Chika mengusap dagu sambil memandangi Vivi yang entah kenapa sedari tadi sibuk memainkan ponsel, "Kak, aku ada di sini loh kenapa kamu malah main hp?"
"Ya udah iyaa." Vivi menyimpan ponselnya untuk fokus memandangi kecantikan luar biasa yang dianugrahkan pada kekasihnya itu. "Kamu cantik banget."
"Iyaa emang." Chika tersenyum, mengibaskan rambutnya sambil mengambil ponsel dan memainkannya.
"Chik, aku ada di sini loh, kenapa malah fokus main hp?" Vivi membalikan pertanyaan Chika.
"Kak, kamu kenapa jadi posesif gitu si? Kamu harus belajar dewasa dong, kak, kita pacaran udah bertahun-tahun loh, setiap waktu aku kasih untuk kamu, segalanya aku kasih, sekarang apa aku gak dikasih kesempatan sedikit aja buat main hp?" Chika menatap Vivi sebentar. "Aku gak nyangka kamu masih kekanak-kanakan gitu."
Vivi berdehem pelan kemudian memaksakan senyumannya, "Iyaa iyaa maaf, gih main hp lagi, aku nonton TV ya sayang?" Vivi buru-buru memandang lurus pada layar televisi.
"Sayang, kamu liat deh aku baru follow-followan gitu sama Fiony, dia selain cantik juga fashionable loh." Chika memperlihatkan semua foto Fiony yang ada di instagram. Di sana, Fiony terlihat sangat cantik.
Vivi melihat semua foto Fiony dan mengangguk setuju, Fiony memang sangat cantik, manis juga jika kelakuannya normal seperti manusia pada umumnya. "Iya ya dia cantik."
Chika memperhatikan Vivi yang tidak melepas pandangan pada foto Fiony, "Kamu apa sih, kak? Liat cewek cantik sedikit langsung suka, aku gak suka ya kamu kaya gitu." Chika menarik kembali ponselnya dan mendelik malas pada Vivi.
"Loh bukannya kamu ya yang liatin itu ke aku?" Vivi menggelengkan kepala. "Kok malah aku yang dimarahin si?"
"Ya harusnya kalo kamu bisa jaga perasaan aku, bilang aja kamu gak mau liat, gimana sih?" Chika mengembungkan pipinya kesal, kadang-kadang kekasihnya itu memang sangat menyebalkan.
"Ya udah maaf yaa?" Vivi mengecup pelipis Chika dan kembali fokus menonton TV.
Keadaan hening selama beberapa detik, Chika terus fokus pada instagram sampai akhirnya ia kembali bersuara, "Kak, aku juga follow-followan sama kak Lala, dia udah punya anak masih cantik banget gitu deh, ini liat." Chika memperlihatkan ponselnya.
"Ngga ah aku gak mau liat." Belajar dari sebelumnya, Vivi menggeleng karena takut itu akan kembali jadi masalah.
"Kamu gak ngehargain aku banget sih kak mentang-mentang lagi nonton TV terus aku dicuekin, suruh liat hp gak mau. Kamu gak bisa jaga perasaan aku banget." Chika mengerucutkan bibir bawahnya kesal dan reflek menghentak-hentakan kakinya.
"Tadi liat salah, sekarang gak mau liat juga salah." Vivi curiga sesuatu, ia menyentuh area kewanitaan Chika dan terbelalak ketika merasakan sesuatu. "Ka-kamu lagi mens?"
"Iya, emang kenapa? Mau minta jatah? Gak ada ya minta jatah kalo kamu lagi nyebelin kaya gini." Chika memukul punggung tangan Vivi yang masih ada di selengkangannya sampai tangan itu terlepas.
Vivi meneguk ludahnya dengan susah payah, pantas saja sedari tadi Chika marah-marah, ternyata Chika sedang haid. Jika seperti ini caranya, pilihannya dua; pergi dari hadapan Chika atau mati bunuh diri.
Vivi berdehem, memberanikan diri untuk izin pergi ke galeri sebelum nyawanya habis, "Chik, aku bol-"
"-Gak, kamu di sini temenin aku, cium sini." Chika menunjuk pipinya kemudian tersenyum ketika merasakan kecupan lembut dari Vivi. "Gitu dong, jangan bikin aku kesel lagi ya?"
"I-iyaa." Vivi memandang lurus ke depan dengan jantung berdebar tak karuan. Jika sedang haid biasanya Chika sangat galak.
"Kak, aku liat followers kamu nambah 7 ya? Kamu follow siapa aja?" Masih menggenggam ponsel, Chika menatap Vivi dengan satu alis terangkat.