Seperti pagi hari biasanya,aku bangun,mandi,sarapan lalu pergi berangkat sekolah. Tetapi pagi hari disekolah tidak seperti biasanya.
Sesampainya aku disekolah didepan kelasku sudah ramai murid. Aku penasaran dan mempercepat langkah kakiku.
Druakkk
Suara bantingan meja kencang yang membuatku semakin penasaran ada apa sebenarnya. Dan ternyata suara itu berasal dari pertengkaran toni dan ardit.
"Gua udah bilang bukan gua dit,gua kemaren off seharian!" Teriak toni yang memegang tangan kirinya yang seperti menahan kesakitan.
"Kalo bukan lu siapa lagi ton? Cuma elu doang yang tau masalah ortu gua! Lu mau ngeles apa lagi hah?" Ucap ardit sambil melayangkan kepalan tangannya ke arah perut toni.
"Eghh,Anj*ng cukup dit cukup bangs*tttt!" Ucap toni menahan sakit tanpa melawan sedikitpun.
Kalian pasti bertanya bagaimana aku bisa tau perkara masalahnya ardit,itu mudah. Aku menyadap percakapan mereka berdua yang membahas orang tua mereka.
"Ayo lawan gua banci,hah? Lu takut? Masa anak pengedar narkoba kelas kakap takut sama anak preman abal abal" Teriak ardit yang memojokan toni.
Sontak murid murid yang sedang menonton mereka berdua kaget,tidak menyangka bahwa ayah toni adalah seorang pengedar.
"Gua ga lawan lu karena lu temen gua dit. Tapi lu udah ngejatuhin harga diri gua,gua udah pernah bilang ke elu jangan pernah ngasih tau hal ini ke orang orang,tapi ternyata. Lu baj*ngan!" Ucap toni menahan emosi.
"Lu dulu yang mulai anj*ng,ayo maju sini. Narkoboy!" Ucap ardit dengan gaya songongnya.
"...."
Akhirnya pertarungan yang sebenarnya pun dimulai. Ardit menghajar toni dan toni pun membalasnya. Terus menerus. Pertarungan ini berlangsung cukup lama,tapi mereka seperti tidak kelelahan ataupun kesakitan. Sepertinya amarah mereka sudah tidak bisa ditahan lagi.
Kami semua yang menonton tidak ada yang berani mengadu ke guru,karena kami semua takut jadi korbannya karna melerai dua singa yang sedang bertarung.
Hingga akhirnya pun seorang guru datang.
"Hei hei hei,ada apa ini masih pagi udah rame?" Tanya seorang guru yang berlari kecil kearah kelasku.
Aku dan murid murid lainnya berlarian kocar kacir melihat guru datang,kami berlari karena kami tidak mau terlibat dengan masalah dua singa itu.
Aku lari paling terakhir diantara yang lainnya karena aku mau lihat pertengkaran itu sampai selesai,tapi aku juga takut di saut pautkan oleh guru jika aku masih didepan kelas. Akhirnya pun aku memutuskan untuk lari. Semua orang lari kecuali mereka berdua yang sedang bertengkar. Sepertinya mereka tidak memperdulikan keadaan sekitar.
Aku lari ke kamar mandi. Entahlah,tapi tempat itu lah yang terlintas dipikiranku ketika lari. Sesampainya dikamar mandi aku menarik nafas untuk mengatur nafas ku yang tidak beraturan karena terlalu berlari kencang sedangkan aku adalah orang yang jarang sekali olahraga.
5 menit aku habiskan duduk di wc. Aku penasaran apa yang terjadi selanjutnya.Untungnya,cctv sekolah yang seminggu lalu aku sambungkan belum terputus. Alhasil aku dapat melihat mereka berdua dinasehati diruang guru.
Aku melihat kepala sekolah ikut turun tangan mengatasi masalah mereka berdua,oh tidak sepertinya ini akan menjadi masalah yang serius.
Dan ternyata benar saja tebakanku,toni dikeluarkan dari sekolah karena sudah mendapatkan surat peringatan 3 kali. Sedangkan ardit baru 2 surat peringatan,dia masih aman.
Hatiku merasa aneh saat itu. Antara senang karna musuhku keluar dari sekolah dan sedih karena toni harus keluar dari sekolah yang ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Aku sedikit merasa bersalah,sepertinya aku keterlaluan.
Perasaanku ini terombang ambing selama jam pelajaran berlangsung hari itu. Seharian penuh ardit hanya duduk dikursi sambil memegangi luka bekas pertarungannya tadi.
Namun ini semua sudah terlanjur,apa boleh buat. Setidaknya kelas ini sudah lebih aman karena tidak adanya toni untuk selamanya di sekolah ini. Ya,aku memantapkan diriku bahwa ini tidak keterlaluan. Bahwa ini setimpal dengan apa yang dilakukan toni kepada murid murid di sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hack.
FantasyBerceritakan Tentang seorang Pemuda introvert yang mencoba mengalahkan ketakutannya dengan internet.