Prolog

92 23 9
                                    

Ashila menghela napas panjang. Minggu-minggu awal perkuliahan cukup melelahkan juga. Tugas menerjang dari segala arah. Tugas dari matkul ini, matkul itu, tugas ospek, dan masih banyak lagi. Pulang malam sudah mulai jadi kebiasaannya sekarang.

Jalanan masih cukup ramai. Terlihat beberapa mahasiswa lain yang senasib dengannya baru pulang dari berkegiatan. Tak sedikit juga orang-orang yang memasuki beberapa toko di pinggir jalan.

Jarak kampus dengan kostan Ashila memang tak terlalu jauh, juga tak terlalu dekat. Tapi, cukup bila ditempuh dengan berjalan kaki saja.

Ashila tak memikirkan apapun selain cepat sampai di kostan dan merebahkan dirinya di kasur. Hmmm.. membayangkannya saja nikmat sekali. Tapi, sayang sekali Ashila tak bisa berjalan lebih cepat lagi karena rasanya tenaganya sudah hampir habis.

Ashila sampai di jalan dekat kostannya yang tidak terlalu ramai seperti jalan yang sebelumnya ia lewati. Dalam situasi seperti ini tak disangka mata Ashila menangkap suatu kejadian yang baru pertama kali ia lihat. Seorang pria tiba-tiba menarik tas dari tangan wanita paruh baya yang jaraknya beberapa meter di depan Ashila.

Ashila diam mematung, mencengkram kuat tali tas di pundaknya. Ia bahkan tidak bisa berteriak seperti yang orang-orang sekitarnya lakukan. Suasana riuh, orang-orang keluar dari kediamannya. Tapi, Ashila merasa penglihatannya hampir kabur juga telinganya mendengung.

Tiba-tiba seorang laki-laki menabraknya dari belakang. Seketika Ashila tersadar kembali. Laki-laki itu tak berkata apapun.  Dia mengejar perampok itu dengan sangat cepat. Bahkan tak menyadari kalau ia menabrak seorang perempuan dan.. ohh! Jam tangan laki-laki itu terjatuh.

"Nengg?"

Ashila terkejut saat mendengar seseorang berbicara padanya.

"Neng, kenapa? Sakit?"

"Ahhh.. Engga bu, saya agak pusing aja. Mungkin shock lihat kejadian barusan."

"Mau duduk dulu?" tanya seorang wanita yang mungkin penduduk sekitar.

"Engga bu, terima kasih. Kostan saya sudah dekat, di depan." Jawab Ashila sopan.

Ashila merebahkan dirinya di kasur, seperti apa yang ia bayangkan sebelumnya. Pikirannya acak-acakan sekarang. Entah hari apa ini sampai membuatnya selelah ini.

Ashila membuka isi tas nya, mengambil benda dengan tali berwarna hitam dengan lingkaran di bagian tengah terbuat dari semacam kaca yang kini sudah retak. Namun, jarum yang mengarah ke angka masih berputar.

Ia simpan benda itu baik-baik di meja belajarnya. Siapa tahu ia bertemu lagi dengan laki-laki yang menabraknya itu. Lalu, akan ia kembalikan jam tangan itu.

Kita Tanpa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang