Part 3

107 10 11
                                    

“Chii? CHII?! Lo di mana?” tanya Yamada panik. Ia menengok ke kanan dan ke kiri, tapi yang didapatinya hanya mumi dan monster ala-ala rumah hantu.

‘Chinen kampret! Gue harus balik!’ batinnya dalam hati sambil berlari menuju pintu masuk.

“Khi khi khi,” ia terlonjak kaget saat merasakan pergelangan kakinya dicengkeram sesuatu.

‘Oh syit’ “SUSTER NGESOT!!!! HUWAAA!!!!” Yamada yang berteriak ketakutan berusaha melepaskan kakinya. Jantungnya berdetak begitu cepat serta sekujur tubuhnya sudah bergetar hebat. Sialnya lagi, karena berlari tak tentu arah tanpa sengaja ia malah masuk ruangan yang kau-tahu-itu-pasti-ruangan-apa. Ada bangsal rumah sakit, meja lapuk penuh alat-alat medis yang sudah berkarat, serta bau obat-obatan yang bercampur dengan bau amis.

“HUWEEE...!” tak lelah-lelahnya ia berteriak. Tak peduli jika besok ia akan dimarahi habis-habisan oleh manager karena tenggorokannya rusak akibat ulahnya.

“Hiks… hiks.. Gue mau keluar. Ini di mana,” lirihnya. Air mata telah lolos mengaliri pipinya. Ia benar-benar takut kali ini.

“Dibaca petunjuknya, mas,” tiba-tiba tangan dengan aksen merah-darah menyentuh bahunya.

“HWAA…!!”

“Eh ini serius gapapa? Pita suaranya bisa putus ntar,” kata Inoo.

“Gapapa, sekali-sekali. Lagian kita jadwal konser sama perfom masi lama, aman lah,” kata Daiki di luar wahana yang terus terkikik sedari tadi karena memperhatikan sahabat sekaligus rivalnya yang ketakutan setengah mati dari CCTV. 

“Nanggung lah, udah sampe sini masa mau distop,”

“Yaudah, gue cuma bisa berdoa semoga dia ga mati muda,” kata Hikaru.

“Loh? Kok elu di sini? Yang bikin dekorasi di jimusho sapa?” tanya Yabu heran. Karena seharusnya Hikaru dan 3 member lainnya ditugaskan untuk mendekor ruangan.

“Keito,” jawab Yuya dan Yuto bersamaan.

“Anjir? Keito lu tinggal sendirian?”

“Iya,” jawab keempatnya tanpa rasa bersalah.

“Astaga punya temen kok gini-gini amat,” Yabu mengacak rambutnya frustasi.
“SUSULIN KEITO, OGEB! Kasian lu tinggal sendirian! Yang ada tu dekorasi ga akan jadi sebelum jam 6!”

“Eh, iya, iya, ini kita pergi, Yab,” kata Hikaru takut-takut sambil menggeret 3 temannya yang lain.

“Tenang, Yab, tenang. Gue telfon petugas pemakaman dulu,” kata Daiki.

“Lu nyumpahin gue cepet mati?!”

“Ampun, gajadi,” kata Daiki pelan setelah mendapat jitakan dari Yabu.
Sementara di dalam, teriakan Yamada terus berkumandang.

“OKAASAAN…..!!!!” nafasnya terputus-putus ia lelah terus berteriak dan berlari ke sana-kemari. Ia telah menyelesaikan empat buah petunjuk, yang artinya perlu tujuh langkah lagi agar ia bisa keluar dari rumah hantu itu.

‘Bukankah itu pintu keluar? Arigatou Kami-sama’ ia membatin saat melihat palang bertuliskan “exit”

“Dame. Keluarkan barang-barang yang telah kau kumpulkan,” belum berhasil keluar, ia dicegat oleh petugas dengan kostum vampir. Yamada menyerahkan batu kerikil, pasir sekantong, terasi, dan bola-bola ubi yang didapatnya.

“Maaf, belum memenuhi syarat,” jawab sang petugas tegas.

“Belum memenuhi gimana? Kan saya udah masuk terus mau keluar. Plis-plis bukain,” mohon Yamada sambil memasang tampang memelas.

Ryosuke's Birthday [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang