~07

1.9K 265 42
                                    

Hari ini hari minggu, hari yang paling dinanti untuk berlibur, bersih-bersih, atau sekedar bermalas-malasan di rumah. Dan hari ini, Eric beserta saudara kembarnya, Jeno tengah bersantai di depan tv. Bukannya menonton avara yang ditampilkan di tv, dia menonton film dari laptopnya.

Satu tangannya memeluk sebuah toples yang berisi makanan dan satu tangannya lagi sibuk memasukan makanan itu ke mulutnya. Sedangkan Jeno, tertidur di paha Eric dengan menghadap ke perut Eric dan memeluknya.

Satu film sudah terselesaikan, kini ia tengah menonton film yang kedua. Pekerjaan rumah sudah terselesaikan semua jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan. Namun sayangnya ketenangan mereka terganggu oleh ketukan pintu yang membuyarkan fokus Eric dari layar laptopnya.

"Jen awas, ada yang ketuk pintu tuh" ucap Eric sembari mengoyangkan bahu sang kembaran.

Jeno dengan kesadaran yang belum terkumpul ia pun pindah posisi yang tadinya paha Eric yang jadi bantalan, sekarang ia berbantal bantal sofa.

Eric bangun dari duduknya lalu berjalan ke arah pintu dengan sedikit gerutuan. Sampai di depan pintu pemuda itu pun membuka pintunya dan begitu terbuka ia terkejut melihat siapa yang memencet bel rumahnya.

"Kak Juyeon...?"

Ternyata si pelaku adalah Juyeon. Pemuda itu tersenyum lalu mengusak rambut yang lebih muda.

"Hai! Jalan yuk" ucapnya membuat Eric semakin binggung.

Dia mau nolak karena dia masih sakit hati sama kebohongan Juyeon kemarin. Tapi setelah dipikir-pikir lagi tak ada salahnya kan kalau ia mau diajak jalan? Dan ekspetasinya nanti Juyeon minta maaf dan mereka kembali seperti dulu. Ya, ekspetasinya terlalu tinggi.

"Hei! Kok ngalamun?" Eric tersentak kaget saat Juyeon kembali berbicara. "Atau lagi sibuk ya? Kapan—"

"Eh– gak kok, kak. Sebentar Eric ganti baju dulu" potong Eric segera. "Kak Juyeon gak masuk? Cape berdiri terus" tawar Eric sembari melebarkan pintu rumahnya.

Juyeon sedikit mengembulkan kepalanya melihat ke dalam, ia melihat seorang pemuda di dalam yang tengah tertidur di sofa. "Ga usah deh, kakak tunggu di luar aja"

Eric mengangguk, "Ya udah, tunggu sebentar" pemuda itu bergegas masuk untuk mengganti bajunya.

Beberapa saat Juyeon menunggu sang pemilik rumah yang tengah bersiap. Akhirnya pemuda yang ia tunggu itu datang dengan napas yang terengah-engah.

"Kenapa?" tanya Juyeon.

"Cape, kak, hehe..." jawaban pemuda itu membuat Juyeon menggeleng sembari terkekeh. "Ya udah masuk" ucapnya menunjuk mobilnya, tanpa peduli Juyeon sembari berjalan menuju kursi kemudi.

Eric terdiam, ini gak di bukain? Bukannya Eric manja atau tidak bisa buka sendiri, tapi itu sudah menjadi kebiasaan Juyeon kalau menyuruh Eric masuk ke dalam mobilnya. Namun, pemuda itu menggedikan bahunya, mencoba tidak mengambil pusing masalah sepele ini.








**









Juyeon membawa Eric ke sebuah mall, mereka nonton terlebih dahulu. Setelah itu mereka menuju ke salah satu restauran yang ada di mall itu. Satu jam mereka berdua berada di restauran itu. Sejauh ini keliatannya tidak ada kata-kata maaf yang akan diucapkan Juyeon. Ternyata ekspetasi eric benar-benar tinggi. Ah, Eric baru ingat, mungkin Juyeon tidak tau kalau Eric melihat Juyeon bersama Yujin kala itu. Sudahlah tidak ingin membahas Yujin saat ini. Ia ingin kebahagiaannya hari ini tidak diganggu oleh siapapun. Tidak tau nanti.

Setelah satu jam mereka habiskan di dalam restauran itu, kini mereka berdua menuju ke Timezone. Banyaknya permainan membuat Eric terlalu excited, sehingga membuat pemuda itu melompat-lonpat kecil sembari menarik tangan Juyeon kesana-kemari.

Banyak game yang mereka mainkan, mereka bertaruh, kini score eric lebih unggul dari pada Juyeon. Membuat Eric tertawa bahagia. Kali ini mereka berdiri disalah satu permainan yang levelnya sulit dan Eric tidak bisa memenangkannya. Juyeon akan coba.

"Kalau kakak menang, kakak dapet apa nih?" tanya Juyeon pada eric sebelum memulai permainannya.

Eric tampak berpikir sebelum menjawab, "Hadiah" jawabnya.

"Hadiahnya apa?" tanya Juyeon.

"Rahasia dong. Mana ada hadiah dikasih tau" ucap Eric, Juyeon menganggukan kepalanya. Lalu ia mulai mencoba fokus memainkan permainan.

Dua menit berlalu, Juyeon masih fokus memainkan permainannya. Eric turut memperhatikan Juyeon bermain. Sesekali ia melirik ke arah Juyeon yang tampak sangat serius, membuat dirinya sedikit terkikik geli.

"Yay menang!" Eric terkejut saat Juyeon berseru. Lalu ia segera melihat ke arah layarnya, dan disana tertera score Juyeon yang jauh lebih unggul dari pada lawannya.

"Wih keren!" ucap Eric sembari bertepuk tangan ria. "Jadi?" Juyeon menatap Eric.

"Apa?"

"Mana hadiahnya?" tanya Juyeon, Eric memikirkan hadiah apa yang akan ia berikan untuk Juyeon. Tak selang lama, satu ide muncul di kepalanya, namun ia sedikit ragu untuk itu. Dia menatap Juyeon terlebih dahulu. Juyeon menaikan alisnya, menyiratkan sebuah pertanyaan.

Eric mendekati Juyeon dan mengecup kilat pipi sang kekasih itu. Juyeon terdiam beberapa saat, lalu tersenyum. Ia melihat Eric yang pipinya merah sampai ke telinganya dan pandangannya yang tertunduk sambil memainkan ujung kaosnya.

"Jadi itu hadiahnya?" tanya Juyeon, membuat Eric semakin tertunduk takut kalau juyeon akan marah.

Juyeon menarik dagu Eric agar cowok itu menatapnya. Eric menghindari tatapan juyeon karena pikirannya yang takut reaksi Juyeon. Juyeon mendekatkan wajahnya ke Eric dan sedikit merendahkan tingginya, lalu ia pun mencium bibir eric. Eric terkejut dan membelak matanya. Hanya jecupan sekilas, lalu Juyeon segera melepasnya.

Eric masih binggung dengan apa yang terjadi barusan, matanya masih menyergap sambil kedip-kedip. Meski ini sudah biasa di lakukan, tapi tetap saja membuat jantungnya berdetak lebih cepat dam perutnya yang merasakan sensasi geli.

Tanpa sadar, dirinya sudah di tinggal oleh Juyeon. Sambil senyum-senyum dan memegang bibirnya dia berjalan mendekati Juyeon yang sudah menghilangkan dari pandangannya karena ada sebuah tembok penyekat.

'Tuhan, aku harap hubungan ini kembali seperti semula. Berikan kami kebahagiaan tanpa ada suatu rintangan'

Eric berdoa dalam hati, ia sangat berharap bahwa tidak ada rintangan dalam hubungannya. Namun, namanya juga hidup pasti selalu ada rintangan. Dan sekarang senyum Eric luntur seketika. Sepertinya tuhan tidak mengabulkan permohonannya kali ini. 

Ia melihat Juyeon tengah berbincang dengan seorang perempuan yang ia tau itu adik kelasnya yang akhir-akhir ini dekat dengan Juyeon. Baru saja ia berharap tidak ada yang menganggu harinya. Tapi itulah, mungkin tuhan sedang menguji kesabaran nya.





Rose [Juyeon x Eric] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang