004. Toko buku pak Oneng

11 3 0
                                    

004. Toko Buku Pak Oneng

Kanigara Banu :
Kau membangunkan ku, Tala.
Disini masih jam 4 pagi.
Aku akan mengabarimu lagi lewat email.

"Hayo, lagi liatin apa?" Kehadiran Isna dan Regi, mengagetkan aku yang sedang membaca sebuah pesan.

"Ku kira kau sudah memesan makanan, Tala."
"Kalau gitu, biar aku aja yang mesen. Kalian tunggu disini. Kayak biasa kan?" Melihat tak ada respon dari kami berdua, Isna langsung menuju kantin mak Ela.

Ya, tepat setelah jam pelajaran pertama dan kedua selesai. Aku memang memutuskan ke kantin lebih dulu. Dan saat sampai di kantin, tiba-tiba saja ponsel ku berbunyi, karena pesan tersebut. Aku senang pesan itu dari Gara, tapi aku tidak tau kenapa sedikit kesal dengan balasannya.

"Kau kenapa?" Tanya Regi. Regi menggeser duduknya agar lebih dekat denganku. "Kau kangen, Gara?"

Aku menoleh ke arah Regi, kemudian kembali lagi melihat tiga pesan di layar ponselku.

"Udah, Tala. Dengerin gue, nih. Besok Gara dateng, nemuin lo ke sekolah. Gereget gue lama-lama liat lo dikit-dikit murung."
"Kau bercanda."
"Kau lihat aku sedang bercanda tidak?!" Timpal Regi. Gadis itu sepertinya mulai kesal.

Benarkah semua itu? Tapi, gara sedang tidak ada disini. Untuk balik ke Indonesia pun pasti butuh waktu untuk mengurus paspor dan segalanya.

Aku kembali melirik Regi, lalu aku duduk menghadap cewek di sebelahku. "Regi, benarkah itu? Aku takut kamu bohong." Tanya ku, dengan perasaan sedikit takut.

"Gue juga gak tau sih, tapi feeling gue gak pernah salah. Kau liat aja besok." Regi memainkan jari-jarinya, mengetuk-ngetuk meja kantin.
"Memangnya, seberapa kangennya kamu dengan cowok itu?" Tanya Regi lagi, kali ini ia mengubah cara bicaranya. Dia memang seperti itu.

Aku menggeleng, "Entah, yang jelas aku gak mau dia lama-lama disana."
Regi tertawa. "Sumpah, Tala. Kau, bucin sekali." Mataku terbuka lebar, ku pukul pelan lengan Regi.

"Kamu jangan seperti itu. Aku yakin kalau nanti ada seseorang yang kamu suka, kau pun akan seperti ini."
"Ya tuhan, jangan sampai." Kata Regi, seraya mengelus wajahnya.

"Makanan sudah sampai." Ucap Isna. Cewek itu datang membawa beberapa mangkuk bakso, kemudian di letakkannya di atas meja kantin.

Semuanya, termasuk aku, mulai sibuk mengaduk-aduk bakso dengan tambahan sedikit saos dan kecap yang ada di setiap meja kantin. Karena aku tidak terlalu suka pedas, aku hanya mencampurkan bakso dengan sedikit saos. Berbeda dengan dua orang ini. Mereka memang gila sekali, lihat saja, mangkuk baksonya hampir penuh dengan warna merah karena saos.

Tak!

Aku dan Isna terkejut karena kelakuan Regi yang tiba-tiba mengetuk meja kantin dengan sangat kuat.

"Hey! Kau ini kenapa?!" Omel Isna. Regi tak menghiraukan. Ia malah menatap wajah ku.
"Tala, perkiraan gue bener. Besok Gara datengin lo!" Regi berkata sangat antusias, tetapi tidak dengan aku dan Isna.
"Jangan dengarin cewek ini, dia memang gila akibat kelamaan jomblo." Timpal Isna.
"Hey! Tidak, Isna kali ini aku beneran serius. Tala, kau harus percaya dengan ku."
"Kau habiskan saja lah, bakso mu itu." Kata Isna. Aku hanya diam saja. Tapi, mendengar Regi berkata seperti itu, ada satu keyakinan kalau besok memang Gara akan datang ke rumah. Semoga saja.

Melihat aku diam saja, Regi memutar bola matanya. Mungkin ia pikir, harusnya aku senang mendengarnya. Tapi benar, aku memang senang, Regi. Cuma, aku malu dan takut, bisa saja kamu berbohong.
"Aku tidak akan berbohong." Ucap Regi, ketus sekali, sebelum cewek itu beranjak dari meja kantin, meninggalkan baksonya yang masih tersisa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sembagi ArutalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang