~26

1.2K 169 49
                                    

Eric menyergap matanya melihat ke arah sekitar. Setelah dirasa sangat asing, dia bangun duduk lalu mencoba mengingat tadi malam.

Acara nikahannya Jeno.

Dia ngomong sama Juyeon.

Dia ngantuk.

Terus dia minta pulang ke apartemen nya, dianter Juyeon.

Tapi dia udah ketiduran di mobil Juyeon.

Oh! Eric baru paham. Ini pasti kamarnya Juyeon. Pemuda itu turun dari kasurnya lalu mencari keberadaan pemilik tempat ini.

Dia lihat Juyeon yang meringkuk tidur di atas sofa.

"Kasian, pegel tuh pasti" monolognya. "Bangunin ga ya?" tanyanya pada diri sendiri. Pandangannya beralih menatap jam dinding, masih pukul setengah enam pagi. "Nanti aja deh"

Eric berjalan meninggalkan Juyeon, dia berjalan menuju ke dapur. Eric mau bikin sarapan, hitung-hitung mengucapkan terima kasih. Dia buka kulkas disana, isinya tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa sayuran dan buah. Cukup lama dirinya termenung di depan kulkas, akhirnya pemuda itu menutuonya dan mengamvil bungkus roti tawar yang berada tak jauh dsri kulkas beserta selainya.

Niatnya yang ingin membuat sayuran ia urungkan, karena melihat bahan-bahannya yang kurang lengkap.




"Kak Juy... Bangun" Eric menguncangkan pelan lengannya.

Juyeon yang merasa tidurnya diganggu pun hanya menggeser sedikit posisinya.

"Kak!! Banguun!!" Eric menggoncangkan lengan Juyeon brutal, sampai sang empu membuka matanya.

"Hm?"

"Kak, banguunnn!"

"Udah, sayang"

Eric terkejut mendengar jawaban Juyeon. Dia menatap Juyeon menyerkit, alisnya berkerut, ekspresinya sok jijik. Tapi, perlahan pipinya bersemu merah. Ngigo nih kayanya.

Juyeon sendiri yang memang sudah terbangun melihat Eric yang kaget mendengar jawabannya. Pipinya merah. Lucu, pikirnya. Dia terkekeh lalu duduk dia atas sofa. Juyeon mengusak rambut Eric terlebih dahulu sebelum dia benar-benar berjalan ke arah dapur.

"Isi kulkas ga lengkap, gue bingung mau bikin apa" ucap Eric sebelum menyuap roti panggangnya.

Juyeon mengangguk. "Iya, gapapa"

"Kak" panggil Eric.

"Hm?"

"Makasih. Malah jadi ngerepotin. Harusnya kak Juyeon bangunin Eric aja" ucap Eric.

"Gapapa kok, ga masalah. Kamu nya keliatan ngantuk banget gitu mana tega kakak bangunin" jawab Juyeon.

Eric senyum. Emang sih, semalem dia ngantuk banget. Agak malu juga dia ketiduran di mobil Juyeon.

"Badannya pasti pegel ya tidur di sofa? Kenapa ga tidur di kasur aja?"

"Takutnya kamu ga nyaman nanti malah marah-marah, diemin kakak lagi, terus di ketusin lagi" jawab Juyeon.

Eric mendelik "Mana pernah Eric kayak gitu!"

"Yaaa... terserah"








**








Eric baru saja selesai kerja. Dia sekarang tengah berdiri di depan gedung studio. Menunggu seseorang yang tadi sudah janji mau jemput dia.

"Mana nih belum dateng?" decaknya.

"Hey, belum pulang?"

Eric menoleh ke asal suara. Dia liat seseorang yang lagi senyum berdiri di sebelahnya.

"Belum, kak Mingyu" jawab Eric.

Orang itu namanya Mingyu. Temen se-profesinya juga, baru kenal tadi waktu lagi kerja.

Alih-alih merespon, Mingyu hanya diam sembari menatap Eric intens. Eric yang merasa ditatap seperti itu pun bergerak tidak nyaman. Iaa menggeser berdirinya sedikit menjauhi Mingyu. Dirasa masih di tatap intens dia berdeham mencoba mencairkan suasana.

"Ekhem"

"Aku anter mau?" ucap Mingyu.

"Emm... Maaf kak, Eric udah ada yang jemput" jawab Eric halus.

"Mana ga dateng-dateng? Sama kakak aja, ayo" Mingyu mendekati Eric, Eric otomatis geser lagi menjauhi Mingyu.

"Nggak, kak. Makasih"

"Ga terima penolakan!" Eric terkejut saat Mingyu membentaknya sambil mencekal pergelangan tangan Eric dengan keras.

Eric mencoba melepas cekalan di tangannya tapi tenaga Eric masih kalah dengan tenaga Mingyu.

"Kak, lepas!"

"Diem!" Mingyu menyeret Eric menuju mobilnya.

Eric kalap, otaknya blank binggung harus berbuat apa. Dia hanya bisa memberontak sambil berdoa dalam hati.

"ERIC!"

Belum juga Eric menoleh ke asal suara, dia melihat Mingyu yang sudah terhempas.

"K-kak..." cicit Eric, dia masih kaget liat Juyeon yang mukul Mingyu.





"Lo??"

"Kak Mingyu?"

Mereka sama-sama terkejut.

"Ternyata kelakuan lo ga berubah ya, kak" ucap Juyeon.

Eric yang tidak tau apa-apa, hanya menatap mereka berdua bingung.

Mingyu yang tadi dipukul Juyeon sampai menabrak mobil miliknya, dia menegakan tubuhnya menatap Juyeon.

"Dia siapa lo?" tanya Mingyu.

Juyeon diam sejenak, mau jawab tapi dia tahan dulu sambil melirik ke arah Eric yang masih natap keduanya bingung.

"Pacar gue" jawab Juyeon. Eric menatap Juyeon sambil mendelik. Mau protes tapi tidak jadi, dia tau suasana.

Mingyu tersenyun miring, "Masih pacar kan? Boleh lah-"

"Kita udah tunangan" potong Juyeon.

Eric makin kaget dengernya. Tidak menyangka Juyeon berani mengaku seperti itu.

"Cih!" Mingyu berdecih, lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi dia memasuki mobilnya dan meninggalkan mereka berdua.

Juyeon dan Eric masih diam di tempat. Sampai Juyeon menarik tangan Eric memasuki mobilnya.

"Maaf soal omongan yang tadi" ucap Juyeon tiba-tiba.

Eric menoleh, "Iya"

"Maaf juga tadi telat, baru selesai soalnya"

Eric mengangguk, "Iya, gapapa"

Mereka diam lagi, mesin mobil juga masih mati belum dinyalain.

"Kak Juyeon kenal sama kak Mingyu?" tanya Eric. Mobil udah jalan meninggalkan tempat itu.

Juyeon mengangguk, "Dia senior kakak waktu di kampus dulu" jawab Juyeon. "Dia kelakuannya kayak gitu udah dari dulu, semenjak dia diputusin sama pacarnya, namanya Wonwoo" sambung Juyeon.

Eric membulatkan bibirnya. Pandangannya menatap pergelangan tangannya lagi yang memerah akibat cekalan keras dari Mingyu.

"Tangannya merah?"

"Heumm" Eric memgangguk sambil bergumam.

"Sakit ya?"

"Sedikit"

"Mau makan dulu ga?"

"Ga bakal nolak"

Juyeon mengulas senyum, tangan satunya mengusak surai Eric, membuat sang empu kesal karena tatanan rambutnya di acak-acak sama Juyeon. Sama kayak keadaan hatinya, yang sudah ia tata sedemikian rupa tapi diacak-acak lagi oleh pemuda di sampingnya itu.

Eh? Curhat...



Rose [Juyeon x Eric] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang