Part #3 : Tak Bertemu

244 79 90
                                    

Kata Afgan: Jodoh pasti bertemu
Lantas, mengapa kita tidak?
Apakah kita bukan jodoh?
Jika benar, Tuhan, tolong berikan pertanda!

-Natasya Asica

Malam semakin larut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin larut. Obrolan berakhir, tetapi telepon belum ditutup. Tujuannya agar suara pertama yang mereka dengar di pagi hari adalah suara kekasihnya. Pagi pun tiba, Benny melihat layar ponselnya sudah hitam dan tak dapat dinyalakan lagi. Ia pun melakukan pengisian daya dengan cepat lalu kemudian menghidupkan ponselnya kembali.

Benny mengirim pesan permintaan maaf karena teleponnya terputus sepihak. Rupanya hal yang sama juga dialami Natasya, itu ia jelaskan lewat sebuah pesan teks. Kembali ke topik utama, Benny dan Natasya membincangkan pertemuan mereka lagi. Setelah melakukan perundingan, akhirnya mereka menetapkan pilihannya, yaitu di restoran ternama atau yang biasa disebut, RestoPan.

Natasya mengusulkan untuk bertemu pada pukul enam belas tepat, agar ia dapat menyelesaikan berbagai agenda-agenda dari organisasinya yang cukup menumpuk. Benny pun menyetujuinya dan melakukan beberapa persiapan sebelum mengadakan pertemuan.

Benny menyiapkan segala sesuatunya dengan cukup cepat, jam dinding menunjukkan pukul dua belas lewat tiga puluh menit. Tak kuasa menahan rindunya, Benny secara tiba-tiba menelpon Natasya.

"Hall---lo, Ben," Natasya menjawab telepon dengan nada pelan dan terbata-bata.

"Nat, sekarang sibuk ya? Maaf," ucap Benny, merasa tidak enak.

"Em, iya Ben, sekarang lagi susun agenda," balasnya pelan.

"Kalau gitu semangat ya, maaf ganggu. I love you."

Tak sempat membalas ucapan Benny, telepon tersebut tiba-tiba terputus sepihak. Natasya ingin menelepon balik. Namun, ia harus fokus menyelesaikan pekerjaannya jika ia ingin bertemu Benny tepat waktu.

Jam dinding menunjukkan pukul lima belas lewat empat puluh menit, pekerjaan Natasya sudah selesai. Ia ingin melakukan persiapan untuk bertemu Benny, tetapi ia mendapat kabar buruk oleh bendahara di organisasinya.

Natasya mendapat berita bahwa ada masalah pada organisasi. Keuangan seketika menipis dan pengeluaran semakin besar. Dengan sangat terpaksa, Natasya harus turun tangan untuk menyelesaikan kasus itu, mengingat ia adalah ketua di sana. Dengan sigap, Natasya mengambil langkah cepat untuk memberi tahu Benny.

Natasya

Ben, pergi ke Restorannya duluan aja ya, aku mungkin agak telat sampainya.

Benny

Loh? Nat? Kamu enggak kenapa-napa kan?

Natasya

Aku enggak kenapa-napa kok, tapi organisasinya yang kenapa-napa.

Benny

Emangnya, organisasinya kenapa?

Natasya

Ada masalah dikit, aku selesaikan dulu ya. Maaf ya Ben, kalau nanti telat.

Benny

Iya, enggak apa-apa kok.

Natasya Kembali fokus menyelesaikan pekerjaannya. Sementara di lain sisi, Benny sudah bersiap-siap untuk berangkat. Benny mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan normal dan tidak terburu-buru. Sesampainya di sana, ia langsung mencari tempat duduk.

Setelah menemukan tempat yang sesuai, salah seorang pelayan menghampiri Benny dan menanyakan pesanannya. Benny pun menunda pesanan tersebut dengan alasan sedang menunggu seseorang. Pelayan itu pun pergi, tetapi tidak lama setelah itu, ia kembali lagi dan menanyakan hal yang sama. Dengan terpaksa Benny memesan makanan, tetapi tidak memakannya terlebih dahulu.

Pukul tujuh belas tiga puluh, Benny belum melihat tanda-tanda Natasya akan datang. Benny pun membulatkan niat untuk menelepon Natasya, tetapi yang menjawab teleponnya malah operator. Ponsel Natasya saat ini sedang tidak aktif. Bingung harus bagaimana lagi, Benny akhirnya memutuskan untuk pulang.

Beberapa saat kemudian, Natasya baru sampai di restoran. Ia tak melihat tanda-tanda Benny ada di sana. Natasya pun menanyakan keberadaan Benny dengan menyebutkan ciri-cirinya kepada pelayan di restoran itu. Untung saja ada salah satu pelayan yang memberikan informasi bahwa Benny baru saja pulang. Natasya pun merasa gelisah karena keterlambatannya itu.

 Natasya pun merasa gelisah karena keterlambatannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan jejak, salam dari author

Prioritas Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang