Bertemu

7 1 0
                                    


Suara itu Lusy pun mengenalinya, ia memutar badanya untuk menghadap kebelakang, dan membuktikan bahwa suara yang memanggil Embun benar benar orang yang ia tebak.

Sedangkan Embun masih diam tak bergerak, memantapkan hati untuk melihat dia. Dan orang itu berjalan menuju Embun

"gue mau ngomong sebentar boleh???"

Sudah!!! Sudah mantap kini hatinya, Embun pun membalikan tubuhnya

"maaf, saya sedang bekerja"

"oke mana manager lo, gue mau ngomong"

"eh jangan, gak usah, eh maksudnya aduuh" jawabnya gugup

"iya udah, silahkan bicara" lanjutnya

"jangan disini, ayo" tangan Embun ditarik Bintang, iya benar dugaan kalian Bintanglah yang memanggil Embun

"Hay lusy" sapa Rio

"hai yo, ini ada apasih tumben tu balok es ngomong, biasanya juga sama cewek alergi bat yak"

"gue juga gak tau sih, tadi pulang sekolah udah hampir sampe rumah eh dia puter balik, gila kali ya"

"udah si, gue jadi obat nyamuk" cetus Bams

Ditempat lain, ada dua orang yang merasa asing namuuuun tidak asing, tatapan mereka mencari jawaban dari pertanyaan mereka masing-masing

"apa yang harus dibicarakan, jika hanya untuk diam saya harus pergi untuk melanjutkan pekerjaan saya" suara Embun memecahkan keheningan

"udah cukup,,, jangan bicara pake bahasa baku, kemarin lo juga ngomong bahasanya biasa aja tuh"

"yaudah, kamu mau ngomong apa"
jujur antara mulut dan hatinya sedang tidak sinkron

Mulutnya amat tegas manyampaikan kata-kata tapi jauh didalam hatinya sudah remuk, hancur karena orang didepannya

"gue cuma penasaran, kita pernah ketemu gak sebelum kemaren di cafe"

"gak tuh"

"tapi gue ngerasa ga asing sama wajah lo"

Bagaimana kamu ngerasa asing
Sedangkan kita benar benar pernah ketemu
Tapi apa yang menjamin kamu tak pergi lagi
Jika aku mengucapkan, bahwa kita pernah ketemu
Sedangkan janji yang kau buat sendiri pun kau ingkari

"hey, Embun lo gapapa" tangan Bintang reflek menyentuh pundak Embun

Pundak ini, seperti pundak yang sering jadi sandaran kepala gue
Pundak penenang hati
Apa ini pundak raras...

Entah cuma perasaan atau apa Bintang merasakan sesuatu yang lagi lagi tidak asing. Namun belum Bintang menyadarinya Embun segera mundur dan tangan itu terlepas

"gapapa, mungkin kita pernah ketemu tapi pas belum kenal jadi ngerasa ga asing"

"aku juga kan pelayan disini, mungkin kamu juga sering kesini kan"

"tapi gue ngerasaa,,,,"

"udah ya, jadi kita disini cuma mau bicarain perasaan kamu?? aku mau lanjut kerja aja" saat pundak embun berbalik

"lo anak IPS2 kan, masih ada yang mau gue bicarain"

"yaudah bicara aja"

"gak, gue butuh waktu luang lo besok,,,"

Embun hanya berbalik tak menjawab apa-apa, jujur ia takut sekaligus bahagia. Ini kali pertama ia berbicara lagi dengan Bintang cerewet setelah lama tak bertemu.
Namun ia juga takut, apakah keceriaan itu akan hilang lagi????

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang