who me?

1.5K 117 5
                                    

"Lihat siapa yang datang!"

Bisikan dan senggolan pinggul dari Solar membuat Irene yang sedang merapihkan barangnya di loker melirik melalui jendela kafe. Sebuah mobil mewah bermerek terlihat berhenti di area parkir, membuat senyuman perlahan mengembang di bibirnya.

"Baru saja datang?"

Solar mengangguk tersenyum membenarkan pertanyaan Irene. Irene lantas mempercepat membereskan barang bawaannya.

"Kau ingin langsung pergi?"

Irene mengangguk. "Dia sudah datang, jadi apa lagi yang aku tunggu?"

Solar berdecak mendengarnya. "Ck, dasar." Irene tertawa, begitu juga dengan Solar.

"Aku pergi!"

"Ya, hati-hati! Selamat bersenang-senang!"

Solar berteriak dari dalam kafe, membuat Irene menoleh dengan jengah sambil melangkah menuju keluar kafe karena Solar menggodanya. Solar pun hanya tertawa meledeknya.

"Lain kali kenalkan satu untukku!"

Solar berteriak dari dalam kafe, membuat Irene justru mengacungkan jari tengahnya pada wanita itu dan berlari kecil keluar kafe menuju mobil mewah itu disana. Ia memutar, dan masuk ke dalam kursi sebelah kemudi yang kosong.

"Aku merindukanmu."

Satu kecupan mendarat tepat di bibir Irene setelah ia mendaratkan bokongnya di dalam mobil. Ia pun tersenyum menatap laki-laki berusia lebih muda darinya tiga tahun, yang telah menjadi kekasihnya satu tahun terakhir itu. Berwajah tampan tanpa kekurangan, dan juga kaya raya.

"Kita bahkan belum ada dua puluh empat jam berpisah, Oh Sehun."

Sehun, nama laki-laki berpakaian jas hitam rapih dan mahal itu. Laki-laki itu hanya tersenyum dan kembali mengecup bibir, pipi serta leher mulus Irene.

"Itu terasa lama bagiku, sayang." Ujarnya mengeluh. "Terlebih lagi pekerjaan kantor yang membuatku muak."

Irene hanya tersenyum, kemudian sebelah tangannya terulur menangkup wajah tampan kekasihnya itu dan menatapnya. "Itu memang kewajibanmu, Oh Sehun. Kau tau aku tidak semudah itu untuk didapatkan, hm?"

Sehun terkekeh kecil mendengar kata-kata Irene yang sengaja menggodanya. "Tentu saja akan aku lakukan untukmu sayang."

Irene tersenyum merekah mendengarnya. Kecupan lantas mendarat di bibir Sehun, membuat Sehun siap membuka mulutnya, untuk menyecap bibir mungil milik kekasihnya itu.

"Bekerja keraslah, dan milikki aku."

Namun Irene justru menjauhkan tubuhnya dari Sehun, membuat laki-laki itu tertawa, karena Irene hanya menggodanya saja.

"Aku sedang melakukannya untukmu."

"Bagus." Irene tersenyum mendengarnya. Tangannya kemudian mulai menyalakan radio di dalam mobil. Kepala dan tubuhnya lantas bergerak ke kanan dan kiri mengikuti lagu yang terputar. Mulutnya juga ikut bernyanyi mengikuti lirik yang dinyanyikan.

Sehun jelas tersenyum memperhatikannya, dan mulai menyalakan mesin mobilnya, kemudian melajukannya.

"Kau terlihat sangat senang." Ujar Sehun sambil mengemudi. "Jadi kau sudah siap?"

Pertanyaan Sehun membuat Irene menoleh tidak mengerti apa maksudnya. "Siap untuk apa?"

Sehun kembali menoleh pada Irene dan menarik sudut bibirnya. "Tentu saja kita akan ke rumah, sayang. Menemui eomma dan appa." Irene menatap terkejut. "Memperkenalkanmu pada mereka."

Apa Irene salah mendengar? Karena ia benar-benar tidak percaya. Jantungnya menjadi berdetak lebih cepat. Terdapat kupu-kupu bahagia yang rasanya berterbangan didalam dirinya saat mendengarnya. Jadi Sehun benar-benar ingin memperkenalkannya dengan kedua orang tuanya?

"Kau serius dengan perkataanmu, Sehun? Jangan bercanda!"

Sehun menoleh lagi dan menganggukkan kepalanya. Sebelah tangannya kemudian terulur menggenggam tangan Irene. Menariknya, lalu mengecupnya lembut.

"Aku tidak pernah main-main denganmu, Irene." Ujar Sehun menatap kekasihnya itu dengan serius. "Aku sungguh-sungguh mencintaimu."

Senyuman mengembang dengan lebar di bibir mungil Irene, bersamaan dengan air mata bahagia yang ternyata menetes perlahan dari pelupuk matanya.

"Kita akan hidup bersama. Kau dan aku. " Ujar Sehun. "Kau menginginkannya?"

Di sela-sela Sehun mengusap sisa air matanya setelah mengatakan hal itu baru saja padanya dan berhasil menyentuh hatinya, Irene pun tersenyum semakin lebar dan mengangguk mengiyakan.

"Tentu saja."

Sehun pun tersenyum dan menarik tubuh Irene ke dalam rangkulannya. Sebelah tangannya mengelus kepalanya lembut, kemudian mengecupnya cukup lama.

*

Mobil mewah milik Sehun pun baru saja tiba di pelataran rumah yang tidak kalah mewah dan besar milik keluarga Oh di Seoul. Dari dalam mobil, Sehun menggenggam tangan Irene meyakinkan perkataannya. Akhirnya mereka keluar dari dalam mobil dan di sambut oleh beberapa pelayan dirumah Sehun.

Sehun lantas menggenggam jemari Irene, membawanya masuk ke dalam rumah besarnya untuk memperkenalkannya pada eomma dan appanya. Selama melangkah menuju ke dalam, Irene berusaha mengendalikan dirinya. Kegugupannya, jantungnya yang berdetak tidak terkendali dan tubuhnya yang rasanya berkeringat dingin. Berkali-kali ia menarik kemudian membuang napasnya. Dan semuanya sedikit lebih membaik, saat Sehun mengeratkan genggaman tangannya lalu mengecup puncak kepalanya meyakinkannya.

"Mereka akan menyukaimu." Ujar Sehun. "Percayalah padaku."

Irene mendongak dan menatap Sehun yang lebih tinggi darinya itu. Iapun tersenyum lebar mencoba mengenyahkan ketakutannya. Apa yang di katakan Sehun benar. Tidak ada yang perlu ditakutkannya. Ia dan Sehun sama-sama mencintai, jadi apa mereka mungkin akan menolaknya?

Mereka pun akhirnya telah sampai di dalam, ruang tengah keluarga. Namun keberadaan beberapa orang disana membuatnya cukup terkejut, terlebih lagi terdapat seorang gadis bertubuh langsing dan tinggi semampai dengan rambut panjang berwarna ginger yang saat ini menoleh pada mereka.

"Sehun?"

"Sehun dari mana saja kau?! Apa yang kau lakukan dengan wanita itu?! Siapa dia?!"

Kelima orang pria dan wanita berumur termasuk salah satunya gadis cantik itu menatap ke arahnya dan Sehun dengan terkejut. Kecuali seorang wanita yang wajahnya mirip dengan Sehun itu justru menatapnya tajam.

"Apa maksudnya ini, Sehun?!" Suara wanita itu terdengar sangat marah.

"Justru aku yang bertanya apa maksud eomma melakukan ini?!"

Wanita yang di panggil eomma oleh Sehun itu maju beberapa langkah lebih dekat tanpa melepas tatapan tajamnya.

"Kau tidak melihat Lisa yang sudah berdandan cantik seperti ini?!" Bentak wanita itu marah pada Sehun. "Tapi apa yang kau lakukan dengan wanita itu? Kau akan segera menikah dengan Lisa, Oh Sehun!"

Jantung Irene rasanya berhenti berdetak. Napasnya terasa sangat sesak. Udara di tempat ini seperti menghilang seketika saat wanita itu mengatakan sebuah pernikahan yang akan terjadi dengan Sehun dan gadis itu. Dan tatapan menilai dalam  keheningan dari mereka di dalam ruangan ini, membuat Irene menitikkan air matanya.

Sesak.

Sakit.

Siapa ia disini?

"IRENE! TUNGGU!"

ⓑⓞⓡⓝ ⓣⓞ ⓓⓘⓔ•

[1] Born to Die | Hunrene [5/5 END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang