O7

50 12 17
                                    

Happy reading🌚

Instagram :
@itxyy.all.in.us
@wattxy

__________

Flashback setelah mengantar Renaya dan Vina tepat dirumah Aya, Clarice segera melajukan mobilnya ketaman kota dimana ia sering menghabiskan waktu jika merasa suntuk.

Selama dimobil tadi hanya diisi keheningan atau terkadang ocehan Vina yang hanya direspon singkat oleh Aya.

Clarice meremas tangannya saat lagu dimobilnya memutar lagu Bunda, membuat sekelibat kenangannya dengan sang Mama melintas lagi difikiran.

Mama udah bahagia disana?

Ia meneguk ludah saat mengingat perbedan yang sangat terasa saat ada dan tidak adanya sang Mama.

Rumah yang sepi, Papa yang jarang pulang, dan saudara yang terbelenguh dendam yang bahkan sudah dia lupakan lama.

Taman kota lah yang bisa melepas kerinduannya terhadap sang mama.

"Mama, kalau clar gede clar punya cita²!"

Wanita parubaya berambut sebahu itu mengelus pelan surai pendek gadis bermata kucing dipangkuannya itu.

"Clar mau jadi apa?"

"Clar mau jadi pemimpin!" Seru gadis kecil itu semangat.

"Pemimpin?"

"IYA! BIAR CLAR BISA JADI SEMANGAT TEMEN TEMEN CLAR NANTI!" Pekiknya sambil mengangkat tinggi kepalan tangannya.

Wanita disampingnya tersenyum dan mengelus pipi gadis kecilnya itu, "Iya."

"Clar pasti bisa jadi pemimpin,"

Clarice menghentikan laju mobilnya tepat diparkiran taman itu dan memarkirkannya disana, lalu melangkah pelan ketengah taman.

Dia memilih membisukan handphonennya dari panggilan panggilan masuk dari seseorang.

"Berisik banget," Dengusnya.

Ia menghelah nafasnya dan menatap kearah kedai es krim langganannya yang hari ini buka membuat langkah kakinya otomatis berjalan kesana.

"Pak eskrim coklatnya satu,"

"Vanila satu pak,"

Familiar dengan suara itu Clarice menoleh.

Dug...

"Duh, jidat gw." Geramnya sambil mengelus jidatnya sedangkan lelaki dihadapannya hanya tertawa mengejek.

Lelaki itu mengusap kecil kepala gadis itu masih dengan tertawa, "Nabrak lagi lo?"

"Lo lagi? nggak bosen apa lo muncul trus dihadapan gw?"

"Takdir kali," Jawabnya

Clarice mencibir, "Sok sokan takdir, ketemu lo itu nggak pernah bawa berkah kepala gw sakit terus."

"Siapa suruh nabrak,"

"Siapa suruh ngalangin jalan,"

"Siapa sur--"

"Mas, mbak ini eskrimnya.." Ujar sang penjual sambil memberikan eskrim ditangannya kepada kedua mempelai, canda gengs🌚

"Makasih ya pak," Ucap keduanya.

Bapak itu mengelus dadanya, "Haduh adem sekali liat kalian, yang langgeng ya nduk.." Harapnya.

"HAH LANGGENG? Kenal dia aja saya nggak pak!" Elak Clarice.

"Iya pak makasih doanya, permisi dulu ya pak."

Kevin menarik tangan Clarice setelah bapak itu mengangguk dan menerima uang eskrim.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang