Part 1

193 15 7
                                    

Haloo~ kali ini Author bikin fanfic buat mempringati ultahnya Yama tanggal 9 Mei nanti. Book ini bakal di-up tiap minggu sampe hari ultahnya Ryo. Jadi, stay tune terus yaaa. Kalo mau kritik ato saran juga boleh biar author makin berkembang hehe. Happy reading minna ^^

~~~~~~~~~~•°•○●《🍓》●○•°•~~~~~~~~~~

Hari ini seluruh member 7 berkumpul di apartemen Chinen untuk menonton film, termasuk Yamada si manusia sibuk yang untuk bernapas saja rasanya tidak sempat.

“Anabelle aja! Gue waktu itu pengen nonton di bioskop tapi kehabisan tiket,”

“Jangan. Mending Conjuring. Cerita Anabelle kan diawali dari Conjuring dulu,”

“Jangan keduanya. Gue udah nonton semua. Yang cita rasa dalam negeri aja, Sadako vs Kayako,” suara ketiga temannya yang berdebat mengenai film yang akan mereka tonton hanya membuat Yamada bergidik ngeri. Pasalnya, semua judul yang disebutkan adalah film horror.

“Ano… Gimana kalo nonton One Piece?” tanya Yamada sambil mengangkat flashdisk-nya yang diyakini berisi anime One Piece.

“BOSEN!” jawab Keito, Yuto, dan Chinen serempak. Membuat Yamada menjadi bersedih dan memilih memainkan kotoran cicak di sebelahnya.

“Danur aja udah. Jarang-jarang kita nonton film Indonesia,” usul Yuto yang ajaibnya langsung disetujui oleh dua temannya.

Film pun dimulai. Seluruh manusia di ruangan itu fokus memperhatikan laptop Yuto.

“Ne, Ryochan, takut nggak?” tanya Chinen. Namun pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban. “Ryo? Masih hidup?” penasaran Chinen pun menoleh ke samping dan didapatinya gundukan yang tertutup selimut.

“Yaampun Ryochan! Kamu ngapain?!” ia menarik paksa selimut itu dan menampilkan Yamada dengan raut ketakutan sambil menggigit ujung selimut.

“Eh… Meneliti bahan selimut,” jawab Yamada sambil nyengir.

“Gue lupa kalo level takutnya Yamachan itu udah stadium empat,” decak Yuto sambil mematikan laptopnya.

“Maafin ya, minna,” kata Yamada sambil tetap tak menghilangkan cengiran khasnya, mengakibatkan hari itu berakhir hanya dengan menonton Spongebob.

Esoknya seluruh member akan berlatih menari untuk single baru di Jimusho, namun sayangnya speaker yang digunakan rusak.

“Yamachan, tolong ambilkan obeng di gudang,” kata Yabu yang sedang sibuk memperbaiki speaker. Ini masih terlalu pagi, jadi hanya ia dan Yamada yang datang.

“Gudang?” tanya Yamada pelan.

“Iya, yang sebelahnya ruang rapat lantai empat,”

“O-oke,” Yamada pun berlalu dengan hati gelisah. Sudah lama ia tak ke gudang itu, isinya hanya barang-barang lama yang tak terpakai namun sayang kalau dibuang. Mana ini jimusho masih sepi karena belum jam latihan.

“Yang mana ya..” Yamada berbicara sendiri sambil mencari-cari kotak perkakas. Bodohnya ia lupa membawa senter. Penerangan di situ cukup minim sehingga yang kelihatan hanya remang-remang. “Itu dia!” serunya girang ketika sudah menemukan kotak itu dan segera menariknya dari tumpukan barang lain.

‘BRUKKK KROMPYANGG’ tiba-tiba terdengar suara keras benda berjatuhan, diikuti cahaya lampu yang mendadak berkedip-kedip a.k.a nyala-mati.

“HWAAAA,” Yamada segera lari terbirit-birit ke lantai tiga menemui Yabu.

“Kenapa, Yamachan?” tanya Yabu ketika melihat Yamada yang ngos-ngosan seperti dikejar anjing.

“Ada hantu,”

“Hantu apaan?”

“Hantunya jatuhin barang-barang berisik banget terus lampunya dinyala matiin,” jawab Yamada dengan raut ketakutan. “Kayaknya dia ga suka aku ke rumahnya di gudang,” Yabu yang penasaran pun mengecek ke lantai empat bersama Inoo yang sudah datang diikuti Yamada yang mengekor di belakang.

“Hati-hati Yab, nanti hantunya marah,”

“Tadi lo ambil kotaknya di mana?”

“Sekitar sini,” kata Yamada sambil menunjuk ke bagian tengah lantai.

“Di bawah kan? Jelas-jelas karna bertumpuk waktu lu ambil bawahnya ya barang atasnya jatoh semua dodol!” sembur Yabu.

“Sabar, sabar yab,” kata Inoo.

“Terus ni lampu emang udah mau walafiat, harus diganti,” kata Yabu lalu menaiki kursi yang ada dan mengambil lampu itu.

“Eh? Gitu ya?” tanya Yamada sambil kembali menampilkan cengirannya. Membuat Yabu dan Inoo hanya bisa tepuk jidat. Untung akhirnya Yabu dapat membenarkan lampu sekaligus speaker yang rusak sehingga latihan dapat berjalan dengan lancar.

“Keito! Lo ga ada acara kan malem ini?” tanya Yamada esoknya.

“Ga ada. Emang kenapa?” jawab Keito.

“Lu mau nemenin gue di rumah ga hari ini? Bokap sama nyokap gue ke luar kota. Misaki lagi study tour dan Chihiro-nee udah nikah. Ya gue kesepian aja ga ada temen,” jawab Yamada.

“Tapi nanti gue..”

“Ya, ya, ya? Nanti lu boleh delivery makanan apapun sepuasnya,” potong Yamada sambil menunjukkan puppy eyes-nya, membuat Keito mengiyakan saja ajakan Yamada. Lagipula siapa yang mau menolak makanan gratis?
“Lu tidur aja di kasur gue ntar. Gede kok,” kata Yamada setelah sampai di rumahnya yang dijawab dengan anggukan oleh Keito.

“Ohya, gue tepatin janji gue. Lo boleh pesen apa aja buat makan malem. Nanti gue yang bayar,”

“Yeii makasih, Yam!” kata Keito girang dan langsung membuka aplikasi delivery online. Ia berencana akan memanjakan perutnya hari ini.

“Ano... Abis pesen makanan temenin gue ke belakang buat ngasi makan anjing gue, ya?” pinta Yamada.

“Hah? Emang kenapa?”

“Engga. Biar lu tau halaman belakang gue,”

“Oke,” jawab Keito cuek.

“Eh bukannya kayaknya gue udah pernah ke halaman belakang lo, ya?” tanya Keito setelah selesai memesan.

“Hah? Engga deh,” Yamada jadi panik sendiri.

Dari kamar Yamada ke halaman belakang cukup jauh. Harus melewati dua kamar, toilet, dapur, dan gudang. Tak heran, rumah Yamada memang besar ditambah hiasan-hiasan patung yang selalu menghiasi koridor. Setiap melewati saklar lampu Yamada selalu menghidupkannya.

“Ini kan belum malem. Ngapain lo nyalain semuanya?” heran Keito.

“Ngga papa. Biar nanti ngga usah repot-repot nyalain,”

“Oh. Eh itu patung apaan, Yam?” tanya Keito tiba-tiba sambil menunjuk ke patung berbentuk seperti perempuan tapi berwajah aneh. Ditambah lagi mata patung itu mendadak berkedip.

“I-itu? Sejak kapan patung itu ada di situ? K-kok bisa kedip…” suara Yamada terdengar bergetar. Tangannya memegang lengan Keito erat.

“Lo gatau punya patung kek gitu? Ck,” kata Keito cuek kemudian melanjutkan jalannya.

“K-kita balik ke kamar aja yuk Ket,” kata Yamada pelan. Ia mulai berkeringat dingin.

“Napa? Kasian anjing lo, belum makan…” belum selesai melanjutkan kalimatnya, mendadak Yamada pingsan. Keito pun panik dan segera menggendong Yamada ke kamar.

TBC~
.

.

.

A/N : Part ini segini dulu ya minna, makasih yang udah baca dan jangan lupa vomments ^^

Ryosuke's Birthday [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang