Empat

10 3 0
                                    

Happy reading!✨

Ashila merasa detakan jantungnya tak beraturan. Dosen di depan kelasnya memberitahu akan ada kuis dadakan hari ini. Beberapa mahasiswa di kelas A mengeluh dan protes dengan alasan belum mempersiapkan diri. Tapi, dosen tidak peduli karena seharusnya mahasiswa selalu belajar tanpa harus ada kuis atau ujian.

"Saya kasih waktu 10 menit untuk baca-baca dulu. Mulai dari sekarang!" Kata dosen yang bernama Pak Andi.

Ashila pun langsung membuka bukunya dan mulai memahami hal yang belum dipahaminya. Jujur saja Ashila sudah baca-baca buku semalam, tapi tetap saja menurutnya itu masih belum disebut persiapan yang matang.

Keadaan kelas makin tegang di menit-menit terakhir. Sheryl yang duduk di samping Ashila pun terlihat sangat gelisah. Beberapa kali Sheryl memegang tangan Ashila, agar Ashila merasakan tangannya yang dingin akibat terlalu nervous.

"Shil, deg-degan banget sumpah!" kata Sheryl.

"Tarik napas...."

"Buang..."

"Tarik napas..."

"Buang..."

"Ishhhh Shila! Dikira mau lahiran apa?!" Kata Sheryl kesal.

Ashila terkekeh. Wajah Sheryl lucu sekali kalau sedang kesal.

"Ya! Tutup buku kalian lalu simpan dalam tas masing-masing. Handphone juga masukkan ke dalam tas. Jangan ada yang berani mencontek!" Kata Pak Andi dengan lantang.

Seluruh mahasiswa kelas A langsung menuruti perintah Pak Andi untuk memasukkan buku dan handphone ke dalam tas.

Keadaan kelas hening, Pak Andi mulai membagikan kertas soal dan lembar jawabannya. Ashila terus berdo'a sambil mengingat materi yang sudah ia pelajari. Ia berusaha tenang agar bisa mengerjakan soal dengan baik.

"Waktu pengerjaan soal 90 menit. Dimulai dari sekarang."

Ashila langsung membuka soal. Taraaaaaa!! Lima soal essay, pendek, hanya saja jawabannya yang pasti panjang.

Ashila menarik napas panjang. Ia membaca soal dengan teliti lalu memilih soal yang menurutnya lebih mudah untuk dikerjakan terlebih dahulu.

Pandangan Pak Andi menyusuri setiap sudut ruang kelas, memperhatikan satu demi satu mahasiswa yang ada di hadapannya untuk memastikan tak ada yang mencontek.

Tiba-tiba telpon Pak Andi berdering. Sepertinya dari orang penting sehingga Pak Andi langsung keluar kelas untuk mengangkat telpon.

Tentu saja ini menjadi kesempatan emas untuk mahasiswa bertanya pada teman-temannya. Tapi, Ashila tidak tergoda sama sekali. Ia bukan tipe orang yang suka mencontek. Ia berusaha mengerjakan soal dengan serius tanpa menghiraukan teman-temannya yang saling bertukar jawaban.

Krrrttt

Suara pintu yang terbuka membuat seisi kelas terdiam. Mereka kembali mengerjakan soal dengan serius seolah tadi tidak ada kecurangan diantara mereka.

"Masih kaya anak SMA ya kalian. Ditinggal sebentar langsung ribut. Kalian pikir saya tidak tahu?" perkataan Pak Andi membuat suasana semakin tegang.

Mata Pak Andi beranjak dari tempat duduknya. Ia ada di antara tempat duduk mahasiswanya. Lalu, ia membungkuk mengambil kertas yang ada di lantai. Beberapa mahasiswa yang melihat langsung terkejut.

"Ini punya kamu?" tanya Pak Andi.

Ashila langsung menggeleng cepat. Ia tidak tahu kertas contekan itu punya siapa. Bahkan ia sama sekali tidak menyadari kertas itu ada di bawah kursinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Tanpa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang