Cara Bekerjanya Perasaan

110 2 0
                                    

Untuk menjelaskan proses bekerjanya perasaan tidak bisa di amati pada kasus remaja atau orang dewasa, karena pilihan-pilihan atau respon-respon remaja dan orang dewasa sudah mengalami kompleksitas yang luar biasa. Maka untuk mengamati cara kerja perasaan adalah dengan melihat anak kecil yang asumsinya pola merespon dia belum menggunakan pikiran dan nilai secara maksimal.

Pertama, bayi harus memulai pengalaman rasa dengan melakukan pengindraan. Dari mulutnya ia merasakan manis, asam, asin. Dari hidungnya ia mencium bau-bauan. Dari telinga ia mendengar sapaan orang-orang di sekelilingnya. Dari mata ia bisa melihat ekspresi wajah orang-orang orang di sekelilingnya, dsb. Pengalaman rasa itu disimpan dalam memori reaksi orang-orang di sekelilingnya ketika ia melakukan sesuatu. Itulah pengalaman-pengalaman perasaan yang pertama. Ia menggunakan instingnya untuk mendapatkan pengalamannya yang pertama dan dengan itulah ia merespon setiap stimulus. Jangan heran jika perilaku bayi banyak bersifat trial-error (mencoba-coba). Ketika ia mulai beranjak besar, ketika ia sudah mulai bisa memilih-milih, maka pilihan-pilihan itu tidak lagi berdasarkan insting semata, tetapi juga karena melalui perbandingan perasaan yang ia dapatkan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Ia memilih apa yang menyenangkan bagi dia. Maka karena itu, secara potensial perasaan senantiasa mengarahkan hanya pada kesenangan semata. Ia tidak pernah mengarahkan pilihan individu pada perasaan sakit atau menderita. Inilah prinsip kerja perasaan.

Lantas, bagaimana penjelasan orang yang rela memilih untuk menderita. Seperti ketika seseorang harus memilih antara jalan hidup yang benar menurut logika dia, walaupun harus merasakan penderitaan dengan dikucilkan atau bahkan disingkirkan dari keluarga. Bukan ia lebih memilih menderita daripada bahagia.

Benar, pada banyak kasus kita menemukan orang-orang lebih memilih menderita daripada bahagia. Tapi ingat, pilihan itu bukan berdasarkan perasaan. Pada banyak kasus orang lebih rela menderita karena lebih memilih apa yang ia anggap benar (kebenaran). Pilihan ini tidak didasarkan perasaan tetapi kelogisan, hasil pemikiran yang logis yang menurut ia benar dan karena kebenaran itu ia rela menderita perasaan. Sehingga, seandainya kita abaikan faktor pemikiran, pastilah seseorang akan memilih kebahagiaan. Kalau kita bertanya pada setiap individu, "apa sebenarnya yang kamu cari dalam hidup ini?" Jawabannya hanya ada dua "kebahagiaan" atau "kebenaran". Yang satu berdimensi perasaan dan satu berdimensi pikiran. Begitulah, secara alamiah perasaan akan mengarahkan manusia pada pilihan yang membahagiakan, tapi interupsi pikiran dapat merubah alur alamiah ini. Sehingga respon-respon kita terhadap stimulasi tidak hanya mengikuti arahan perasaan saja. Maka itu juga perlu mengetahui bagaimana cara bekerjanya pikiran sehingga kita juga dapat mengetahui kapan pikiran akan mengiterupsi arahan perasaan itu.

MEMBACA PIKIRAN ORANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang