamar ini karena ada sebuah kotak musik yang terletak di atas meja. Aku tak tahu kotak musik ini milik siapa.
"Cantik sekali kotak musik ini" gumamku sambil membukanya.
Alunan musik dari kotak ini pun terdengar. Suaranya sangat lembut tak seperti kotak musik yang ku tahu selama ini. Namun, perhatianku teralihkan pada sebuah kaca yang ada di kotak musik tersebut. Kaca kecil ini ada di bagian tutupnya. Aku mengamati kaca ini sesaat. Tiba-tiba aku terkejut ketika ada sosok wanita yang tersenyum mengerikan dari arah belakangku. Aku melihatnya jelas dari dalam kaca di kotak musik ini. Namun, saat aku menoleh ke belakang tak ada sosok wanita itu.
Sontak aku membanting kotak musik ini ke lantai. Aku sangat syok. Kakiku seketika sulit digerakkan. Aku mencoba untuk meraih saklar yang ada di kamarku. Sialnya saklar ini juga tak bisa ditekan. Saat ini aku hanya mempunyai senter dari handphoneku. Sepertinya malam ini aku akan tidur dalam kegelapan.
Aku berbaring sambil mendengar lagu yang ku putar dari handphoneku. Kali ini aku tak memakai headphone. Lagu demi lagu berganti dan rasanya aku hampir saja tertidur. Namun, saat aku mulai menutup mata, tiba-tiba aku mendengar suara tangisan wanita yang sayup-sayup seperti merintih menahan sakit. Aku teringat akan wanita yang ku lihat di kaca kotak musik tadi. Senyumnya sangat mengerikan membuatku kembali terbayang wajahnya. Akupun menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhku dengan cepat. Aku takut jika tiba-tiba sosok itu menghampiriku lagi.
"Tamara..Tamara..Tamara.."
Aku mendengar suara yang memanggil namaku sebanyak tiga kali. Setelah ku dengar baik-baik itu seperti suara Ibu. Aku berlari ke luar kamar menuju lantai bawah. Setelah sampai di bawah, aku tak melihat Ibu dan juga Ayah. Namun, aku yakin suara yang memanggilku barusan adalah suara Ibu. Aku merinding melihat tak ada siapapun disini. Aku berlari menuju kamar Ayah dan Ibu.
"Duarrr!"
Aku menutup pintu kamar Ayah dan Ibu dengan membantingnya. Pintu ini memang awalnya terbuka. Ternyata, Ayah dan Ibu masih sibuk merapikan barang-barang mereka. Mereka terkejut saat melihatku datang dengan wajah yang panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kampung Kabut
TerrorKisah ini berawal ketika Tamara yang merupakan anak tunggal pindah rumah beserta kedua orangtuanya ke Kota Bandung. Ayah Tamara yang ditugaskan pindah ke perusahaan cabang diberikan fasilitas rumah dinas. Namun, tak hanya Tamara yang merasa aneh den...