"Ara cuma punya motor dan aku minta uang buat beliin Ara mobil."
"Bulan lalu kamu beliin dia I-Phone 11 pro max loh, sekarang kamu mau beliin dia mobil? Kamu ini kebiasaan ngasih dia barang."
"Aku mau beliin dia mobil, kak Shaniiiii." Fiony menghentak-hentakan kakinya kesal karena Shani tidak mau menuruti keinginannya, kartu ATM dan kartu kreditnya di blockir dengan alasan ada pengeluaran dalam jumlah cukup besar.
"Kamu gak boleh manjain pacar kamu gitu, meskipun uang kita banyak tapi kita gak boleh menghambur-hamburkannya."
"Boong!" Fiony menunjuk Shani.
"Kok boong?" Shani menggeleng tidak mengerti.
"Kak Shani boong, kemarin kak Shani beliin kak Viny apartemen 'kan?"
Viny yang sedang minum tentu langsung tersedak mendengar namanya disebut. Viny batuk beberapa kali sambil memandangi kakak beradik yang tidak pernah berhenti bertengkar itu.
"Ya aku beliin dia apartemen biar dia gak ngekost lagi, kamu 'kan tau pacar kakak miskin, dia cuma nyanyi di cafe kecil, gajinya aja gak lebih besar dari uang jajan kita perjam."
"Pacar aku juga miskin, jobnya gak ada dan kalopun ada, dia pake motor beat pendek ke mana-mana. Dia cantik, kalo kulitnya melepuh kena sinar matahari gimana? Aku gak mau aku gak mau aku gak mau." Fiony duduk di lantai, merengek sambil menendang-nendangkan kakinya. "Aku nangis nih kalo kamu gak mau balikin ATM aku."
Viny berdiri, merangkul pinggang Shani dan berbisik, "Kamu kenapa bilang aku miskin di depan adek kamu sih?"
"Aku salah?" Shani menatap Viny.
"Ya ngga sih." Viny mengalihkan pandangan pada Fiony yang entah sejak kapan sudah menangis. "Yaudahlah kasih aja, tuh dia nangis, kamu gak boleh jahat gitu loh."
"Kenapa aku jahat?" Shani menggeleng tidak mengerti.
Viny kembali menatap Shani, "Jangan hanya karna kamu seorang kakak, kamu bisa seenaknya ambil keputusan diluar persetujuan adek kamu. Fiony udah gede, dia udah bisa ambil keputusan dan kalo beliin barang buat pacar itu adalah kebahagiaan untuk dia, ya biarin aja."
"Nanti Ara keenakan kalo dikasih terus."
"Ya udah aku juga gak akan mau terima lagi kalo kamu pinjemin aku uang."
"Aku gak minjemin kamu uang, kak."
"Terus setiap bulan transfer jutaan itu bukan pinjaman?"
"Pinjaman kan artinya sesuatu yang akan dikembalikan, emang selama bertahun-tahun kita pacaran, kamu pernah balikin uang itu?"
"Ya ngga sih. Jadi apa namanya?"
"Itu bentuk kasih sayang." Shani tersenyum lebar pada Viny. "Aku mau dicium ini." Shani menunjuk dahinya sendiri.
Viny berjinjit sedikit, mencium dahi Shani cukup lama kemudian tersenyum sangat manis.
"Aaaak manis banget sih." Shani menghampaskan tubuhnya ke dalam dekapan Viny. Sementara Viny hanya tersenyum, membalas pelukan itu begitu erat. Mereka terlalu sibuk bermesraan sampai tak sadar dengan gerakan Fiony.
"Kak Shani! Balikin ATM aku atau aku bunuh diri!!" Fiony merentangkan tangannya, berdiri di atas meja yang tingginya setengah meter. "Aku akan loncat!!"
"Eeh jangan!!" Shani melepaskan pelukannya, panik melihat aksi brutal Fiony. "Kakak tolong aku!!" Shani menatap Viny. Viny memandangi Fiony kemudian meringis melihat kelakuannya.
"Balikin ATM aku atau aku loncat!!" Fiony sudah melayangkan satu kakinya, hendak menjatuhkan diri.
"Ya udah iya aku akan buka blokirannya!"