Prologue

2.3K 110 10
                                    

Hutan dibawah bukit Desa Flamboyan, 6 Desember, Pukul 00.00

"Selamat ulang tahun...."

Hiks!

"Selamat ulang tahun..."

Hiks!

"Selamat ulang tahun, Rara..." Hiks! "Selamat ulang tahun..."

Sungguh aneh mendengar lagu semeriah itu dinyanyikan dengan nada sendu. Apalagi jika ditembangkan dimalam selarut ini oleh gadis berumur 11 tahun dengan begitu haru. Meski hanya diterangi dengan redup temaram rembulan, terlihat jelas bagaimana tubuh gadis itu bergetar hebat. Bagian depan pakaian mewahnya basah karena terus dihujani air mata.

Gadis itu duduk bersila diantara akar-akar raksasa pohon Oak, pohon besar yang menjulang kokoh ditengah-tengah hutan ditempatnya berada saat ini. Mata sembabnya tidak berhenti menatap satu-satunya benda yang mengindikasikan bahwa sedang ada pesta ulang tahun disini. Sebuah Birthday Cake sederhana yang ia buat sendiri, menggunakan dedaunan runtuh yang disusun sedemikian rupa. Meski bentuknya jauh dari kue ulang tahun sebenarnya, Rara tak peduli. Saat ini, hanya itu yang dia punya.

"Selamat ulang tahun... Tiyara Ramadhani..." Ujarnya lirih, ditujukan untuk dirinya sendiri yang sedang merintih. Dengan tarikan nafas panjang, Rara meniup lilin yang tergambar diatas birthday cake visualnya. Terlalu kencang, karena sekarang hampir separuh kue ulangtahunnya malah menghilang.

Apa yang membuat gadis sekecil ini merayakan ulang tahunnnya sendiri, ditengah-tengah hutan, jauh dari perkomplekan rumahnya? Mengapa ia malah menangis saat menyambut hari lahirnya yang kesebelas?

Pertanyaan yang sama juga terlintas oleh sosok lain disana. Sebuh figure yang sama kecilnya dengan Rara, menatap lekat profil yang saat ini sedang menenggelamkan wajah ditelapak tangannya sambil menangis terisak. .Didorong oleh rasa penasaran... sosok itupun berjalan mendekat.

"Sedang apa kau?"

Efek yang luar biasa ditimbulkan oleh pertanyaan sederhana ini. Jelas Rara tidak menyadari kedatangan sosok itu. Secepat kilat gadis berambut panjang itu berdiri, lalu sekuat tenaga menghimpitkan diri disela-sela pohon, seakan memohon agar ia bisa menghilang dibalik benda padat itu. Wajahnya menunjukkan ketakutan yang luar biasa, Mata dipejamkan erat-erat, dan isakannya semakin kuat.

Kaget dengan reaksi Rara, tokoh baru yang juga seorang gadis kecil itu panik. Tidak menyangka pertanyaan basa-basinya berakibat sedemikian dramastis.

"Hey... hey... kau kenapa? Ada apa denganmu?"

Tidak ada perubahan apapun. Gadis dihadapannya tetap berusaha menghilangkan diri.

"Hey... jangan takut! Aku hanya menyapa, oke? Aku sama sekali tidak berniat jahat!"

Sosok itu kemudian mendekat, lalu menjulurkan tangannya ketubuh mungil Rara. Dengan sangat hati-hati, seolah takut tubuh itu akan hancur jika disentuh dengan kasar, anak kecil itu meraih pundak Rara, berusaha meredamkan tubuhnya yang gemetar.

"Huussshh... hey... tidak apa-apa.. jangan takut... lihat siapa aku? Aku sama denganmu! Aku sama kecilnya denganmu! Aku tidak akan bisa menyakitimu.. lihat kan?"

Rara membuka matanya. Dan apa yang ia lihat selanjutnya sungguh luar biasa. Seorang gadis, mungkin seumuran dengannya, sangat cantik dengan kulit yang bersih. Senyum tulus yang merekah dibibirnya, menawarkan ketentraman.

Ada sesuatu yang aneh. Rara merasakan dirinya tenang seketika. Tangan mungil yang menempel dipundaknya telah menjadi sumber kehangatan baru bagi tubuh dan jiwa Rara yang sedari tadi membeku. Dan senyumnya, seperti mengandung magis yang mampu menentramkan hatinya yang terus gundah.

A World ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang