Kau memang menciptakan kekecewaan
Namun, akan selalu kuberi kesempatan
Karena jika ego terus diutamakan
Aku takut, hubungan ini jadi berantakan-Benny Renaldo
Sesampainya Benny di rumahnya, ia memutar gagang pintu seraya mengembuskan napas berat. Hal itu, melambangkan kekecewaannya terhadap Natasya. Namun, sebelum memasuki rumah, Benny terlebih dahulu membuka ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Natasya.
Benny
Sedang sibuk ya? Maaf mengganggu, tapi ada rindu yang ingin ditenangkan. Namun, jika kamu tak bisa juga tak masalah. Cukup balas pesan ini saja, singkat pun tak mengapa, yang penting aku bisa tahu kalau kamu masih memperhatikanku. Walaupun, perhatianmu itu sudah mulai berkurang.
Di lain sisi, Natasya sedang kebingungan mencari cara agar bisa ke rumah Benny. Mengingat jarak RestoPan dari rumah Benny cukup jauh. Mencari angkutan umum berkali-kali ia lakukan karena tidak banyak angkutan umum yang mau mengantar sampai ke tujuan yang ia inginkan.
Setelah mencari beberapa saat, akhirnya ia menemukan angkutan yang mau mengantar sampai ke tempat tujuannya. Angkutan itu adalah mobil merah yang mengantar penumpang dengan tarif murah atau yang biasa disebut angkot. Angkot itu bergerak sangat lambat sehingga membuat Natasya sampai di rumah Benny larut malam.
Natasya menekan bel yang letaknya berada di pojok kiri pagar rumah Benny. Bel itu terus ia tekan secara beruntun, tetapi tidak ada jawaban dari Benny. Itu membuat Natasya sedikit nekat untuk teriak, agar Benny mau menemuinya lagi.
"Beeen!" teriak Natasya dengan suara lantang.
Bukannya Benny yang ke luar, Natasya malah mendapatkan omelan dari orang-orang yang mendengar suara teriakannya tadi. Orang-orang tersebut mendatangi Natasya yang berada tepat di depan rumah Benny. Keributan pun terjadi. Benny yang merasa terusik, melihat keluar melalui jendela dan betapa kagetnya ia saat mengetahui jika Natasya sedanf terkena amukan massa.
Benny bergegas keluar rumah untuk menyelamatkan Natasya. Benny menjadi penengah di antara mereka semua. Menjelaskan secara sopan dengan harapan orang-orang tersebut dapat mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Maaf, Pak, Bu, atas keributan yang dia lakukan," ucap Benny melindungi Natasya.
"Maaf sih maaf, tapi anak Bapak lagi mau istirahat, dia malah teriak-teriak," sahut salah seorang warga.
"Iya Pak, maka dari itu saya meminta maaf dan akan menerima semua sanksi yang diberikan."
"Bukan kamu yang harus menerima sanksi, tapi dia."
"Tetap harus saya, Pak. Dia nekat teriak karena saya," balas Benny.
"Bapak-Ibu sekalian, kita maafkan saja mereka dan menasihatinya agar tidak mengulangi kejadian ini lagi," sahut ketua RT memberi solusi. Ucapan Pak RT barusan berhasil menyudahi keributan yang terjadi dan para warga pun kembali ke rumah masing-masing.
Benny mengajak Natasya masuk ke rumahnya dan menyediakan segelas jus untuk ia minum. Ekspresi Benny yang tadinya datar berubah menjadi tawa yang terbahak-bahak. Mengingat aksi yang dilakukan Natasya untuk menemuinya.
"Ben, kok ketawa sih?" tanya Natasya malu-malu.
"Ngapain teriak? dimarahin warga kan," ucap Benny tersenyum.
"Namanya juga khawatir," jujur Natasya.
"Khawatir kenapa?" tanya Benny.
"Khawatir kalau kamu mau kita putus," jawab Natasya pelan.
"Enggak lah, masa cuman karena masalah gini, kita putus sih," balas Benny.
"Tapi 'kan---" ucapan Natasya terpotong.
"Em, iya. Kamu sibuk. Aku akan selalu berusaha untuk ngertiin karena tahu kalau itu penting buat karir kamu nantinya, tapi Nat, kalau kamu mulai lupain aku karena hal-hal itu, maaf. Mungkin aku bisa lakuin hal yang sama juga."
Natasya pun segera memeluk Benny. Air mata Natasya mengalir dengan cukup deras, gadis itu menangis tersedu-sedu di pelukan Benny karena ia benar-benar takut bila nanti Benny pergi meninggalkannya.
"Nat, aku sayang banget sama kamu, aku juga enggak mau kalau kita putus, tapi tolong ngertiin aku yang enggak bisa lama-lama enggak dapat kabar dari kamu," bisik Benny ke telinga Natasya seraya membalas pelukannya.
"Iya, Ben. Mulai sekarang aku akan bagi waktu buat kamu juga karena kamu itu prioritas utamaku."
"Nat, tapi aku mau minta waktu sendiri dulu ya," ucap Benny melepaskan pelukannya.
Air mata Natasya semakin deras. Namun, ia juga tak bisa memaksa Benny untuk tidak melakukan itu. Suasana mulai menjadi canggung, tak ada salah seorang dari mereka yang memulai obrolannya kembali. Malam pun semakin larut, Benny memutuskan untuk mengantar Natasya pulang.
Jangan lupa tinggalkan jejak, salam dari author.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prioritas Kedua [Completed]
Teen FictionJika jodoh, maka akan dipersatukan. Namun, jika bukan, pada nantinya takdir akan memisahkan. Hubungan itu, bukan sekadar status. Akan tetapi, suatu hal yang sudah seharusnya dijaga dan dipertahankan. Agar kisahnya tak kunjung pupus. Naskah ini sud...