2

15 9 9
                                    

"Bella!" teriak salah satu perempuan yang menggunakan sweater abu dengan jeans hitamnya.

"Eh, iya rel" jawabku sambil menghampirinya.

"Lo bawa apa aja bel? Keknya lebih dikit barang lo deh dari pada gue" tanya Aurel.

"Ya kek biasanya, emang lo bawa apaan? keknya koper lo penuh jadi mesti pake tas lagi?" sambal menunjuk koper milik Aurel.

"Biasa mamih, suruh gue bawa snack yang banyak buat ngemil di jalan"

"Hai guys!" sapa perempuan yang paling tinggi di antara aku dan Aurel. Namanya Kyra. "Siap banget nih keknya mau study tour" serunya.

"Iya dong, ga sabar banget nih gue pengen cepet-cepet sampe sana" kataku

"Belum juga berangkat" tambah Kyra.

"Eh guys kita ke sana yuk, udah di panggilin tuh" kata Aurel.

"Ayo..." ucap Zahwa sambil menarik tanganku.

Kami mengikuti arah dari asal suara itu. Salah satu guru di depan menjelaskan teknis pemberangkatan dan letak bisnya. Kami berdoa bersama agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku duduk berdua dengan Zahwa. Zahwa lebih dulu memilih duduk di dekat jendela. Alhasil aku duduk di kursi satunya. Sedangkan Aurel duduk dengan Kyra di seberangku.

Didalam bus tampak ramai karena salah satu temanku meminta supir bus untuk menyalakan musik yang cukup keras sebelum bis kami berjalan. Menikmati pemandangan dari tempat duduk memang paling enak ditambah dengan snack di tangan. Namun, terkadang aku pun ikut bernyanyi dengan teman-temanku. Sesekali ku rekam momen ini menguunakan kamera kesayanganku.

Setelah perjalan yang begitu panjang. Tidak seperti yang aku bayangkan bahwa akan melelahkan seperti ini. Namun semuanya terbayar ketika ibu guru yang membawa beberapa lembar kertas itu mengajak kami untuk turun dari bus.

"Wow! Ternyata sebagus ini"

Kalimat itu terucap begitu saja. Cuaca yang cukup dingin membuatku bersyukur karena memakai sweater. Langit sudah mulai berwarna oranye sebuah tanda matahari akan terbit. Udaranya begitu mencekik hidung ini. Tangan pun saling bergesekan, menciptakan sebuah kehangatan.

"Bel? Are you okay? " tanya Zahwa.

"Huh?! iya, gue baik-baik aja kok"

"Gue cuman kagum liat sunrise dari sini"

"Gue kira lo kenapa, abis diem aja dari tadi kek orang ngelamun"

"Hmm...ngomong-ngomong Aurel sama Kyra mana yah?" tambahku.

"Apa bel? Lo nyariin gue? Udah kangen aja lo sama gue" ejek Aurel.

"Gue? Kangen sama lo? Uhhh tayang.." jawabku melebarkan tangan untuk memeluk Aurel kemudian mendekatinya.

"Tapi boong! Hahaha" ku tutup tanganku kembali ketika jarak dengan Aurel hanya tersisa 30 cm.

"Apaan sih kalian ini? Bentar lagi matahari mau terbit, kalian mau buang-buang waktu di sini?" tegas Zahwa

"Ayo dong foto-foto" pinta Kyra sambil mengeluarkan polaroidnya.

Setelah menikmati sunrise dan berfoto ria dengan polaroid milik Kyra kami kembali ke bus karena ibu guru menyuruhnya. Di dalam bus saja masih terasa dingin. Kami melanjutkan perjalanan ke suatu rumah makan yang cukup besar dengan pemandangan yang sangat indah. Sesampainya di sana kami mengantri untuk mengambil makanan yang kita inginkan. Aku mengambil makanan dengan porsi sedang dan tidak lupa dengan teh hangat.

"Hai bel!"

"Kok lo sendirian? Teman-teman lo mana?"

Kenapa dia harus menampakkan wajahnya sekarang? Kemana saja dia dulu? Kenapa aku jadi gugup begini? Apa aku masih suka padanya? Apa aku cuman terkejut karena dia tiba-tiba menyapaku? Apa ini yang dinamakan gagal move on? Kenapa harus begini? Langit, tolong sampaikan pada Allah apa yang harus aku lakukan sekarang? Bantu aku..

...

Maaf sebelumnya karena aku baru update sekarang. Makasih banyak yang udah mau baca ceritaku. Jangan lupa vote dan comment nya.

See you,

Vanilla (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang