1. Awal

4.4K 473 91
                                    

Hari ini dia akan mati.

Gaun itu tampak begitu indah, membungkus tubuhnya dengan begitu pas dan menawan. Rambutnya diikat dengan rapi, beberapa hiasan ikut menghias kepalanya. 

Gadis itu melangkah dengan tubuh tegak percaya diri, menutup wajahnya dengan kipas, Evria akan mati hari ini.

Pria angkuh itu berdiri disana, membelakanginya.

"Saya Evria Shuya Salvia." mengembangkan gaunnya Evria menuduk hormat.

Pria itu berbalik, matanya yang segelap malam menyorot Evria. Senyum miring tersungging disana.

"Aku Evan." pria itu terkekeh mendekat, si darah dingin. Dia yang di rumorkan seganas binatang buas mendekatinya perlahan.

"Senang bertemu denganmu, calon istri?"

Apa??

Dan goncangan besar lagi pada kehidupannya.

Yah, itu terlalu cepat, sebelum mari kita mulai dari mana ini harusnya dimulai.

Dia dibeli, Evria tertawa. Nasibnya mengapa sangat mudah untuk berganti. Sebenarnya seberapa jauh Tuhan akan mempermaikan kehidupan nya.

Setelah perang berakhir dia ditangkap, ditahan dan kemudian di jual. Dijadikan budak kah?

Matanya menatap kosong kedepan, setidaknya dia meninggalkan tempat ini. Satu langkah menuju kebebasan, mungkin.

"Dia akan menjadi hadiah yang bagus, dia bersih bukan?" Wanita dengan gaun ungu indah menutup sebagian wajah dengan kipas, menatap wajahnya dengan mengernyit

"Tentu saja Lady Salvia, dia sangat bersih dan sehat. Diantara barang-barang saya yang lain dia lah yang paling berkualitas." Pria gempal itu terkekeh, memuji-muji Evria seolah dia adalah barang dagang, tapi memang begitu adanya bukan?

"Berapa?" Lady Salvia menatap pria itu, menutup kipasnya kemudian berjalan menjauh.

"Dia adalah barang terbaik saya, jadi harganya akan mahal." Mereka berdua berjalan menjauh, meninggalkan Evria didalam kurungan itu.

Menatap sekeliling, Evria terdiam menatap wajah-wajah lesu yang terdiam lemas di kurungan mereka masing-masing.

Setelah perang itu, banyak wanita-wanita sepertinya yang dibawa untuk dijual atau langsung diperbudak. Kerajaan mereka hancur, dapat bertahan hidup saja sebenarnya adalah keajaiban.

Selang berapa lama, Pria gempal itu kembali, dia tersenyum lebar. Evria terjual. Evria terkekeh dalam hati memikirkan kira-kira berapa harganya?

Wanita itu menatapnya tajam, "kau ikut aku."

Tidak banyak pilihan yang bisa Evria ambil selain menurut. Berpikir tentang kabur sekarang adalah tindakan bodoh. Dia bisa ditangkap oleh penjaga tempat ini dan dilemparkan untuk menjadi santapan anjing lapar.

Dia sudah pernah melihat yang seperti itu sebelumnya, jadi pilihan terbaik adalah menurut.

Langkah kakinya sedikit goyah, tapi Evria masih mampu berjalan. Mengikuti sang pembeli dengan patuh.

Mengenyahkan khayalan bahwa wanita yang membelinya adalah wanita baik, wanita baik mana yang datang ke tempat penjualan manusia dan membeli seseorang?

Menaiki kereta yang berbeda Evria menatap jendela dengan kosong, langit biru itu sudah lama sekali tidak ia lihat.

Kereta berjalan cukup jauh, dan mereka berhenti disebuah rumah mewah. Ah, wanita tadi pasti keluarga bangsawan.

"Ibu!!" Suara lain menyambut mereka begitu turun dari kereta  Evria menatap seorang gadis yang berlari dengan gaun panjangnya.

Gadis yang cantik dan tentu saja terawat dengan baik. Mata mereka bertemu, wajah hadis itu tampak semakin bersemangat.

Memperbaiki posisi berdirinya, gadis itu mendekat. Menatap Evria dengan menyelidik.

"Dia butuh sedikit perbaikan." Gadis itu memanggil seseorang, dan maid dibelakangnya mendekat. 

"Bawa dia dan panggil maid lain untuk membersihkannya, berikan dia makan dan ketika dia siap bawa dia menemuiku," Ujar Lady Salvia yang dibalas anggukan dari pada Maidnya.

Evria dibawa ke sebuah kamar, kamar tamu sepertinya, dia dimandikan dan diberikan pakaian.

Mematut wajahnya pada cermin, Evria terdiam menatap wajahnya yang tampak bersih. Bahkan sekarang menatap wajah bersihnya adalah hal asing bagi gadis itu.

Rambutnya disisir dan diikat dengan rapi.

"Anda sangat cantik." Maid dibelakangnya menatap wajah Evria dari cermin. Bibir Evria melengkung halus.

"Benarkah?" Suaranya akhirnya terdengar juga, terdengar serak karena tidak berbicara untuk waktu yang lama.

Maid diebelakangnya tersenyum lebar.
"Sungguh, jika Anda tidak dibawa oleh Lady Salvia dalam keadaan seperti tadi saya pasti mengira Anda adalah salah satu teman Miss Airen."

"Terimakasih."

Dan disinilah dia akhirnya, duduk dikursi empuk dengan canggung. Di tatapan dengan begitu angkuh oleh wanita-wanita dihadapannya.

"Biar kuperkenalkan diriku padamu." Lady Salvia menatap lurus.

"Aku adalah Abysa Lauren Salvia, istri kedua dari Duke Leuza haria Savia." Ah, istri Duke rupanya.

Duke Leuza adalah pemimpin daerah ini. Evria jelas sering mendengar nama itu, dua atau mungkin tiga bulan yang lalu atas Duke Leuza seseorang datang dan membeli banyak wanita utuk menjadi maid kelas bawah.

"Apa kau bertanya mengapa aku membelimu?" Wanita itu mengangkat cangkir tehnya kemudian menyeruput isinya.

"Kau akan menjadi pengganti putriku." wanita itu berdiri elegan, berjalan mengelilingi ruangan.

"Yang mulia Raja, yang terhormat baru meminta keluargaku untuk memberikan seorang wanita dari keluarga ini pada orang kepercayaannya. Seorang pria kejam, tidak memiliki hati dan entah pantas disebut manusia atau monster."

Ah, Evria paham. Jadi dia akan diserahkan pada pria monster itu?

"Satu-satunya anak perempuan di keluarga ku, Airenku tersayang, dan aku tidak mungkin memberikannya kepada monster entah berantah itu. Entah dijadikan budak, pelayan, atau bahkan selir." Lady Salvia berbalik. Menatap Evria dengan senyum miring.

"Kau akan belajar banyak hal, dalam 2 bulan kau harus mengerti etika bangsawan. Aku tidak peduli tentang pelajaran-pelajaran dan sebagainya, kau hanya perlu tahu etika sehari-hari  karena kau akan pergi membawa nama keluarga ini. Jika dia menganggapmu terlalu bodoh kau hanya perlu mati. Ditangan pria itu."

Dia wanita jahat, Evria tertawa dalam hati, pemikirannya tadi tidak salah. Lagi pula Evria juga setuju, Ibu mana yang rela melemparkan putrinya pada pria jahat yang tidak segan membunuh?

Yah, dia tidak bisa menyalahkan wanita itu begitu saja.

Jadi Evria mari kita mulai, kehidupan gila ini.

To Kill The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang