First

4.1K 375 110
                                    

❗️❗️❗️Cerita ini memakai sistem  PUBLISH DAHULU, REVISI KEMUDIAN :)*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❗️❗️❗️Cerita ini memakai sistem  PUBLISH DAHULU, REVISI KEMUDIAN :)*

Jika menemukan Typo?
Anggap saja itu berkah :')

.
.
.

10 Oktober 3052

Sore itu, tidak banyak yang ia lakukan selain duduk termenung di atas kasurnya sendiri, menatap pantulan bayangan dirinya yang ada di hadapannya kini. Entah sudah berapa lama dirinya hanya diam menatap cermin dengan raut wajah yang sangat sulit diartikan

Begitu banyak hal hal yang terlintas di pikirannya saat ini, mulai dari masalah lamaran yang silih berganti datang padanya sampai pada mengapa ia yang harus terlahir menjadi seorang Omega lemah yang hanya bisa memasak, menari, dan bernyanyi.

Jujur, ia iri melihat para Alpha yang terlihat gagah dan berani. Mempunyai otot otot besar yang tampak menggairahkan.

Tapi bukan berarti ia tidak memiliki otot, hanya saja dirinya tidak sekuat para Alpha. Tidak pandai dalam urusan bela diri apalagi membela orang lain. Pada masa sekolahnya dulu pun, ia sering di lindungi oleh para Alpha. /Memalukan

Dan lebih mengenaskannya lagi, dirinya lebih suka bergabung dan berteman dengan para Omega dan Beta ketimbang bersama para Alpha. Hah~ dia sungguh menyesal

"Jimin?"

Suara lembut itu berhasil membuatnya tersadar setelah berjam jam hanya duduk diam termenung di dalam kamar tanpa melakukan apa apa selain bernafas

"N-ne eomma?" Jimin mendongakkan kepalanya dan berusaha untuk tetap terlihat tenang dan terlihat baik baik saja

"Boleh eomma masuk?" Tanya seorang pria paruh baya itu setelah ia memberikan senyuman menenangkan miliknya untuk sang anak

"Tentu saja. Aku juga sedang kesepian eomma" ucapnya dengan jujur

Sang ibu berjalan dengan langkah pasti sambil terus tersenyum lembut pada Jimin, sang anak tunggalnya —sekarang—  yang manis itu. Jimin juga sama, ia hanya tersenyum sampai sang ibu duduk bersamanya di atas kasur miliknya yang tidak terlalu besar.

"Kau sedang apa sayang? Ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya sang ibu sambil menangkup kedua wajah Jimin yang semakin hari semakin tirus dan kedua kelopak matanya yang menghitam layaknya seekor panda

Sekejap Jimin tersenyum kembali dan ikut menangkup wajah ibunya dengan kedua tangan mungilnya dengan tanpa meruntuhkan sedikit pun senyumannya

"Aku baik kok, Ada apa eomma?"

Jimin merasa tidak pantas lagi kalau harus membebani ibunya hanya karna pemikiran bodohnya yang terus menghantui. Jimin rasa, sudah cukup orang tuanya hidup dalam kesusahan, dan tidak akan ada lagi kesusahan yang bertambah darinya.

Alpha JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang