Namaku Lily. Waverly Lily Hollary. Nama ini diberikan ibuku padaku saat abangku, Kevin Portharo Hollary, memberikan ibuku setangkai bunga Lily sebagai hadiah atas kelahiranku. Aneh memang, bagaimana bisa anak yang hanya berusia 4 tahun bisa memikirkan untuk memberikan hadiah. Tapi aku menyukai nama maupun bunga itu. Lily.
"Dek... bangun! DEK... BANGUN!!!," teriak abangku yang melihatku masih tidur. Ya... wajar aja aku masih tidur karena semalaman aku begadang buat nonton film jadi aku baru aja tidur sekitar jam 2 pagi.
"Abang ganggu aja sih... Ini kan hari Minggu," Yup! Ditambah lagi ini hari Minggu. Kenapa aku nggak boleh bangun siang? Aku pun masih tetap berada pada posisiku, tidak berubah setelah melempar salah satu bantalku ke abang dengan cukup keras karena ulahnya di hari Minggu pagi.
Hening.
'Mungkin abang udah nyerah. Hihi' pikirku. Tiba-tiba aku merasakan ada tangan yang melingkari badanku. Memelukku dari belakang yang aku yakin pasti itu adalah abang. Nyaman. Seperti masa kecil dulu saat aku dan abang masih tidur di satu kamar. Sering kali ibu memarahi aku dan abang yang tidak segera tidur tapi malah main hingga larut malam. Suasana masa lalu yang sangat ku rindu.
"Adekku yang cantik, bangun dong... Pacar kamu berisiiiikkkkk banget di bawah nyariin kamu. Abang kan jadi nggak bisa buat sarapan kalo pacar kamu gangguin abang mulu," ucapnya yang terasa sangat lembut di telingaku. Tunggu, tadi abang bilang PACAR?! Pasti Dino deh. Siapa juga yang pacaran sama dia? Mana imbasnya ke sarapan buatan abang lagi. BIG NO banget kalau ngelewatin sarapan buatan abang. Secepat kilat aku pun langsung bangkit dari kasur dan membuat abang mencium lantai. Tanpa mendengar kemarahan abang, aku pun langsung melesat ke tempat si Dino berada.
"Dino, apaan sih lo? Pagi-pagi gini udah gangguin hidup orang aja!,"
"Duh, bangun tidur tetep aja cantik," jawabnya yang tidak menjawab apapun pertanyaanku sambil mengacak-acak rambut bangun tidurku.
Dino. Aldino Leonard. Sahabatku dari kecil, bahkan dari masih bayi pun kita sudah sering dipertemukan oleh kedua orang tua kami untuk bermain bersama. Jadi, dia tahu semua kebiasaan-kebiasaanku, dan begitu pula sebaliknya, aku tahu semua kebiasaan-kebiasaan dia. Ganteng sih, tinggi juga, hidungnya mancung lagi, warna matanya coklat gitu, ya... pokoknya sesosok Dino ini bisa membuat seluruh cewek di sekolah memuja-muja sohib aku ini setelah abang resmi jadi alumni.
Dulu abang dipuja-puja sama cewek karena abang itu kapten tim basket, pinter, nggak pernah pilih-pilih temen, dan jago masak pula. Tapi setelah abang lulus dan muncullah si Dino ini, gelar cowok idaman pun jatuh ke sosok Dino ini. Nggak jago main basket sih, cuma jago banget main alat musik. Apapun itu. Mau alat musik tradisional maupun alat musik modern, ditambah anaknya juga pinter, supel pula. Ya tapi... kalo sama aku entah kenapa kesan-kesan itu semuanya hilang gitu aja karena dia jadi manusia paling nyebelin di dunia. Suka banget gangguin orang tidur, berisik, suka seenaknya, sok-sok an lagi mentang-mentang bisa main alat musik (aku nggak iri lho, ya!).
"Udah ganggu tidur gue, nggak mau buruan bilang lagi ngapain pagi-pagi kesini. Nyebelin dasar!," kataku dengan suara pelan tapi aku yakin Dino masih bisa ngedenger itu. Aku pun berjalan ke dapur karena rasa-rasanya ada bau yang menggoda untuk didatangi untukku sarapan.
"Ngambek aja cantik, hihi... Iya kan, Bang?," katanya diikuti dengan anggukan abang. "Gue kesini itu buat mengingatkan sohib gue yang cantik ini tentang janji lo sama gue yang mau nganterin gue ke bandara ntar siang. Lupa kan lo pasti? Coba nggak gue bangunin, pasti lo masih aja tidur sampe siang,"
Binggo! Gue lupa ada janji itu. Dino kan hari ini mau ngejenguk bundanya di Singapura untuk beberapa hari ke depan. Duh Lily... kok bisa lupa.
"Wah Din, bakal kesepian nih adek gue nggak ada lo," ledek abang yang ngeliat aku diam nggak nge respon ucapan Dino. Tapi bukan berarti aku mikirin bakal kangen sama Dino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Love Be...
RomanceAku melakukan segalanya bersamanya. Dialah orang yang pertama kali mengajakku keluar dari rumah untuk bermain. Dialah orang pertama yang menjadi teman sebangkuku. Orang yang pertama kali menggenggam tanganku. Orang yang pertama kali menjadi sahabatk...