Deru ketukan sepatu yang beradu pada lantai kayu bergema, pria dewasa itu melangkah tegas membawa tubuh atletisnya mendekat pada salah satu bilik berisikan seorang gadis kecil yang sedang lelap tertidur di dalamnya.
Pelan, knop pintu diputar, berusaha tak menimbulkan sedikit pun suara. Pria dewasa itu sama sekali tak ingin membangunkan putri kesayangannya tanpa memeluknya terlebih dahulu, seperti biasa.
Daun pintu bertuliskan "Alisa Greyn" di sisi atasnya itu terbuka, menampilkan ruangan luas yang didominasi warna abu-abu juga merah muda. Ya, itu adalah warna kesukaan anak gadis satu-satunya.
Perlahan, ia merendahkan tubuh. Lengan besarnya menyusup di sisi tubuh gadis kecil itu, memeluk dengan lembut seolah tak ingin melepaskannya, lagi.
"Eumm ... Ayah, Lisa sudah besar. Tidak usah dipeluk seperti itu!" Suara imut itu terdengar serak, kedua kelopak matanya juga masih enggan membuka.
"Eh ... siapa yang bilang kalau anak Ayah ini sudah besar, huh? Anak ayah ini baru tujuh tahun, loh," balasnya, ia tak melepas pelukan itu walaupun jemari kecil putrinya tak menyerah untuk menyingkirkan lengan kekarnya dari tempat ternyaman itu.
"Ya sudah, tapi Lisa sekarang bangun. Hari ini kita akan ke rumah teman Ayah, kau lupa? Bahkan matahari sudah meninggi dan kau belum menyentuh air sama sekali. Ayo, kita tak boleh terlambat."
"Hmm ... baiklah."
***
Hangat mentari menyapa kulit porselen Alisa, iris sewarna coklat hazel-nya menatap barisan pepohonan di sepanjang perjalanan. Beberapa kali menangkap keberadaan burung-burung bersurai indah, membuatnya tak bosan dalam perjalanan yang memakan waktu cukup lama.
Cukup jauh melaju, mobil minibus berwarna silver itu semakin masuk ke dalam hutan belantara. Pria itu tampak begitu hafal dengan jalanan yang bahkan sudah tak layak dijejaki itu, sebab semak belukar serta pepohonan besar tumbuh jarang di sekitarnya. Sepanjang perjalan, Alisa tak berkomentar. Sebab seluruh pertanyaannya mengenai perjalanan ini sudah terjawab, malam tadi. Tak lama kendaraan itu pun berhenti pada sebuah pantai di balik rimbunnya hutan yang telah mereka lewati, hampir seharian.
"Ayah, di sini tidak ada kapal atau apapun yang bisa kita gunakan untuk mencapai pulau di sana. Bagaimana cara kita ke sana?" tanya Alisa, ia menatap Ayahnya yang tengah menunduk di dek depan.
"Kita bisa ke sana, Sayang. Ayo, sini dulu duduk di dekat Ayah." Pria beralis tipis itu menepuk-nepuk bangku di sebelahnya.
Gadis di belakang sana segera beranjak dan mendaratkan bokongnya tepat di samping Ayahnya itu. "Kenapa, Ayah?"
Pria itu menghela napas pelan, berusaha tersenyum walau berat. Ia berbalik, menghadap dan menatap iris sewarna hezel tepat di depannya itu.
"Kau yakin dengan ucapanmu semalam? Kau tahu, Ayah akan sangat merindukanmu," ujarnya, beberapa kali ia berkedip berusaha membendung air mata yang mulai berkumpul di sudut mata.
"Lisa yakin, Ayah. Tak apa, Lisa akan kembali pada Ayah nanti setelah bertemu Ibu di pulau itu. Lisa tak akan lama." Gadis kecil itu menangkup wajah Ayahnya, mengerti bahwa pria yang ada di hadapan itu sangat menyanginya, dirinya pun sama.
Ia hanya tak ingin menangis lagi, sudah cukup sedih-sedihannya malam tadi. Sekarang, ia tak mau membuat Ayahnya semakin sedih atas kepergiannya dalam misi "Menemukan Ibu di Pulau Terpencil."
"Tidak, Nak, kau akan lama di sana. Itu tak akan semudah yang kau bayangkan." Lelaki itu kembali berujar, air matanya tak lagi dapat dibendung.
"Tidak, Ayah. Aku kan sudah berjanji tidak akan lama," ucap Alisa meyakinkan, bahwa ia benar-benar akan pulang membawa Ibunya kembali bersatu dengannya dan Ayahnya.
"Ayah tak yakin kau ingin meninggalkan tempat itu setelah di sana nanti."
"Sudahlah, Ayah! Ayah tak percaya pada Lisa?" Nada anak itu terdengar ketus, kesal pada Ayah yang terus meragukan janjinya.
"Haha ... baiklah, Sayang. Ayah percaya. Tadi itu bercanda saja. Jadi, lets go, girl!"
***
Di sana, di sebuah pulau tak bernama yang terletak tepat di antara pulau Sulawesi dan pulau Kalimantan itu, petualangan Alisa pun dimulai.
💞💞💞
Kecup jauh untuk kalian😗
Ini cerita pertama aku, semoga kalian suka yah^^Mari berpetualang bersama Alisa!
Aku selalu terbuka buat nerima kritik ataupu saran dari kalian^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa and The Lost Island (On Going)
FantasySemua berawal dari tekad Alisa, seorang gadis berusia tujuh tahun yang dibesarkan sendiri oleh ayahnya. Hasratnya menggunung untuk menemukan sang Ibu, membuatnya rela pergi ke sebuah pulau kecil. Sebuah pulau terpencil yang terletak di Selat Makassa...