Udara panas bercampur debu begitu terasa, dengung ribut alat-alat berat yang datang silih berganti itu sudah menjadi musik pengiring bagi warga yang ada di sekitar tambang.
Kutatap daratan luas yang setiap hari digalih dan diambil kandungan mineral berupa nikel dari dalam perutnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa harga nikel cukup tinggi di pasar dunia. Perkembangan tekhnologi dunia tak lagi dapat dibendung, nikel adalah salah satu pendukung perkembangan itu.
Niel yang memberitahukanku semua itu, ia juga menjelaskan bahwa mineral alam itu nantinya berfungsi untuk pembuatan pesawat terbang, gedung-gedung, koin logam, kendaraan mewah dan banyak lagi. Entahlah, aku bahkan tak pernah lagi keluar dari pulau ini sejak kedatangannku sebelas tahun lalu. Aku miskin dalam pengetahuan umum, tentu saja karena terjebak di pulau misterius ini.
Aku mengembuskan napas kasar, tak menyangka akan terperangkap di sebuah pulau yang dipenuhi oleh orang-orang berpikiran primitif, hewan-hewan langka, dan para penjajah yang setiap hari mengeruk tanah untuk diambil kekayaannya.
"Apa kau tertarik dengan pekerjaan penjajah itu?" Niel mengawali percakapan.
Aku meliriknya sebentar, kemudian ikut duduk pada bangku panjang yang terbuat dari batang pohon yang dibelah dua. "Tetap seperti yang kukatakan dua tahun lalu, aku tidak akan pernah bekerja pada orang-orang bejat seperti ayahmu.
Atau, kau yang mulai tertarik dengan proyek ayahmu itu, Niel?"
"Tentu saja tidak, aku juga sama denganmu. Tetap pada pendirianku di dua tahun lalu, aku akan menghentikan proyek jahannam ini meskipun ini adalah di bawah kekuasaan perusahaan ayahku sendiri."
Tak ada percakapan yang terjadi setelah itu. Masing-masing berenang di lautan pikiran sendiri.
Sedikit mengenai teman lelakiku itu. Namanya Yetniel, putra satu-satunya pimpinan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan gelap.
Meski begitu, remaja berusia 19 tahun itu sangat membenci pengeksploitasian yang dilakukan oleh perusahaan Ayahnya. Ia memutuskan tinggal di pulau aneh ini dengan alasan ingin membantu para karyawannya. Tentu hanya salah satu strategi agar dia bisa mengagalkan proyek haram ini.
Pernah ia meminta satu kursi jabatan pada ayahnya, tetapi permintaan itu ditolak. Namun, lelaki itu tetap bersyukur karena ayahnya mau mengizinkannya menginjakkan kaki di pulau ini, bahkan sampai di tahun ketiga sekarang ia tak ingin kembali sebelum misinya itu terselesaikan.
Berbicara tentang misi, aku juga memlikinya, dulu sekali. Mencari Ibu dan membawanya kembali ke rumah kami, itulah tujuannya. Nyatanya, selama bertahun-tahun kucoba bertanya dan mencari tanda-tanda keberadaan Ibu di daratan ini, tak ada satupun petunjuk yang kudapatkan.
Pencarian selama bertahun-tahun itu membuatku yakin dalam mengambil kesimpulan; bahwa Ibu memang sebenarnya tak pernah ada ada di sini, bahkan membayangkan Ibu tinggal di pulau aneh seperti ini aku tak sanggup. Kemudian, di hari-hari setelah itu, aku mulai membenci Ayah. Ayah sengaja mengarang cerita mengenai Ibu yang berada di sini, kukira pria bejat itu mengerti dengan hasratku yang ingin bertemu Ibu selama tinggal dengannya. Inilah kenyataannya, Ayah membuangku! Ya, itulah yang kupikirkan mengenai Ayahku itu hingga saat ini.
Karena alasan itu juga aku memutuskan untuk tetap tinggal di sini, kurasa takdir memang tak ingin mempertemukanku pada Ibu.
Jika kau bertanya; kenapa aku tak pergi saja dari pulau ini? Percayalah, ratusan bahkan ribuan kali sudah kupikirkan mengenai hal itu. Bahkan bebagai usaha sudah kulakukan, seperti menyusup menuju pintu gerbang keluar dari pulau ini.
Namun, sayang sekali. Setiap sudut dari pulau ini dijaga ketat oleh orang-orang berseragam hitam, badan besar nan kekar mereka membuatku bergidik saat melihatnya pertama kali. Karena penyusupan itu, aku dihukum bekerja selama dua minggu di tambang sebagai pelayan bagi karyawan-karyawan, itu sangat melelahkan dan tentu sangat menyebalkan!
"Bagaimana jika kita memulai rencanaku mulai sekarang saja?" Niel menatapku, netra hitam legam itu nampak berbinar.
Satu gesekan licin pada jidatnya langsung melayang, membuatnya mengadu kemudian menatap sinis padaku. Tentu tatapan itu tidak sungguhan, bahkan dia semakin gencar membujukku.
"Diamlah, Niel! Ini bukan hal main-main, kau tahu 'kan apa resiko jika rencana konyolmu itu gagal?" Aku sedikit kesal, terkadang aku memuji sifat nekatnya itu, tapi tidak untuk hal yang satu ini.
"Ya, ya, ya ... resikonya kita akan dibuang ke lautan dalam dengan tangan dan kaki diikat menggunakan tali yang terdapat jaring yang beirisi banyak batu di ujung tali yang lain."
✴ ✴ ✴
Hai ... gimana puasanya? Semoga lancar terus yah sampe akhir.
Terima kasih udah mampir ke cerita klise-ku ini.
Silahkan tinggalkan vote dan komen kalian, jika berkenan. Saran dan kritik sangat diperlukan untuk kelanjutan cerita ini.
Arigato
PratamaAan
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa and The Lost Island (On Going)
FantasySemua berawal dari tekad Alisa, seorang gadis berusia tujuh tahun yang dibesarkan sendiri oleh ayahnya. Hasratnya menggunung untuk menemukan sang Ibu, membuatnya rela pergi ke sebuah pulau kecil. Sebuah pulau terpencil yang terletak di Selat Makassa...