Bagian 1

50 9 0
                                    

Biru, Langit, Awan dan senja adalah aksara kehidupan.

Hari ini adalah hari esok yang dinanti, bagi biru dia tidak pernah menanti hari esok. Baginya semua hari sama saja membosankan, kuliah, ormawa, kantin, tugas, pulang, rumah. Dia tak habis pikir apa jadinya bila dia melangkah dari zona nyamannya itu.

"DOOORRR!!!". Kaget Langit

"Apaan sih lo! kaget nih". Kata Biru

Sejak mereka semakin akrab dan terbawa akan kehidupan, mereka mulai terbisa menyebut diri dengan 'Lo-Gue' awalnya terasa canggung bagi Biru karena tak terbiasa namun aneh rasanya jika mereka berbicara seperti itu terlebih Langit suka mengeluh Biru terlalu baku. Apa boleh buat Biru membiasakan dirinya, walaupun nanti kalau ada orang baru lagi dia akan kembali ke bakuannya. Bagi Biru hal itu adalah sebuah bentuk kesopanan dari nya

"Bian Bian! Ck! Cari pacar gih, biar gue gak bosen liat lu mulu dikantin sendirian". Ucap Langit langsung mendapati tatapan tajam dari kedua manik mata Biru

"Males!" Bentak Biru

"Bilang aja gak laku! Huuu" ejek Langit

"Saya bukan tidak laku tuan Surya. Saya tidak mau menjadi budak cinta seperti kamu!". Sambil menunjuk ke arah Langit

"Nyenyenyenye. Iri aja lo jomblo!" . Ucap Langit sambil menjulurkan lidahnya

Biru refleks menyiramnya dengan air mineral yang di miliki, Tapi lagi-lagi Langit lolos dari siraman itu! Dia kabur dengan berlari entah kemana. Sungguh hal itu membuat Biru sangat kesal

"Permisi... hm kamu Bianca?". Tiba-tiba seorang cowok rambut diikat setengah dengan menyisihkan rambut yang tidak diikat, memakai celana jens koyak, memakai kaos oblong dan membawa ransel penuh dengan kertas karton. Satu terlintas dipikiran Biru 'perasaan tidak membuat masalah dengan preman'.

"Hei! Kamu yang namanya Bianca?". Tanyanya sekali lagi, mebuat Biru tersadar dari lamunannya

"Saya Bianca Ren Ulfa, Biru. Punten bang saya salah apa ya?". Tanya Biru tak sadar ia keceplosan

"Oh! Hahahaha... Maaf Biru saya Aksa Dewa Kais, saya semester tiga. Arsitek" jawabnya dengan senyuman

"Maafkan saya. Saya pikir kamu bukan dari kampus sini, Maafin saya Aska". Ucap Biru malu tak habis pikir dia bisa dengan ucapannya menyinggung seseorang

"Aksa, Biru. Tidak apa-apa soalnya saya juga baru hari ini kenalan dengan mu". Ucapnya dengan ramah sambil membenarkan nama yang salah disebut oleh Biru

"Jadi aksa kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Biru

"Ah! Saya hampir lupa. Biru kamu kemarin yang mewakili pekan abstrak kan? Dari sastra?" Tanyanya bersemangat

"Iya saya, kenapa Aksa? Ah saya baru ingat jurusan kamu yang mengadakan" Ucapnya dengan ramah

"Sebentar". Kata Aksa sambil merogoh ranselnya yang dipenuhi karton itu, apa jurusan arsitek seperti ini ya? Batin Biru.

"Nah ini Biru untuk kamu". Ucapnya ramah

"Buat saya? Apa ini?". Tanya Biru heran dengan gulungan Karton berbeda dari yang tampak olehnya, Karton hitam ini menjadi tanda tanya oleh Biru

"Iya. Nanti aja dibuka kalau kamu sudah dirumah, saya pamit ya Biru ada kelas". Ucap Aksa sambil pergi berlalu meninggalkan Biru diKantin seorang diri

Kini Biru bergelut dengan pikirannya yang berkecamuk, Lelaki yang baru beberapa menit dikenalnya tiba-tiba memberi sebuah gulungan karton ukuran yang bisa dimasukkan ke tasnya, dan meminta untuk dibuka dirumah. Arrrghhhh!! Kepala biru mau pecah rasanya. Ia dibuat penasaran oleh Aksa.

"Cie.....Ada yang cinlok tuh!" Biru terkejut dengan kehadiran Langit yang secara tiba-tiba dan dia tidak sendiri ada Arini bersamanya. Ya, Arini adalah pacar Langit.

"Arini Arini... saya heran sama kamu kenapa betah jadi ceweknya Langit". Ucap Biru kesal

"Enak aja! Lo tu Bian! Buktinya lo aja nyaman, gak pergi pergi tuh dari gue". Ucap Langit tak terima

"Udah Langit! Jangan ganggu Biru terus!". Ucap Arini persis seperti pasangan pada umumnya mengomeli Sang pujaan

"Tuh dengerin Arini! Kamu tu sesekali Langit coba deh dewasa seperti Arini! Ohhh Arini saya sangat berterimakasih sama kamu". Kata Biru sambil berbinar-binar

"Oh". Ucap Langit

"Oiya Biru, tadi saya lihat Aksa nyamperin kamu. Dia ngapain?". Tanya Arini

"Ho-oh ngapain tu orang?". Tambah Langit

"Kalian kenal dia?". Ucap Biru terkejut

"Astagaaa!! Biruuu!!! siapa yang gak kenal Aksa? Dia mahasiswa yang design nya dipake untuk Salah satu laboratorium baru yang ada di kampus ini!". Jelas Arini tak habis pikir

"Gue kira lo gak kudet walaupun bodoamat. Ternyata bodoamatan lo tu udah keterlaluan Bian! Seorang Aksa dipuja-puja Lo gak kenal? Hahahahaha. Cari cowo gih!". Ucap Langit sambil tertawa terbahak, Biru yang mendengar penjelasan mereka terkejut sekaligus kesal dengan perkataan Langit. Bisa-bisanya Langit menghinanya kembali

"Bukan gitu! Sa-saya...." belum selesai Biru berbicara sudah dipotong oleh Langit "Kudet!" Ucap Langit sambil tertawa kembali. Sukses membuat Biru malu, Biru pun pergi begitu saja meninggalkan Langit dan Arini. Bukan terbawa perasaan, dia males meladenin Langit karena saat ini ia sedang memikirkan maksud Aksa terlebih lagi dengan penjelasan Arini dan Langit.

#Biru #Birupart3 #Bagian1 #CeritaBiru

BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang