Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam. Tidak ada kegiatan yang mereka lakukan hari ini karena perjalanan ke pulau cukup membuat mereka lelah, untuk sekadar menikmati pemandangan saja sepertinya enggan.
Ara tertidur di sofa ruang tengah setelah masak begitu banyak untuk makan malam nanti. Tidak ada yang membantu karena Lala sibuk mengurus Zee dan Yori, Vivi sibuk menjauhkan Chika dari dapur, sementara pasangan Amel dan Ariel sedang sibuk di kamar entah sedang apa, Ara tidak tau dan tidak ingin tau.
Setelah memastikan makan malam sudah siap, Vivi baru berani mengajak Chika untuk bergabung bersama mereka.
"Loh belum dimulai makan malamnya?" tanya Vivi seraya merangkul bahu Chika yang sedikit lebih tinggi darinya itu.
"Belum, kita nunggu kalian sama Amel Ariel," jawab Lala yang sedang mengajak main Yori.
"Mereka lagi ngapain emang?"
Lala menghentikan gerakannya yang sedang mencubit pipi Yori lalu menatap Vivi, "Biasalah." Lala mengedipkan sebelah matanya.
Vivi mengangguk paham dan menjatuhkan pandangan pada Ara yang sedang tidur, tangannya memegang superman kecil. Dahi Vivi kontan mengernyit bingung, "Ara kok pegang boneka?"
Fiony yang sedang bermain ponsel jadi menatap ke arah yang Vivi tunjukan, "Oh itu, dia gak bisa tidur kalo gak pegang gatotcermin kesayangannya."
"Kakak Fio, itu supelmen bukan gatorcermin." Yori mencoba membenarkan. "Gak ada gatotcermin adanya gatotkaca."
"Iya sama aja kan sama-sama superhero." Fiony mengusap dahi Ara dan tanpa sadar tersenyum sendiri, Ara sangat cantik bahkan saat tidur sekalipun.
"Mamah, apa kakak Fio bener?" Yori menatap Lala.
Lala tidak menjawab, ia hanya mencium dahi Yori beberapa kali karena gemas.
Fiony mengalihkan pandangannya pada Chika yang sedang mengayun-ngayunkan tangan Vivi, "Chika, dari mana kok gak bantuin pacar aku masak?"
"Loh udah masak? Kok kamu gak kasih tau aku sih, kak?!" Chika melepaskan tangan Vivi dengan hentakan keras dan melipat kedua tangan di depan dada, bibir bawahnya mengerucut ke depan. Chika sangat kesal.
"Aku gak mau kamu capek, sayang." Vivi panik, ia berusaha menggenggam tangan Chika kembali, tetapi ditepis dengan cepat.
Yori mengernyitkan dahinya, "Tadi kan kakak Vivi bilang ke Mamah kalo masakan kakak Chika gak enak, rasanya kaya tabung oksigen disemur."
Mata Vivi terbelalak semakin panik, bersamaan dengan mata Chika yang melotot seakan siap melompat dari tempatnya.
"Kamu jahat ya, kak!" Chika mencubit perut Vivi kemudian ia putar cukup keras.
Vivi menjerit kesakitan, "A-aku gak bilang gitu, anak kecil jangan dipercaya."
"Justru karna dia masih kecil, dia gak akan bohong! Kamu jahat ya kamu kejam!" Bukan merenggangkan, Chika semakin kuat mencubit perut Vivi.
"Yori gak boong, aku juga denger kak Vivi ngomong gitu," timpal Fiony membuat Vivi semakin lemas.
"Tuhkan kamu kejam!!!"
"Aku bilang masakan kamu enak banget sampe mau meninggal." Vivi tersenyum pada Chika sambil terus berusaha menahan ringisannya.
Chika merenggangkan cubitannya, menatap Vivi dengan mata memicing, "Sampe mau meninggal kaya makan Bittersweet by najla? Berarti enak?"
Vivi mengangguk beberapa kali untuk meyakinkan Chika sampai akhirnya cubitan itu benar-benar terlepas. Vivi menghela napas lega, "Pokoknya kalo aku makan masakan kamu itu enak sampai mau meninggal." Vivi memaksakan tawanya lalu memalingkan wajah ke arah lain dan bergumam pelan, "Bener-bener meninggal."