6. Bimbang

347 24 4
                                    

"Mau kemana lo?" tanya Mario yang melihat Shani hendak berdiri.

"Keluar bentar nyari makan."
Shani ingin sekali segera pergi dari tempat itu.

"Udah malem. Mau aku buatin makan?" usul Anin yang berhasil membuat Shani dan juga yang lainnya menatap Anin dengan wajah terkejut penuh tanda tanya.

"Gracia pinter masak kok." lanjut Anin yang malah menunjuk Gracia. Ia cengengesan dan reflek membuat Mario lagi-lagi menepuk kening Anin.

Vino menatap Shani tanpa ekspresi. "Mau ditemenin gak?"

Shani semakin ngeri saat Vino menanyainya dengan suara yang terdengar sangat dingin. 'Ogah ah! Iya, disini sih dia diem aja. Kalo dia nemenin gue, kayaknya gue bakal babak belur.'
"Gak usah kak." Ia menyernyis.

"Ya udah, aku yang nemenin deh ya?" timpal Gracia.

'Duh anjir! Gracia pake segala nawarin juga. Tuh kan, muka kak Vino asem lagi. Duh ampuuun, Gracia gak peka banget!'
Shani menggeleng cepat. "Gak usah, Gre. Beneran deh, aku keluar sendiri aja."

Namun pada akhirnya, mereka semua keluar hotel untuk menemani Shani makan, sekalian ingin merasakan bagaimana rasanya menikmati udara malam di luar negeri.

***

Ada saat dimana Vino duduk termenung sendiri. Dengan ditemani semilir angin senja, ia menggenggam selembar foto mereka yang diambil di bandara saat itu.

"Jadi yang lebih tua." Vino menghela napas. "Haruskah gue ngalah?" gumamnya.

Vino tersenyum kaku. Ia memasukkan lagi foto tersebut ke saku bagian dalam jaketnya.

***

"Shan..." Gracia mengintip ke dalam kamar Shani dan mendapati pemuda tersebut sedang asik dengan earphonenya.

Mereka sudah kembali ke Jakarta.

Gracia berjalan mendekati Shani. Ia menoel sangat pelan bahu Shani. Entah sekeras apa volume musik yang Shani dengarkan sampai Shani benar-benar tak menggubris Gracia.

"Nah!" Gracia mendapat ide. Ia akan menelepon Shani.

Shani langsung mengangkat teleponnya. "Halo... kenapa Ge?"

"Mau minta tolong angkatin galon. Kak Vino sama kak Mario pergi gak tau disuruh apa sama pak Frans."

"Anin?"

"Anin beli sayuran. Ya kali Anin diasuruh ngangkat galon!"

"Dimana? Di warung depan?"

"Bukan. Galonnya udah dianter sama abang warungnya kok. Itu galonnya di ruang tamu. Abangnya gak mau ngangkatin ke dispenser, lagi sibuk katanya."

"Okedeh."

Gracia memutuskan sambungan telepon tersebut sambil berusaha keras menahan tawanya, kemudian ia melihat Shani berbalik.

AAAKH!!!

***

ILY~🖤

Rahasia [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang