21メthe past

343 56 1
                                    

a flashback

Belasan tahun yang lalu, seorang gadis kecil untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di sekolah umum. Setelah masa sekolah dasarnya dihabiskan didalam sekolah khusus di panti nya, ia meminta untuk bersekolah disekolah menengah pertama umum ini.

Hari-hari berjalan baik walaupun gadis kecil itu tidak kunjung mendapat teman karena ia begitu pendiam dan malu-malu. Tetapi dia mencoba terbiasa dan memfokuskan diri hanya untuk menimba ilmu.

Lalisa namanya, gadis berponi yang selalu duduk dipojok kelas dan menyendiri.

Hingga suatu hari, setelah pulang sekolah semua anak-anak langsung berhamburan keluar sekolah menghampiri orangtuanya masing-masing. Namun berbeda dengan Lisa yang harus pulang sendiri karena Bibi Shin, pengurus panti tidak bisa menjemputnya. Lisa mengerti hal itu, Bibi Shin pasti sibuk dengan adik-adiknya para penghuni panti yang lain.

Lisa berjalan di trotoar sendiri, sambil bersenandung kecil. Ia tidak peduli dengan banyaknya anak-anak yang pulang dengan mobil orangtuanya. Baginya, bisa bersekolah saja sudah lebih dari cukup. Walau kadang hatinya terasa nyeri, melihat teman-temannya mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Tetapi Lisa bisa apa?

Saat Lisa membuka pintu gerbang panti, ia melihat dengan ekor matanya sebuah mobil hitam. Tetapi perhatiannya langsung teralihkan dengan sambutan hangat dari para adik-adiknya itu.

“Lisa eonni sudah pulang!!”

“Lisa noona ayo main bersamaku lagi?!!”

“Kalau sudah besar aku juga ingin bersekolah seperti Lisa eonni !!”

Lisa tersenyum menanggapi adik-adiknya itu, ia bahkan mengusap salah satu kepala adiknya. Hingga muncullah sosok wanita dipertengahan usia empat puluh, Bibi Shin.

“Selamat siang, Bibi!” Lisa memberi salam kepada Bibi Shin, seperti apa yang wanita itu didik pada dirinya sejak kecil.

Bibi Shin tersenyum, “Ayo makan siang sudah matang!” Bibi Shin mengajak para anak-anak untuk masuk makan siang.

“Yeyy makan!!”

“Kuharap hari ini ayam goreng!!”

“Aku duduk di samping Lisa noona pokoknya!”

🎐

Keesokan harinya Lisa datang ke sekolah seperti biasa. Tetapi saat ia memasuki kelas semua mata tertuju padanya. Tatapan-tatapan aneh Lisa dapatkan, ada tatapan jijik, tatapan menghakimi, dan tatapan kesedihan.

Lisa tidak mengerti apa yang terjadi, sampai salah satu murid populer bernama Jennie Kim menghampirinya.

Gadis bermata kucing itu tersenyum tipis tetapi dengan tatapan jijik yang kentara. “Lisa-ya, apa benar kau anak panti asuhan?”

Lisa membeku, jadi ini alasan mereka menatapnya seperti itu. Hanya karena ia anak panti asuhan?

“Kemarin, Nayeon-ie melihatmu masuk ke panti asuhan. Kau ini anak panti asuhan kan?” lanjut Jennie.

Tiba-tiba datanglah gadis lain berdiri di samping Jennie, namanya Joohyun. “Lisa-ya, kenapa diam? Kami butuh jawabanmu.” ujarnya.

Dengan bibir bergetar Lisa menjawab, “I-iya.”

Seluruh kelas tiba-tiba hening. Namun sedetik kemudian mulai terdengar cemoohan dari mulut ke mulut untuk Lisa.
Sementara Jennie dan Joohyun pergi sambil tertawa-tawa sinis.

“Ah pantas saja dia tidak pernah dijemput orang tuanya.”

“Mungkin ia dibuang oleh orangtuanya, malang sekali.”

“Ah- apa ia lahir karena 'kesalahan' lalu dibuang?”

“Tapi bagaimana bisa dia masuk ke sekolah ini?”

haish! Kau lupa? Mungkin ia dibiayai pemerintah, mana mungkin anak panti asuhan mampu membayar biaya sekolah! Hahahaha”

Matanya bergetar, giginya bergemeretak menahan tangis. Dengan sekuat tenaga Lisa berlari keluar kelas, dan mulai menangis sepanjang koridor. Ia ingin pulang saja.

Memang apa salahnya menjadi anak panti asuhan?

Memang ini salahnya karena lahir atas kesalahan? Kalau bisa memilih, tentunya Lisa akan memilih untuk dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis.

Tetapi tidak bisa!

Lisa berlari kearah taman belakang sekolah, ia tidak bisa keluar dari sekolah karena gerbang sudah dikunci. Ia juga tidak ingin berada dikelas, ia tidak tahan dengan semuanya.

Tiba-tiba sebuah sapu tangan terulur kearahnya, matanya bertemu dengan sosok bocah laki-laki. Bocah itu tersenyum dan memberikan sapu tangan itu untuk Lisa. Dengan malu-malu Lisa mengambil sapu tangan itu, sementara bocah itu duduk disampingnya.

“temanku tidak boleh menangis.”

Lisa terkejut dengan ucapan bocah itu, ia tidak salah dengar kan? Ia menatap bingung bocah disampingnya.

“Iya aku temanmu!” ulangnya.

Disitulah saat dimana ia menemukan bocah laki-laki lainnya yang sekarang menjadi sahabatnya, Bambam.

Sahabat karena Lisa tidak merasakan apa yang Bambam rasakan pada dirinya.




.
.
.
.
.

tbc.

ku masukin bias-bias dari gg lain xixi. terimakasih 200 votes nya *kisseu*

anywayyy,



[✓] MISUNDERSTANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang