Satu

58 19 8
                                    

"Shilaaa kemana aja dari kemarin aku chat gak dibales, ditelpon juga ga diangkat!"

Suara cempreng Rahma di telpon terdengar jelas di telinga Ashila yang matanya saja masih sayu karena baru bangun tidur.

Ashila hanya berdehem. Sepagi ini, kesadarannya belum terkumpul penuh tapi Rahma sudah menelponnya. Entah akan mengadu apa ia sepagi ini.

"Shill bangun cobaa! Anak gadis ga baik bangun siang! Emang kamu ga sholat subuh?"

"Apa sih ma? Pagi-pagi udah heboh. Aku lagi dapet, ga sholat." Suara Ashila masih serak.

"Aku mau cerita, dari kemarin ini udah geregetan."

"Ahh.. mending aku tidur lagi deh"

"Ihh jahaat! Ayoolahh"

Ashila memutar bola matanya. Sebenarnya ia malas, tapi ia pikir bukan hal baik mengabaikan sahabatnya yang sedang membutuhkan seseorang untuk mendengar.

Terjadilah percakapan yang cukup serius antara Ashila dan Rahma di telepon. Ashila berkali- kali menggelengkan kepala karena tidak menyangka dengan apa yang sahabatnya itu katakan. Sesekali juga alisnya terlihat bertaut, memikirkan sesuatu yang mungkin bisa menyelesaikan masalah sahabatnya itu.

Rahma baru saja menceritakan kekasihnya, Ricko. Katanya, ia mencium bau-bau perselingkuhan Ricko dengan teman satu jurusannya. Rahma meminta tolong Ashila untuk memata-matai Ricko karena ia satu kampus dengan Ricko, hanya beda Fakultas saja. Sedangkan Rahma kuliah di kampus berbeda.

Ada-ada saja sahabat Ashila yang satu ini.
Selalu merepotkan saja, apalagi semenjak ia LDR dengan Ricko semakin bertambah sikap cemburunya. Mungkin memang begitu efek dari LDR, sulit mempercayai pasangan.

Namun begitu, Ashila tetap dengan sabar membuka telinga untuk mendengarkan curhatan Rahma. Juga selalu membantu memberi solusi apabila ada masalah. Hukan hanya pada Rahma, tetapi juga dua sahabat lainya yaitu Dira dan Loly.

Ashila kadang merindukan masa SMA nya. Saat ia, Rahma, Dira, dan Loly bisa mengobrol panjang secara langsung tentang apapun. Bahkan dulu ia menjadi saksi langsung kejadian-kejadian lucu, haru, sedih, indah yang menjadi kenangan. Sekarang, mendengar cerita mereka saja Ashila harus banyak bertanya karena ada hal-hal yang Ashila tak tahu.

Meskipun mereka selalu bersama sejak SMA, nasib mereka berbeda. Rahma sudah punya pacar, begitu juga dengan Loly. Kalau Dira sedang dekat dengan seseorang. Tetapi, Ashila tidak punya pacar ataupun teman dekat. Ashila memang nyaman seperti ini, ia bisa fokus dengan pendidikannya. Menurutnya, punya pacar itu menyusahkan, banyak masalah, buktinya ia setiap hari mendengar celotehan Rahma dan Loly.

Kadang, Ashila juga berpikir untuk dekat dengan seseorang. Tapi, yang benar-benar menyayanginya dengan tulus dan bisa membuatnya bahagia setiap hari. Bukan yang menciptakan masalah dan membuat Ashila sedih. Tapi, rasanya tidak mungkin karena memang dalam setiap hubungan pasti ada saja masalah yang perlu dihadapi.

***

Ashila menggerutu, sudah menungu dosen selama satu jam ternyata beliau tidak bisa hadir. Tahu begitu, Ashila memilih melanjutkan tidurnya saja tadi.

Ashila melirik ke arah jam tangan. Kelas berikutnya ternyata masih dua jam lagi. Tadi, beberapa temannya mengajak Ashila ke kantin tapi ia menolak. Entah kenapa ia tidak nafsu makan. Sekarang, ia sendirian duduk di gazebo tanpa melakukan apapun.

Aneh rasanya, ia sedang tidak mood melakukan apapun. Yang ia mau hanya tidur atau sekedar rebahan. Mungkin efek datang bulan juga jadi ia lebih moody dari biasanya.

Tiba-tiba mata Ashila menangkap sesorang yang tak asing baginya. Ya! Ricko. Ia mengendarai motor dan ....... Membonceng seorang perempuan.

"Hah baru juga diomongin tadi pagi tuh orang!"

Ricko terlihat menuju ke arah Fakultas Pertanian. Ashila langsung bergegas menuju ke sana, melewati jalan belakang. Kebetulan Fakultasnya dekat dengan Fakultas Ricko, jadi tidak butuh waktu lama.

Ashila ternyata cukup cepat, ia sekarang berada tak jauh dari parkiran, mengintip dari balik pohon. Ashila memperhatikan Ricko yang sedang memarkirkan motor sambil berbincang akrab dengan perempuan yang barusan diboncengnya.

"Itu bukan yaa, cewek yang dimaksud Rahma?" gumamnya.

"Ahh masa sih Ricko selingkuh?" gumamnya lagi.

Ricko terlihat berjalan menuju gedung Fakultasnya, arahnya dekat dengan tempat  Ashila mengintip. Ashila pun memutuskan untuk cepat pergi, sebelum Ricko melihatnya. Tapi ...

"Woy!!"

"Haaaah!!" Ashila terkejut.

Sadar teriakannya cukup keras, Ashila menutup mulutnya dengan cepat. Sedangkan dihadapannya, seorang lelaki bertubuh tinggi memandangi Ashila dengan tampang bingung.

Ashila langsung menarik tangan lelaki itu ke tempat yang menurutnya aman.

"Ehh lepasin!"

Ashila tak peduli dengan ucapan lelaki itu dan terus menarik tangannya.

"Eh lo ngapain sih?" tanya Ashila ketus.

"Lo yang ngapain? Ngintip-ngintip di balik pohon". Kata Lelaki itu.

Ashila memandangi laki-laki itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia tak asing, Ashila sering melihatnya. Sepertinya lelaki ini teman satu jurusannya, tapi Ashila lupa siapa nama lelaki menyebalkan ini.

Ya, lelaki ini menyebalkan. Bisa-bisanya ia mengejutkan Ashila tadi. Bagaimana kalau Ricko sampai tahu kalau Ashila memata-matai nya tadi? Habislah riwayat Ashila.

"Lo? Kita sejurusan kan?" tanya Ashila ragu.

"Iya! Gue Haikal, masa lo lupa?"

"Emang lo tau gue?"

"Ashila"

Ashila hanya diam. Ia masih memandangi Haikal dengan kesal.

"Gak usah gitu hey mukanya! Kalau gue tadi salah, maaf" kata Haikal sambil mengulurkan tangannya.

Ashila membalas uluran tangannya sambil tersenyum kecut.

"Tapi boong! Jhaaaaa! Ehh nanti kalau jadi mata-mata lagi ajak gue ya. Gue ajarin jadi mata-mata yang bener. Hahaha"

Ashila membulatkan bola matanya. Benar-benar menyebalkan lelaki bernama Haikal ini. Yaa Tuhan cobaan apa ini.. Bisa-bisa nya Ashila bertemu dengan orang seperti ini.

Dengan wajah tengilnya, Haikal pergi tanpa permisi. Meninggalkan Ashila yang masih berdiri mematung sambil menatapnya dengan sinis.

Kita Tanpa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang