18

49 4 0
                                    

Jihan memutuskan untuk langsung pulang saja. Sebenarnya Rania mengajak Jihan untuk makan mie ayam kesukaan mereka yang terletak di depan sekolah. Tapi kali ini Jihan menolak mungkin mood dia sedang tidak baik jadi dia ingin langsung pulang saja.

Pikiran Jihan kini campur aduk, mungkin dia sudah membuka hati nya untuk Devan. Dan tidak usah memikirkan Manuel yang hanya angin lalu, atau dia hanya singgah sesaat. Manuel seperti pelangi, indah sesaat tetapi hilangnya berabad-abad. Iya. Jihan yakin kali ini ia sudah suka dengan Devan.

Setelah perjuangan Devan yang lama itu kini Jihan sudah mulai membuka hati pada pria itu.

Saat sampai rumah ternyata mamanya. Meita. Sedang berantem dengan papannya, itu sudah hal biasa atau bahkan rutinitas yang harus ia dengar setiap hari.

  "assalamualaikum" salam Jihan. Orang tuanya yang saling ngegas kini sorot matanya ke arah ambang pintu.

   "dari awal aku memang sudah tidak setuju, anak ini kamu bawa ke rumah" telunjuk Meita menunjuk ke arah Jihan.

  "aku?"

   "iya kamu! Kamu tuh ya bukan siapa siapa disini! Ngerti?!" ucap Meita dengan nada tinggi.

  "kenapa ma? Kenapa mama bersikap kayak gini sama aku? Aku salah apa sama mama? Kenapa mama ga pernah nganggep sebagai anak mama?" ucap Jihan lembut nadanya semakin pelan. Tak sadar butiran air pun jatuh ke pipinya.

  "kamu bukan anak saya!" mendegar itu Ferry papa Jihan langsung teriak "MEITA!"
Ferry sontak memegangi dada sebelah kirinya. Jantungnya kumat Jihan yang berada di ambang pintu lari mendekati papanya.

"pah..... Papa... "

"kamu anak papa yang paling cantik, kalau nanti papa sudah nggak ada, kamu harus sabar ya anggap, Meita seperti mama mu sendiri ya" Ferry mengucapkan itu dengan hati hati, nafasnya tersengal sengal. Jihan langsung menelfon ambulance agar papa nya cepat ditangani.

🌻🌻🌻

Jihan berada di ICU dilihatnya papanya sudah dipasangi berbagai macam kabel di dada nya, stroke dan jantungnya kambuh. Ia sudah mengabari Alleta dan Alleta sudah ada di rumah sakit, sementara Jemy ia titipkan di tetangganya ia tidak mau membawa nya ke rumah sakit, karena anak sekecil Jemy rentan dengan virus.

Jihan mondar mandir di depan ruangan papanya, butiran air pun menetes deras, ia tidak mau kehilangan hero sejatinya itu.

  "ada apa sebenarnya?" Alleta membuka suara.

"apa bener gua bukan anak mama papa?"

Alleta terdiam seketika mendengar perkataan Jihan barusan, kini sudah waktunya Jihan untuk tau semuanya, sudah saat ia mengetahui apa yang sebenarnya. Tetapi Alleta masih tidak sanggup untuk mengatakannya karena ia takut Jihan tidak siap mendengarnya sekarang.

  "lo bukan anak kandung mama Ji, lo nggak lahir dari rahim mama"

Jihan menabrak kan punggunya ke tembok ia pun jatuh ke lantai, butiran air turun dari matanya sangat deras, kini Jihan sudah tidak tau harus apa, perkataan mamanya kini sudah terungkap semua. Padahal Jihan juga tidak pernah merasakan sentuhan lembut seorang ibu.

Baru saja tadi siang ia dibuat kecewa dengan perkataan Devan, sekarang. Papanya sakit dan kebenaran tentang masa lalu semuanya terungkap.

Cobaan apalagi ini tuhan.

"kenapa papa ga pernah bilang kak? Kenapa papa nyembunyiim semuanya?" nada suara Jihan makin lama makin merendah, Alleta mendekat dan memeluk Jihan erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cool Girl & TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang