Part 2

107 11 8
                                    

“Napa? Kasian anjing lo, belum makan…” belum selesai melanjutkan kalimatnya, mendadak Yamada pingsan. Keito pun panik dan segera menggendong Yamada ke kamar.

“Elu napa sih tadi, Yam? Laper belum makan?” tanya Keito khawatir setelah Yamada siuman.

“Bukan… Gue takut. Patungnya kedip..”

“Yaampun! Gue kira lo sakit kecapean apa gimana. Patungnya naksir lo kali. Digodain deh,” goda Keito.

“Keto! Gue yakin ga punya tu patung! Siapa yang mo beli patung serem kek gitu?!”

“Jangan-jangan, patungnya bisa jalan sendiri ke rumah lo?” Keito malah ngakak melihat ekspresi ketakutan Yamada. “Udah, ah! Gue mau ke depan, bapaknya yang anter makanan mau sampe,”

“Jangan pergi plis. Temenin gue bentar,”

“Kita ga makan dong?”

“Ya udah gue ikut,” kata Yamada sambil mengekori Keito.

“Jangan gitu ah, aura bintang lo auto ilang,”

“Masa bodo!”

Untung malam itu tidak terjadi hal-hal aneh lagi. Mereka asyik menikmati makanan yang telah dipesan dengan khidmat, terkhusus Keito. ‘Makanan gratis memang enaknya jadi berkali-kali lipat’ gumamnya.

Sementara Yamada sibuk melupakan wajah patung yang telah membuatnya takut setengah mati.

Esoknya seluruh member JUMP kecuali Yamada tampak berbincang-bincang di ruang tamu Jimusho menunggu giliran latihan karena masih dipinjam Johnny’s Junior yang akan tampil besok. Jadwal Hey! Say! JUMP untuk memakai ruangan memang jam 11 siang, tapi jam 9 pagi ini Yabu sudah menyuruh seluruh member untuk datang.

“Jadi, gue sengaja ngumpulin kalian semua di sini pagi-pagi buat nyusun strategi ngatasin takutnya Yamada,” kata Yabu.

“Maksudnya, Yab?” tanya Daiki.

“Gue sering dapet laporan kalo Yamachan itu penakut banget. Dan sebagai temennya kita harus bantuin dia buat ngatasin rasa takutnya itu,”

“Emang, parah banget dia. Bisa-bisanya pingsan cuma gegara liat patung. Padahal itu patung properti buat pentas drama Misaki, adeknya,” kata Keito sambil tertawa.

“Nah, menurut kalian, enaknya kita apain biar Yamachan ngga gampang takut lagi?” tanya Yabu.

“Buka mata batinnya dia,”

“Uji nyali di kuburan sampe kesurupan,”

“Panggilin dukun beranak,”

“Daftarin ke acara K*rma,”

“Stop! Ngaco lu semua! Bahaya, tau! Kita ga boleh membahayakan nyawanya dia. Ini lagi, pake dukun beranak. Emang Yamachan mau lairan?! Terus, pake acara K*rma ngapain coba? Kita kan mau bikin takutnya Yamachan ilang, bukan bikin dia tobat gegara pesugihan,” seru Yabu frustasi menghadapi keogeban teman-temannya. 

“Yamachan selama ini pesugihan?” tanya Yuya.

“Demi kolornya Daichan, serah lu!”
“Suruh ke rumah hantu aja,” usul Chinen.

“Nah ini, ni. Simple, praktis, dan bermanfaat,”

“Dulu di Itajan pernah gitu kan ya. Dan dia berhasilnya karna ditemenin Chii sama Inoo. Kali ini bener-bener kita suruh sendirian,”

“Gimana? Setuju semua?” tanya Yabu memastikan yang dijawab dengan anggukan oleh seluruh member.

“Sekarang kita cuma perlu strategi untuk bawa dia ke rumah hantu itu,”

Ryosuke's Birthday [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang