8. departure

1.3K 160 35
                                    

"Hmm baju ganti sudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmm baju ganti sudah. Toiletries sudah. Jajan juga sudah. Apalagi ya yang kurang?"

Ryujin bergumam pelan, berkacak pinggang dengan posisi berdiri di depan koper berukuran kecil yang tergeletak di lantai kamar.

"Ah iya P3K," seru Ryujin saat berhasil mengingat apa yang belum ia siapkan untuk perjalanan selama tiga minggu ke Vietnam.

Wanita itu berlari ke arah meja rias, berjongkok pelan guna mengambil kotak putih berukuran 30 cm x 15 cm x 20 cm berisikan peralatan kesehatan miliknya yang sengaja diletakkan di bawah meja agar tidak mengganggu pemandangan, namun mudah untuk ditemukan di saat terdesak. Kotak itu Ryujin letakkan tepat di samping koper.

"Unnie, aku....,"

Yuna yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Ryujin untuk mengejutkan kakaknya, justru dikejutkan dengan kondisi kamar milik putri sulung keluarga Shin.

Mulut gadis itu menganga lebar saat menemukan tempat tidur yang dipenuhi dengan pakaian. Lemari Ryujin juga tak ada bedanya, berantakan akibat ulah si pemilik yang terlihat terburu-buru. Belum lagi keadaan lantai yang tidak bisa Yuna deskripsikan dengan kata bersih.

Kamar Ryujin terlihat persis bagai kapal pecah yang terdampar di pulau terpencil.

Sangat berantakan.

"Unnie! Yang bener saja dong! Ini kenapa berantakan sih kamarnya!" pekik Yuna.

Tangan Yuna gatal untuk merapikan kamar kakaknya itu, sehingga dengan sukarela duduk di atas tempat tidur. Melipat satu persatu baju yang berserakan. Memisahkan antara atasan dan bawahan.

"Tadi nyiapin buat perjalanan besok, terus bingung mau bawa baju apa. Ya sudah deh, aku keluarin semua isi lemari," ucap Ryujin asal.

Wanita itu berlari menuju kamar mandi dan kembali dengan membawa pembalut beberapa ukuran yang kemudian dimasukkan ke dalam pouch kecil. Ryujin sempat melihat kalendar di ponselnya, prediksi hari pertama menstruasi-nya akan tiba dalam empat hari. Sebaiknya dibawa saja untuk berjaga-jaga. Malas juga harus membeli barang pribadi semacam pembalut di negeri orang, takut merek yang biasa ia pakai tidak terjual.

"Tapi ya enggak gini juga! Kalau eomma tahu, bisa habis unnie dimarahi!" seru Yuna.

"Nah kan kamu kesini buat bantu-bantu 'kan? Semangat ya ngerapihin baju aku," balas Ryujin sembari mengedipkan mata.

"Sialan!" dengus Yuna.

"Tau bakal dijadiin babu, mending aku nemenin Jisung-oppa di rumah-nya," lanjut Yuna dengan muka ditekuk, namun tangannya tetap bergerak melipat pakaian Ryujin.

Ryujin yang tengah mengambil beberapa peralatan make-up yang dirasanya penting menoleh ke arah Yuna. Atensinya teralihkan ketika mendengar nama Jisung.

"Oh iya, gimana kondisi Jisung? Masih pengobatan ke Shinhye-uisanim?" tanya Ryujin.

"Masih kok! Sudah lebih baik sih sekarang. Cuma sejak pengobatan kemarin tuh oppa enggak dibolehin makan macam-macam, apalagi yang punya potensi mempengaruhi kerja imunnya gitu. Enggak ngerti deh apa sebutannya. Terus jadinya suka ngerengek gitu dan kalau aku enggak iyain bisa ngambek berhari-hari. Eomeonim aja sampai bingung harus gimana ngadepin anaknya," cerita Yuna yang kini bangun dari tempat tidur dan memasukkan tumpukan baju Ryujin ke lemari.

verrückt | renryu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang