Ponselku mati sebelum aku selesai bicara dengan Arin karena kehabisan daya, jadi aku langsung membereskan barang²ku dan berjalan menuju pintu seolah tidak terjadi apa².
Tapi semuanya berubah ketika aku mengetahui pintu kelas ini terkunci dari luar. Aku berteriak, menggedor dan berusaha mendobraknya tapi semuanya sia². Yang bisa ku lakukan sekarang hanya duduk dan menangis.
Tunggu, sepertinya jendela tidak dikunci. Tapi jika keluar melalui jendela mungkin aku akan mati. Karena kelasku berada di lantai 4.
Aku melangkahkan kaki dengan perlahan agar tidak menginjak cairan merah yang ada di lantai. Dan benar saja, jendelanya tidak dikunci. Lebih baik aku melompat dan mati daripada menjadi gila di dalam sini.
"TUNGGU!"
Siapa itu? Itu seperti suara Arin. Ah aku bersyukur punya teman sebaik dia.
Aku membalikkan badanku, tapi pemandangan yang ku lihat sungguh aneh. Kemana darah itu pergi? Arin sedang berbicara dengan seseorang.
Kak Wendy? Oh ya ampun, dia adalah siswi populer di SMA kami. Apa Arin mengajaknya ke sini untuk menolongku? Tapi tunggu dulu, mereka hanya bicara berdua saja dan mengabaikanku. Mereka bertengkar dan bergulat, ku lihat darah mereka berceceran di lantai.
Saat aku akan mendekat, pintu kelas tiba² terbuka. Itu pacarku, Kak Dio. Aku bahagia melihatnya. Tapi Arin sepertinya lebih bahagia, dia mendorong Kak Wendy sampai kepalanya membentur lantai sangat keras dan menancapkan pisau di dada Kak Wendy dengan cepat. Kemudian dia menghampiri Kak Dio.
Ku lihat Arin menangis di pelukan Kak Dio. Saat aku hendak menghampiri keduanya, tiba² kepalaku sakit.
Aku membuka mata, ternyata ini sudah pagi dan aku duduk menyandar di pintu kelasku saat ini. Aku tertawa dengan semua yang ku lihat tadi. Entah mimpi atau bukan, tapi ada pisau berdarah di genggamanku sekarang.
Baiklah, sepertinya aku bersyukur atas kejadian ini. Sungguh.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepypasta Story
Cerita Pendekkumpulan cerita creepypasta yang akan membuat bulu kudukmu berdiri.